JURNAL ILMIAH PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL ILMIAH TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA- MENYEWA MOBIL. (Studi Di Perusahaan Rent Car Di Kota Mataram)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

KARAKTERISTIK PERJANJIAN KERJASAMA PADA PERUSAHAAN PT. PERTAMINA (PERSERO)

FORCE MAJEURE SEBAGAI ALASAN TIDAK DILAKSANAKAN SUATU KONTRAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA / D

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

Grace Margaretha Ginting

Force Majeur & Akibat Hukumnya

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA PENYELESAIAN DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG YANG DILAKUKAN OLEH UD JAYA KACA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN :

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW.

PEMBATALAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KONSUMEN KEPADA PT. BALI DEWATA MAS SEBAGAI PENGEMBANG PERUMAHAN

KEADAAN KAHAR DAN PERISTIWA KOMPENSASI. Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena minyak dan gas

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN DI DARAT

PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL No... Perjanjian ini dibuat pada hari... tanggal... bulan... tahun... ( ) oleh dan antara :

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA

Abstract. Key words: agreements, distribution of oil fuel, responsibility and efforts settlement

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJASAMA SPONSORSHIP YANG DISELENGGARAKAN PT. NOJORONO TOBACCO INTERNASIONAL

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB IV ANALISIS. A. Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Kitab Undang-Undang. Hukum Perdata (KUH Perdata) kepada Para Pihak dalam Perjanjian

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG JAMINAN DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) KOTA MADIUN

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG

RANCANGAN KONTRAK PAKET PEKERJAAN PENGADAAN SARANA PRODUKSI PERTANIAN PAKET C UNTUK WARGA TRANSMIGRAN UPT. PELABI KABUPATEN LEBONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN KONTRAK BISNIS ANTARA BIRO PERJALANAN WISATA GOH DENGAN JAYAKARTA HOTEL DI LEGIAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BAKU PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARI AH

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) KUCH2HOTAHU DI DENPASAR. Oleh Gusti Ayu Mirah Handayani I Made Sarjana I Made Dedy Priyanto

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: adapun alasan penyebab wanprestasi tersebut antara lain:

BAB V PENUTUP. kesimpulan dari hasil penulusuran dan penelitian antara lain sebagai berikut:

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. handy talky. Tren alat komunikasi yang selalu mengalami pergeseran,

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy

Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi 2. Bentuk dan Isi Somasi

BAB I PENDAHULUAN. Table 1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB III PRAKTEK TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP KERUSAKAN DAN KEHILANGAN BARANG. A. Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Kerusakan Dan Kehilangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

SKRIPSI KEWENANGAN KREDITUR UNTUK MELAKUKAN PENYITAAN BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR. Nomor: 606 K/PDT.

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

KONTRAK PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN/RENOVASI RUMAH TINGGAL. Pada hari ini,., tanggal.. kami yang bertanda tangan di bawah ini : :..

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

PERJANJIAN KERJASAMA DI BIDANG JASA ANTARA HOTEL PATRA BALI DENGAN BIRO PERJALANAN WISATA (BPW) PT. SERUM TRANSPORT

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM :

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI ELEKTRONIK, MESIN, DAN FURNITURE ( STUDI PADA UD. KARMA RAHAYU MANDIRI KLUNGKUNG )

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU DALAM TRANSAKSI PENYEDIA JASA PENGIRIMAN YANG DILAKUKAN PT. CITRA VAN

PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI RUMAH TINGGAL KAVLING No TYPE.. M 2 DI PERUMAHAN PURI SYAILENDRA Nomor : /SBP/SPKK/ -09

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU Oleh : VIKI HENDRA, S.Pd D1A 010 242 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2014

ii HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU Oleh : VIKI HENDRA, S.Pd D1A 010 242 Menyetujui, Mataram, Agustus 2014 Pembimbing utama H. Zaenal Arifin Dilaga, S.H., M.Hum NIP. 19610712 198903 1 002

iii ABSTRAK PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU Viki Hendra, S.Pd DIA 010 242 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perjanjian kerjasama pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU. Metode penelitian yang digunakan adalah normatif empiris. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hubungan hukum yang terjadi antara PT. Pertamina dengan SPBU adalah jual beli, sedangakan hubungan hukum antara PT. Pertamina dengan transportir adalah pengangkutan, apabila terjadi wanprestasi oleh SPBU, maka pihak SPBU akan dikenakan sanksi, dan jika terjadi overmach, maka para pihak akan dibebaskan dari tanggung gugat, dan Jika terjadi sengketa, maka alternatif penyelesaiannya adalah melalui musyawarah, arbitrase BANI, dan Melalui pengadilan. Kata Kunci : Perjanjian Kerjasama, Pendistribusian, dan Bahan Bakar Minyak (BBM) COOPERATION AGREEMENT OF FUEL OIL DISTRIBUTION (BBM) BETWEEN PT. PERTAMINA WITH GAS STATION ABSTRACT The purpose of this study is to determine the shape of the cooperation agreement of fuel oil distribution (BBM) between PT. Pertamina with gas station. The research method used in this research is normative empirical. Based on the survey results revealed that the legal relationship between PT. Pertamina with gas stations is selling, while the legal relationship between PT. Pertamina with carrier are shipper, In the event of default by the gas station, the gas stations will be penalized, and if it happens overmach, the parties will be released from liability, and if there is a dispute, the alternative solution is through by deliberation, BANI arbitration, and through the courts. Keywords: Cooperation agreement, Distribution, and Fuel oil (BBM)

i I. PENDAHULUAN Dewasa ini pembangunan sangat membutuhkan daya dukung yang merupakan faktor yang sangat penting dalam terlaksananya suatu tujuan pembangunan. Dalam hal ini daya dukung pembangunan dapat berupa fasilitas sebagai sarana maupun faktor lain yang dapat membantu upaya lancarnya pelaksanaan pembangunan. Dari hal tersebut dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah Indonesia tidak terlepas dari peran penting pemamfaatan minyak dan gas bumi guna memperlancaran dan mempercepat pembangunan Dalam upaya pelaksanaan pembangunan dengan memamfaatkan Minyak dan Gas Bumi yakni dalam bentuk Bahan Bakar Minyak (BBM) perlu adanya kerjasama antara pihak pengelola Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam hal ini adalah PT. Pertamina dengan pihak penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni melalui stasiun pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU). Untuk mempermudah pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada masyarakat umum, maka PT. Pertamina melakukan kerjasama dengan pihak SPBU. Kerjasama tersebut dilakukan melalui Perjanjian kerjasama pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan pihak pengelola SPBU. Namun dalam perjanjian kerjasama pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU juga rawan terjadinya wanprestasi. Wanprestasi terjadi karena tidak dipenuhinya suatu prestasi

ii oleh salah satu pihak yang disebabkan karena adanya faktor kesalahan dan kelalaian yang dapat menyebabkan kerugian bagi para pihak, seperti kurangnya jumlah barang, hilangnya barang, ataupun tidak dipenuhinya barang seperti yang telah diperjanjikan sebelumnya. Selain wanprestasi, perjanjian kerjasama pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU juga rawan akan terjadinya keadaan memaksa (overmacht) yang dapat merugikan para pihak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bebarapa permasalahan, yaitu : 1) Bagaimanakah hubungan hukum para pihak dalam Perjanjian Kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU di Lombok Barat?; 2) Siapakah yang bertanggung jawab atas keterlambatan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disebabkan oleh karena adanya faktor kesalahan dan keadaan memaksa (overmacht) antara PT. Pertamina dengan SPBU di Lombok Barat?; 3) Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa dalam Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU di Lombok Barat? Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui secara jelas hubungan hukum para pihak dalam Perjanjian Kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU di Lombok Barat; 2) untuk mengetahui pihak yang bertanggung jawab atas keterlambatan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disebabkan oleh karena adanya faktor keadaan memaksa

iii (overmacht) antara PT. Pertamina dengan SPBU di Lombok Barat; 3) untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa dalam Perjanjian Kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU di Lombok Barat. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1) Secara teoritis, Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan konstribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya di bidang hukum perjanjian; 2) Secara praktis, Sebagai masukan bagi pihak PT. Pertamina dan pihak pengelola SPBU agar dapat melakukan pencegahan supaya tidak terjadi sengketa antara Pertamina dengan SPBU dalam Perjanjian Kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari : 1) data lapangan yang jenis data berupa data primer, data sekunder dan data tersier; 2) data lapangan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer melalui teknik wawancara di lokasi penelitian secara langsung. Analisis data yang dipergunakan adalah kualitatif. Wilayah dan lokasi penelitian ini adalah dilaksanakan di PT. Pertamina dan SPBU di Lombok Barat.

iv II. PEMBAHASAN Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU Dalam Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU ini melibatkan tiga pihak, yaitu Pertamina disebut sebagai pihak pertama, SPBU disebut sebagai pihak kedua dan Transportir disebut sebagai pihak ketiga. Hubungan hukum antara PT. Pertamina (pihak pertama) dengan SPBU (pihak kedua) adalah jual beli, dimana PT. Pertamina sebagai penjual BBM dan pihak SPBU sebagai pembeli sebagaimana yang telah di sepakati sebelumnya dalam suatu perjanjian Seperti isi Buku III KUHPerdata Bab Kelima Pasal 1457 KUHPerdata yaitu berbunyi: Jual beli adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan, maka dalam perjanjian kerjasama pendistribusian BBM ini, PT. Pertamina selaku penjual harus menyerahkan suatu kebendaan berupa BBM kepada pihak SPBU, dan pihak SPBU harus membayar harga terhadap BBM tersebut dalam bentuk sejumlah uang kepada PT. Pertamina. Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU ini tertuang dalam suatu klausul perjanjian kerjasama antara PT. Pertamina (pihak pertama) dan SPBU (pihak

v kedua). Klausul perjanjian tersebut merupakan perjanjian baku yang dibuat secara sepihak oleh PT. Pertamina sebagai pihak Pertama. Hubungan hukum lain yang terjadi dalam perjanjian kerjasama ini adalah pengangkutan, yang melibatkan antara PT. Pertamina sebagai pihak pertama yang menunjuk pihak transportir sebagai pihak ketiga untuk melakukan jasa pengangkutan BBM ke SPBU. Pengangkutan sendiri merupakan suatu proses kegiatan memuat barang/penumpang ke dalam alat pengangkutan membawa barang/ penumpang dari pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang/penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan. Dalam hal ini pihak transportir sebagai pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, aman dan tepat waktu, sedangkan pihak PT. Pertamina mengikatkan diri untuk membayar sejumlah ongkos atau biaya kepada pihak transporti atas jasa angkutan tersebut. Dalam pelaksanaan pengangkutan ini, pihak transportir melakukan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) dari PT. Pertamina ke SPBU dengan menggunakan mobil tangki pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) milik pihak transportir dengan standarisasi kelayakan dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak PT. Pertamina.

vi Tujuan, waktu dan volume pengangkutan BBM yang akan didistribusikan ke SPBU akan disampaikan oleh pihak PT. Pertamina kepada pihak transportir di instalasi terminal transit/depo PT. Pertamina pada hari pengiriman. Tanggung Jawab Para Pihak Apabila Terjadi Keterlambatan Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang Disebabkan Oleh Karena Adanya Faktor Kesalahan dan Keadaan Memaksa (overmacht) Antara PT. Pertamina Dengan SPBU 1. Wanprestasi; Berdasarkan hasil wawancara dengan Sales Representative XI Pertamina Wilayah NTB yang mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan sanksi kepada salah satu SPBU di wilayah Lombok barat karena telah melakukan suatu pelanggaran dalam kegiatan operasional pada periode agustus hingga September 2013 lalu. Ia mengatakan, sanksi yang diberikan kepada SPBU tersebut mulai dari teguran tertulis sampai dengan stop operasional selama satu minggu. Pelanggaran operasional yang dilakukan oleh SPBU di antaranya terkait penjual BBM kepada pembeli yang menggunakan jirigen. Dia juga mengatakan bahwa Pertamina akan menjatuhkan sanksi hingga penghentian operasi bagi pelanggar standar operasional tersebut jika peringatan tertulis yang telah diberikan tidak direspon dengan tindakan nyata. Ia juga mengatakan bahwa aturan dalam perjanjian yang dibuat sudah jelas bahwa SPBU itu hanya melayani kendaraan bermotor, tetapi kenyataan yang ditemukan dilapangan ada SPBU yang melayani jerigen, sehingga mereka harus diberikan sanksi awal. Di sisi lain, dalam perjanjian ini tidak terdapat pengaturan yang jelas mengenai tanggung gugat PT. Pertamina serta upaya

vii yang dapat ditempuh oleh pihak pengusaha manakala pihak PT. Pertamina melakukan wanprestasi. Perjanjian ini hanya mengatur apabila pihak PT. Pertamina melakukan suatu kesalahan, yang dapat juga dikatakan sebagai wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi, Maka jelas bahwa dalam perjanjian ini terjadi diskriminasi yang mengabaikan dan melanggar UU tentang perlindingan konsumen yang dilakukan oleh PT. Pertamina terhadap pihak SPBU mengenai hak dan kewajiban, sehingga berdampak pada ketidak seimbangan dalam hal tanggung gugat yang lebih memberatkan dan merugikan konsumen dalam hal ini SPBU. 2. Keadaan Kahar (Force Majeur); Keadaan Kahar adalah suatu keadaan dimana pihak debitur dalam suatu kontrak terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak tersebut, keadaan atau peristiwa mana tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur, sementara debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pengusaha SPBU di Lombok barat, Bapak M. Nice dan Sales Representative Depo Pertamina Ampenan Galih Pradipto pada 4 Juli 2014, mereka mengatakan bahwa memang pernah terjadi keterlambatan distribusi BBM dari Pertamina, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah karena adanya tindakan mogok kerja yang terjadi pada pertengahan tahun 2012 lalu yang dilakukan oleh supir truk tangki pengangkut BBM di halaman parkir depo pertamina Ampenan. Dengan

viii adanya mogok kerja yang dilakukan oleh para supir truk yang berlangsung selama beberapa hari ini menyebabkan terlambatnya pasokan BBM ke sejumlah SPBU yang ada di Lombok barat. Alasan mereka memilih mogok kerja karena maraknya aksi penjarahan BBM belakangan ini. Setidaknya dalam satu bulan terakhir telah terjadi tiga kali penjarahan yang dilakukan kelompok masyarakat yang mengatasnamakan petani tembakau. Para penjarah tersebut tidak hanya sekadar menghadang biasa, tapi mereka juga kerap menggunakan senjata. Mereka juga menggunakan mobil, lalu memaksa sopir keluar. Lalu, mata ditutup plakban. Setelah semua BBM dan solar habis dijarah baru truk tangki diserahkan lagi. Berdasarkan Pasal 1460 KUHPerdata yang berbunyi: Jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang telah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya. Maka keadaan kahar yang terjadi diatas bukan merupakan tanggung jawab si penjual dalam hal ini adalah pihak Pertamina, namun risiko yang terjadi adalah tanggunggungan dari si pembeli, dalam hal ini adalah Pihak SPBU. Penyelesaian Sengketa dalam Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU Berdasarkan pada Pasal 18 dalam perjanjian kerjasama antara PT. Pertamina dengan SPBU ini, maka alternatif dalam penyelesaian sengketa antara PT. Pertamina dengan SPBU dilakukan melalui beberapa

ix tahapan yang telah disepakati oleh keduabelah pihak sebelumnya, yaitu: 1) Melaksanakan musyawarah dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari kalender setelah diterimanya surat pemberitahuan mengenai adanya sengketa dari salah satu pihak kepada pihak lainnya; 2) Apabila secara musyawarah tidak berhasil, maka penyelesaian akhir disepakati melalui salah satu dari 2 (dua) jalur berikut: a) Melalui pengadilan; b) Melalui arbitrase BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia). Untuk penyelesaian masalah wanprestasi yang dilakukan oleh Pengusaha SPBU yakni menjual BBM dengan menggunakan jerigen tanpa izin dari instansi terkait, maka menurut bapak Galih Pradipto 1, PT. Pertamina melakukan upaya-upaya secara bertahap, yaitu: a) Pihak PT. Pertamina terlebih dahulu akan memberikan 1 (satu) nilai peringatan tertulis kepada Pengusaha SPBU yang bersangkutan; b) PT. Pertamina memberikan waktu kepada pihak Pengusaha SPBU untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari kalender, 1 terhitung sejak pihak Pengusaha SPBU menerima peringatan tertulis tersebut; c) Apabila kewajiban belum juga dilaksanakan sampai dengan batas waktu yang telah diberikan oleh pihak PT. Pertamina yaitu 14 (empat belas) hari kalender, maka PT. Pertamina berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak. Berkaitan dengan klausula pemutusan perjanjian secara sepihak oleh PT. Pertamina sebagaimana telah disepakati, terdapat ketentuan dalam pasal 8 (delapan) 1 Hasil wawancara dengan Galih Pradipto: Sales Representative XI Depo Pertamina Ampenan pada tanggal 7 Agustus 2014

x ayat (3) perjanjian ini bahwa para pihak telah bersepakat untuk mengesampingkan ketentuan dalam pasal 1266 BW mengenai pemutusan perjanjian melalui pengadilan. Akibat hukum dari pencantuman klausul tersebut adalah, jika terjadi wanprestasi maka perjanjian tersebut batal demi hukum, tanpa perlu dimintakan pembatalan melalui pengadilan. Sedangakan penyelesaian sengketa mengenai pemogokan yang terjadi, maka berdasarkan Pasal 15 ayat (1) perjanjian ini menentukan apabila Keadaan Kahar terjadi, maka kedua belah pihak tidak dapat menuntut ganti rugi atau harus bertanggung jawab atas kegagalan atau keterlambatan dalam melaksanakan kewajibannya yang disebabkan hal-hal diluar kemampuan/kontrol yang wajar dari para pihak. Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa Keadaan Kahar meniadakan tanggung gugat atas pemenuhan suatu prestasi.

xi III. Penutup Kesimpulan Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Hubungan hukum dalam Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT. Pertamina dengan SPBU ini dilakukan dengan melibatkan tiga pihak dalam pelaksanaannya, yaitu Pertamina sebagai pihak pertama, SPBU sebagai pihak kedua dan Transportir sebagai pihak ketiga. Perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) ini merupakan perjanjian baku yang dibuat oleh pihak pertama yaitu PT. Pertamina, sehingga terdapat ketidak seimbangan mengenai pemberian kewajiban antara pihak PT. Pertamina dengan pihak pengusaha SPBU, serta banyaknya klausul larangan yang juga lebih memberatkan pihak pengusaha; 2) Bahwa dalam hal tanggung gugat yang terkait dengan wanprestasi, pada perjanjian ini terdapat ketidak seimbangan pengaturan, yakni apabila yang melakukan wanprestasi adalah pihak pengusaha maka pihak pengusaha diwajibkan oleh PT. Pertamina untuk melakukan pemenuhan prestasi. Dalam hal ini, PT. Pertamina memberikan waktu kepada pihak pengusaha untuk melaksanakannya dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari kalender, terhitung sejak pihak pengusaha menerima peringatan tertulis tersebut dan apabila tidak dilakukan maka PT. Pertamina berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak. Berbeda halnya apabila PT. Pertamina yang melakukan wanprestasi, dalam perjanjian ini tidak dijelaskan; 3) Dalam penyelesaian sengketa yang terjadi antara PT. Pertamina dengan Pihak SPBU mengenai hal-hal yang di atur dalam perjanjian kerjasama Pendistribusian Bahan

xii Bakar Minyak (BBM) ini dilakukan dengan cara melaksanakan musyawarah dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari kalender setelah diterimanya surat pemberitahuan, dan apabila secara musyawarah tidak berhasil, maka penyelesaian akhir disepakati melalui pengadilan dan melalui arbitrase BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia). Saran Saran dari penelitian ini adalah: 1) diharapkan adanya suatu perlindungan hukum yang seimbang yang juga menguntungkan pihak SPBU, tidak di pihak PT. Pertamina saja, serta mengubah isi klausul perjanjian mengenai hak pemutusan secara sepihak oleh PT. Pertamina agar hubungan hukum yang terjadi berjalan adil dan seimbang serta dapat menguntungkan semua pihak; 2) mengenai kewajiban pemenuhan prestasi seperti halnya yang diwajibkan kepada pihak pengusaha SPBU, maka kewajiban pemenuhan prestasi dari pihak Pertamina juga perlu di cantumkan secara jelas dan transparan dalam klausul perjanjian; 3) penyelesaian yang terbaik adalah melalui musyawarah Penyelesaian sengketa, karena melalui cara alternatif non ligitasi ini tidak akan mengganggu dan menghambat kegiatan pendistribusian BBM, sehingga tidak berdampak pada keterlambatan suplai BBM ke konsumen akhir atau masyarakat pada umumnya.

xiii Daftar Pustaka A. Sumber lain Wawancara dengan Galih Pradipto, Sales Representative XI Depo Pertamina Ampenan pada tanggal 7 Agustus 2014