V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. media atau alat peraganya pun bermacam- macam. Airsoft gun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAKAN PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET SECARA MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Zeihan Desrizal, 2015

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SENJATA API UNTUK KEPENTINGAN OLAHRAGA

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ATAS PENYALAHGUNAAN SENJATA API

I. PENDAHULUAN. aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem perundangundangan.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya tingkat pengangguran, mahalnya biaya hidup sehari-hari

ROHUL SHOOTING CLUB (R S C) ANGGARAN DASAR (AD) Dan ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) Oleh : ROHUL SHOOTING CLUB (RSC) TAHUN 2014 ANGGARAN DASAR (AD)

I. PENDAHULUAN. airsoft gun mulai diminati dan perlahan menjadi suatu kegemaran baru. 1 Peminat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan

BAB III PENUTUP. kepemilikan senjata api bagi warga sipil, yaitu: dan diawasi secara ketat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SENJATA API UNTUK KEPENTINGAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin; penggunaan senjata api; Tindakan Kepolisian;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan transportasi pun juga semakin bertambah. Kendaraan bermotor

BAB V PENUTUP. 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

BAB I PENDAHULUAN. sistem kontrol sosial akibat perubahan sosial yang terjadi. Perubahan sosial

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. serta etika dan aturan main) memiliki senjata terjadi justru sebaliknya,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api (Lembaran Negara Republ

I. PENDAHULUAN. Senjata api adalah alat yang boleh digunakan sebagai senjata yang ditembak pada

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PELAYANAN SENPI NON ORGANIK TNI/ POLRI

PRESS REALESE KELOMPOK KRIMINAL BERSENJATA DM YANG BERHASIL DI UNGKAP POLDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGAWASAN SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. keterikatan dan keterkaitan dengan komponen-komponen lainnya.

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 12 TAHUN 1951 TERHADAP KEPEMILIKAN MAINAN AIRSOFT GUN DI WILAYAH SLEMAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. aturan agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan senjata api di Satuan

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGUASAAN DAN PENGGUNAAN SENJATA API

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN ORGANISASI Nomor : 01 /PO/KU/PB/VIII/2010. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Pengurus P.B. Perbakin

BAB II TINJAUAN TEORI MENGENAI PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET. berbanding satu) dengan jenis senjata aslinya. Mainan replika airsoft gun

PROSES PERADILAN TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

Memburu Senpi Made in Cipacing. Oleh Yohanes Rabu, 11 September :54

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 13 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas maka dapat diberi kesimpulan,

I. PENDAHULUAN. Petasan merupakan peledak yang berdaya ledak rendah atau low explosive.

S O P (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) PENGAWASAN SENPI DAN HANDAK SAT INTELKAM POLRES KENDAL

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NASKAH PUBLIKASI UPAYA POLRI DALAM MEMINIMALISIR KEJAHATAN PENYALAHGUNAAN AIRSOFT GUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA

BAB I PENDAHULUAN. berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar sesamanya.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENGGUNAAN SENJATA API MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan perlindungan hukum atas produk tas merek Gendhis adalah sebagai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga mampu, menekan terjadinya setiap permasalahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB III. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG NOMOR. 12/Pid.Sus- Anak/2016/PN.Bdg DALAM PERKARA KEPEMILIKAN SENJATA API OLEH ANAK

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

Transkripsi:

78 V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 1. Perbuatan yang dapat digolongkan sebagai penyalahgunaan perizinan airsoft gun, maka ditarik simpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : a) Penyalahgunaan perizinan airsoft gun sebagai alat pengaman maupun alat beladiri, dapat dikenakan sanksi berupa penyabutan izin kepemilikan dan melakukan penggudangan sebagaimana Pasal 37 peraturan Kapolri No 8 Tahun 2012, baik itu airsoft gun maupun air gun dan berdasarkan ketentuan dari Perbakin juga dapat dikenakan sanksi administratif, sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (e) Peraturan dan Tata tertib bidang olahraga menembak airsoft gun oleh Perbakin. Bagi pengguna Airsoft gun yang tidak memiliki izin/tidak terdaftar dan mempergunakan Airsoft gun sebagai alat pengaman maupun alat beladiri, dapat ditindak sebagaimana kepemilikan senjata api berdasarkan UU Drt No 12 Tahun 1951 Pasal 1 dan Pasal 2 dimana airsoft gun dapat dimasukan kedalam definisi senjata api, dan diperlakukan sebagaimana senjata api illegal atau senjata api rakitan.

79 b) Berjualan airsoft gun tidak memiliki izin resmi serta tidak jelas izin pemasukanya (impor) sebagaimana tertera dalam Pasal 15 peraturan Kapolri No 8 Tahun 2012 dimana pembelian airsoft gun harus melalui importer resmi. Dasar hukum yang dapat digunakan aparat hukum terhadap tindakan Kepemilkan senjata api olahraga airsoft gun tanpa izin (illegal) oleh para penjual airsoft gun yaitu dapat ditindak sebagaimana kepemilikan senjata api berdasarkan UU Drt No 12 Tahun 1951 Pasal 1 dan Pasal 2, airsoft gun dapat dimasukan kedalam definisi senjata api, dan diperlakukan sebagaimana senjata api illegal atau senjata api rakitan. c) Kepemilkan senjata api olahraga airsoft gun tanpa izin (illegal) dan KTA palsu, dapat ditindak sebagaimana kepemilikan senjata api berdasarkan UU Drt No 12 Tahun 1951 Dikenakan Pasal 1 dan Pasal 2 dimana airsoft gun dapat dimasukan kedalam definisi senjata api, dan diperlakukan sebagaimana senjata api illegal atau senjata api rakitan. d) Merubah airsoft gun sehingga memiliki kemampuan mematikan/dirubah menjadi senjata api rakitan jika dilakukan oleh pemilik airsoft gun berizin, Pihak kepolisian dapat memberikan dan merapkan sanksi administratif dalam Pasal 37 ayat (b) butir 6. Bagi pengguna Airsoft gun yang tidak memiliki izin/tidak terdaftar dan melakukan tindakan merubah airsoft gun sehingga memiliki kemampuan mematikan/dirubah menjadi senjata api rakitan ditindak sebagaimana kepemilikan senjata api rakitan berdasarkan UU Drt No 12 Tahun 1951 Pasal 1 ayat (1).

80 2. Penegakan hukum pidana terhadap penyalahgunaan perizinan airsoft gun dengan sarana penal dan non penal,yaitu : a. Sarana penal dengan menggunakan ketentuan hukum yang terdapat dalam: 1. Undang-Undang No 1 Tahun 1946 (KUHP). 1. UU Darurat No.12 Tahun 1951. 2. Peraturan Kepala Kepolisian negara Republik Indonesia no 8 Tahun 2012. b. Penegakan hukum pidana terhadap penyalahgunaan airsoft gun lewat sarana non penal, yaitu: 1. Dari pihak komunitas sendiri perlu adanya pendisiplian serta pengawasan terhadap anggotanya. Menerapkan aturan sebagai berikut : a) Wajib pasang orange tip Hal ini dilakukan masyarakat awam dapat membedakan antara senjata api dan airsoft gun. b) Teknis dalam membawa airsoft gun Ketika dibawa airsoft gun dalam keadaan magazine terlepas dan dimasukan kedalam tas yang disimpan di bagian bagasi mobil, sehingga tidak timbul niat-niat dari pengguna airsoft gun menggunakanya sebagai alat beladiri. c) Pembatasan fp/s

81 pembatasan fp/s ini dilakukan agar airsoft gun sendiri tidak lebih sebagai alat/sarana olahraga yang minim resiko dimana kerusakan yang ditimbulkan masih dapat ditolerir bukan sebagai senjata api. d) Wajib mentaati peraturan, pedoman kepemilikan, kode etik airsoft gun yang ada didalam komunitas/club 2. Pihak POLRI dan TNI bisa melakukan pengawasan berupa tindakan pembinaan atau sosialisasi terhadap komunitas/club airsoft gun. sehingga olahraga airsoft gun bisa diarahkan kepada tindakan yang positif agar nantinya Indonesia bisa berprestasi di cabang olah-raga tembak reaksi internasional. 3. Upaya simpatik dari pihak kepolisian Dahulunya memang airsoft gun tidak membutuhkan izin terkait kepemilikan maupun penggunaanya karna belum diatur dan dikategorikan sebagai mainan. Hanya 500 pucuk airsoft gun yang berizin di Indonesia dan terdata. Untuk itu dari pihak kepolisian bisa melakukan upaya menarik hati/simpatik dari para pemilik airsoft gun agar tertarik menggurus izin kepemilikan airsoft gun, sepeti diberikan subsidi/keringanan mengenai izin dari pihak kepolisian.

82 B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis memberikan saran dalam skripsi ini sebagai berikut : 1. Upaya penertiban yang lebih tepat sasaran harusnya dilakukan kepolisian kepada para penjual airsoft gun yang tak berizin, agar para penjual airsoft gun tidak sembarangan menjual airsoft gun tanpa melihat kelayakan/kepantasan dari pembeli dan tidak hanya mementingkan keuntungan ekonomi yang diperoleh. Memberikan sanksi tegas baik terhadap pelaku penyalahgunaan airsoft gun sebagai alat tindak pidana, maupun terhadap para penjual airsoft gun illegal. Terkait regulasi baru yang dikeluarkan oleh Kepolisian yakni Peraturan Kapolri No 8 Tahun 2012 hendaknya perlu pensosialisasian. 2. Aparat kepolisian menghimbau/mensosialisasikan terhadap masyarakat pemilik dan pengguna airsoft gun, terkait kepemilikan airsoft gun yang tidak memiliki izin agar melakukan pendataan serta pemberian izin resmi di Kepolisian dan aparat kepolisian jangan ragu jika memang dibutuhkan penyitaan terkait kepemilikan airsoft gun yang tak berizin sendiri untuk menekan penyalahgunaan airsoft gun.