SISTEM PEMANFAATAN PANAS TERBUANG PADA PROSES BLOWDOWN DI BOILER

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

P 3 SKRIPSI (ME ) Bima Dewantara

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

BAB II LANDASAN TEORI

OLEH : SIGIT P.KURNIAWAN

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB II STUDI LITERATUR

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEREKAYASAAN KETEL UAP UTILITAS PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR TIPE PWR 1000 MWe

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia -

PELUANG PENGHEMATAN ENERGI UAP MENGGUNAKAN METODE NON - INVESTMENT POINT ABSTRACT

DASAR PROCESS PEMBENTUKAN STEAM

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru ABSTRACT

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

Tinjauan Teknis Perubahan Kinerja Steam Drum Di Boiler Akibat Blowdown Pada PLTU Unit 3 Dan 4 ( Studi Kasus di PT PJB UP Gresik )

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

ANALISIS EFISIENSI EFEKTIF HIGH PRESSURE HEATER (HPH) TIPE VERTIKAL U SHAPE DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP AMURANG UNIT 1

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. sebagai sarana penyedia tenaga, sehingga menjamin lancarnya proses Kilang yang

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM BOILER

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

FISIKA TERMAL Bagian I

BAB II LANDASAN TEORI

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERHITUNGAN PERFORMA ALAT PENUKAR KALOR AIR PREHEATER A DAN B TIPE ROTARY LAP UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR).

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

E V A P O R A S I PENGUAPAN

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

ANALISIS KESEIMBANGAN KALOR DI UNIT PRESSING PT. BIMOLI BITUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PINCH

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

SKRIPSI PERANCANGAN BURNER KETEL UAP PIPA API BERBAHAN BAKAR OLI BEKAS. Oleh : Maramad Saputra Nara

EFISIENSI ENERGI TERMAL SISTEM BOILER DI INDUSTRI

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

Peluang Penghematan Energi pada Sistem Uap di Industri Tekstil Energy Savings Potential for Steam System in Textile Industry

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan efisiensi boiler. Rotary Air Preheater, lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

MENENTUKAN LAJU ALIR BAHAN BAKAR GAS, AIR DAN UDARA YANG OPTIMAL PADA STEAM GENERATOR

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

E V A P O R A S I PENGUAPAN

ANALISA UNJUK KERJA BOILER TERHADAP PENURUNAN DAYA PADA PLTU PT. INDONESIA POWER UBP PERAK

Studi Pemanfaatan Condensate Outlet Steam Trap Sebagai Air Umpan Boiler di Pabrik Amoniak Pusri-IB

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine

Transkripsi:

SISTEM PEMANFAATAN PANAS TERBUANG PADA PROSES BLOWDOWN DI BOILER Tri Istanto * Abstrack : The boiler blowdown process involves the periodic or continuous removal of water from a boiler to remove accumulated dissolved solids and/or sludges. During the process, water is discharged from the boiler to avoid the negative impacts of dissolved solids or impurities on boiler efficiency and maintenance. However, boiler blowdown wastes energy because the blowdown liquid is at about the same temperature as the steam produced. Any boiler with continuous blowdown exceeding 5% of steam rate is a good candidate for the introduction of blowdown waste heat recovery. Larger energy saving occur with high-pressure boilers. Blowdown waste heat recovery can be recovered with a heat exchanger, a flash tank, or flash tank in combination with a heat exchanger. Lowering the pressure in a flash tank allows a portion of the blowdown to be converted into low pressure steam. This low pressure steam is most typically used in deaerator. The drain water from the flash tank is then routed through a heat exchanger that preheats the boiler s makeup water. Keywords : blowdown, heat recovery, flash tank, flash steam, makeup water Pendahuluan Boiler dan sistem-sistem uap adalah sumber panas yang paling utama dipakai oleh industri secara luas. Hal ini disebabkan uap mempunyai banyak sifat yang menguntungkan antara lain; kandungan panas yang tinggi, memberikan panas pada temperatur konstan, diproduksi dari air (murah, melimpah), bersih, tak berbau, tak berasa, sifat panasnya dapat digunakan terus-menerus, dapat membangkitkan tenaga dimana digunakan untuk pemanasan, mudah didistribusikan dan dikontrol. Dalam operasional suatu boiler, untuk mendapatkan efisiensi boiler yang tinggi dengan cara meminimalkan energi yang terbuang. Penentuan efisiensi boiler secara langsung (direct manner) adalah panas yang diserap oleh uap dibagi dengan masukan energi dari bahan bakar. Efisiensi boiler juga dapat ditentukan dengan menggunakan metoda tidak langsung (indirect manner). Metode ini merupakan cara yang paling akurat untuk menentukan efisiensi boiler. Prinsip metoda tidak langsung adalah dengan menghitung semua rugi-rugi panas yang terjadi pada boiler (dalam persen). Rugi-rugi panas yang paling signifikan dalam sistem boiler adalah rugi-rugi panas di cerobong (stack heat losses), rugi-rugi panas di pembakaran (combustion heat losses), rugi-rugi panas di ruang bakar (radiation heat losses) dan rugi-rugi panas pada proses blowdown (blowdown heat losses). Sehingga efisiensi boiler ( Boiler ) adalah : Boiler = 100% - total rugi-rugi panas (%) Boiler = 100% - stack heat loss combustion heat loss radiation heat loss blowdown heat loss Dengan meminimalkan rugi-rugi panas tersebut diatas, maka dapat diperoleh peningkatan efisiensi boiler, dimana efisiensi boiler merupakan faktor utama yang menentukan biaya operasi dari sistem uap. Tulisan ini akan membahas proses blowdown, manajemen blowdown dan hubungannya dengan upaya memanfaatkan panas terbuang akibat proses blowdown di boiler. * Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Sistem Pemanfaatan Panas Terbuang 25 Pada Proses Blow Down di Boiler Tri Istanto

Proses Blowdown Sebelum air isian (feed water) dimasukkan ke dalam boiler, terlebih dahulu harus diolah secara kimiawi untuk membuang elemen-elemen yang dapat menyebabkan korosi pada boiler, dan juga mempengaruhi kualitas uap yang diperlukan dalam suatu proses industri. Di dalam boiler kesetimbangan kimia harus dipertahankan melalui pengaturan blowdown. Untuk mendapatkan kesetimbangan kimia di dalam boiler kuantitas bahan kimia yang dibuang dari drum lewat blowdown harus sama dengan kuantitas bahan kimia yang masuk lewat air isian. Jika beban uap berubah, laju aliran air isian berubah demikian juga dengan laju aliran blowdown. Air isian untuk boiler pada umumnya mengandung padatan terlarut (dissolved solid ), termasuk mineral-mineral, yang harus dibuang selama proses pembentukan uap. Ketika air menguap di drum uap boiler, padatan-padatan yang terdapat di air isian akan tertinggal. Suspended solid akan membentuk lumpur (sludge) atau kerak (scale) di dalam boiler, dimana akan menurunkan proses perpindahan panas. Dissolved solid menjadikan air boiler membentuk busa (foaming) yang mengakibatkan terjadinya water hammer, dimana akan merusak sistem perpipaan dan terjadi carryover (terkontaminasinya uap dengan padatan) di dalam uap yang terbentuk. Jika tingkat total dissolved solid (TDS) di dalam boiler terlalu tinggi, akan terjadi masalah dalam hal operasi dan perawatan boiler. Untuk menurunkan level suspended dan total dissolved solid (TDS) ke batas yang diijinkan, air secara periodik dikeluarkan (blowdown) dari boiler, dan digantikan dengan air isian yang bersih. Mud blowdown (bottom blowdown) biasanya dikerjakan secara manual selama beberapa detik pada interval beberapa jam (periodically process). Mud blowdown dirancang untuk membuang suspended solids yang mengendap di air boiler yang membentuk lumpur dan kerak. Surface blowdown atau skiming blowdown dirancang untuk membuang dissolved solid yang terkonsentrasi di dekat permukaan cairan. Surface blowdown biasanya merupakan proses yang kontinyu (continuous process). Blowdown yang berlebihan akan menimbulkan inefisiensi dalam pengoperasian boiler. Dimana setiap kali blowdown menyebabkan panas berguna yang terkandung di dalam air yang dikeluarkan terbuang, karena temperatur air yang dibuang tersebut sama dengan temperatur uap yang diproduksi. Biaya bahan bakar boiler secara langsung berhubungan dengan kehilangan panas ini, demikian juga untuk biaya air dan bahan kimia akan meningkat. Sebaliknya blowdown yang terlalu sedikit akan menimbulkan terbentuknya carryover di dalam uap, deposit atau lumpur yang mengurangi efisiensi perpindahan panas dan aliran air di pipapipa boiler. Tidak ada aturan yang pasti jumlah blowdown yang harus dikeluarkan, karena bervariasinya kualitas air isian dari satu tempat dengan tempat yang lain dan tekanan operasi dari boiler. Dengan kata lain jumlah blowdown tergantung dari kualitas air dan tekanan operasi boiler. Dalam kenyataannya besar blowdown bervariasi dari 1% sampai sebanyakbanyaknya 25% (berdasarkan pada aliran air isian). Gambar 1 menunjukkan hubungan antara laju blowdown (%) pada tekanan kerja boiler tertentu (psig) dengan besar heat loss yang terjadi (%). Gambar 1. Grafik hubungan heat loss dengan laju blowdown dan tekanan kerja boiler (Eurotherm Process Automation Ltd, 1999) 26 Mekanika, Volume 3 Nomor 2, Januari 2005

Dari gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin besar laju blowdown pada boiler dengan tekanan kerja yang semakin tinggi, maka jumlah heat loss yang terjadi juga semakin besar. Ini menunjukkan bahwa rugi panas akibat proses blowdown untuk boiler tekanan tinggi adalah besar, sehingga perlu dipasang suatu sistem untuk memanfaatkan panas yang terbuang tersebut. Manajemen Blowdown Manajemen blowdown pada dasarnya ada 2 bentuk; yaitu perbaikan kualitas air isian dan mendapatkan kembali panas dari proses blowdown (heat recovery). Boiler dengan proses blowdown kontinyu melebihi 5% dari laju uap, adalah merupakan prioritas yang baik untuk menggunakan blowdown waste heat recovery. Semakin tinggi tekanan kerja boiler, semakin besar energi yang dapat dihemat/diambil kembali. Tabel 1 dibawah ini menunjukkan potensial heat recovery dari proses blowdown boiler (berdasarkan laju produksi uap 1000000 lb/hr, temperatur makeup water 60 o F, dan 90% heat recovery). Tabel 1. Potensial heat recovery dari proses blowdown (U.S. Department of Energy, 2001) Laju blowdown, % Air isian boiler Heat Recovered, Million Btu per hour (MMBtu/hr) Tekanan Operasi Boiler (psig) 50 100 150 250 300 2 0,45 0,5 0,55 0,65 0,65 4 0,9 1,0 1,1 1,3 1,3 6 1,3 1,5 1,7 1,9 2,0 8 1,7 2,0 2,2 2,6 2,7 10 2,2 2,5 2,8 3,2 3,3 20 4,4 5,0 5,6 6,4 6,6 Sistem pemanfaatan panas terbuang dari proses blowdown dapat menggunakan sebuah penukar kalor (heat exchanger), sebuah tangki cetus (flash tank), atau sebuah flash tank dengan kombinasi sebuah heat exchanger. Gambar 2. Sistem blowdown heat recovery menggunakan sebuah heat exchanger (Sentry Equipment Corp) Sistem Pemanfaatan Panas Terbuang 27 Pada Proses Blow Down di Boiler Tri Istanto

Gambar 3. Sistem blowdown heat recovery menggunakan sebuah flash tank dan sebuah superchanger plate and frame heat exchanger (U.S. Department of Energy, 2002) Dari boiler melalui proses blowdown yang kontinyu air dengan tekanan dan temperatur tinggi serta prosentase tertentu dikeluarkan masuk ke tangki cetus (flash tank). Pada flash tank terjadi proses penurunan tekanan yang signifikan. Penurunan tekanan di flash tank akan menyebabkan sebagian dari air blowdown menguap membentuk uap tekanan rendah (flash steam). Flash steam yang mempunyai tekanan rendah ini kemudian digunakan untuk proses deaerasi (penghilangan kandungan oksigen/gas penyebab korosi di air isian yang akan masuk ke boiler) di tangki deaerator. Air yang tidak menguap di flash tank selanjutnya akan dimasukkan ke sebuah penukar kalor (heat exchanger). Karena air ini mempunyai temperatur yang cukup tinggi, maka digunakan sebagai fluida panas untuk pemanasan awal (preheat) air isian boiler yang dingin (cold feedwater). Keluar dari penukar kalor air isian boiler sudah dalam bentuk pre-heated feedwater. Ini akan menghemat energi untuk pemanasan awal air isian dengan memanfaatkan panas dari air blowdown boiler. Studi Kasus Berikut contoh perhitungan pemanfaatan panas terbuang dari proses blowdown kontinyu dari sebuah boiler dengan menggunakan sistem sebuah flash tank dengan kombinasi sebuah heat exchanger, seperti pada gambar 3 diatas. Kondisi : Laju uap = 1000000 lb uap/jam Tekanan boiler = 200 psig Temperatur cold feed water = 60 0 F Laju blowdown = 5% Efisiensi boiler = 80% Bahan bakar = minyak nilai kalor 150000 Btu/galon, harga $1/galon Tekanan flash tank = 5 psig Menentukan laju blowdown (lb/jam): Laju blowdown = 5% laju feedwater = 0,05 laju feedwater Laju feedwater = (20) laju blowdown dimana : 28 Mekanika, Volume 3 Nomor 2, Januari 2005

Laju feedwater = laju uap + laju blowdown (20) Laju blowdown = 1000000 lb/jam + laju blowdown Maka didapat : Laju blowdown = 52631 lb/jam Menentukan %flash steam yang terbentuk di flash tank : Untuk menentukan %flash steam yang terbentuk di flash tank dapat menggunakan 2 cara: 1. Menggunakan persamaan : ( h f ) s ( hf ) F %flashed steam = x 100% h fg dimana : (h f )s = enthalpi cairan pada tekanan boiler (Btu/lb) (h f )F = enthalpi cairan pada tekanan flash tank (Btu/lb) h fg = panas laten penguapan pada tekanan flash tank (Btu/lb) 2. Menggunakan grafik hubungan antara tekanan boiler, psi (kg/cm 2 ) pada tekanan flash tank tertentu (psig) dengan %flash steam yang terbentuk. Gambar 4. Grafik hubungan %flash steam yang dihasilkan dengan tekanan kerja boiler dan tekanan kerja flash tank (Council of Industrial Boiler Owner, 1997) Dengan menggunakan metode 1, didapat % flash steam : 362 196 %flash steam = x 100% = 17,3% 960 Menentukan panas yang dapat diambil dari flash steam : Karena %flash steam yang terbentuk 17,3% maka laju flash steam : Laju flash steam = laju blowdown. %flash steam = (52631 lb/jam). (0,173) = 9105 lb/jam Laju air yang masuk ke penukar kalor = laju blowdown laju flash steam = 52631 lb/jam 9105 lb/jam = 43526 lb/jam Total panas dari flash steam pada tekanan 5 psig = 1156 Btu/lb Panas yang dapat diambil dari flash steam =(1156 Btu/lb). (9105 lb/jam) = 10,525 MMBtu/jam Menentukan panas yang dapat diambil dari penukar kalor : Air yang tidak menguap di flash tank dialirkan ke penukar kalor untuk pemanasan awal (preheat) air isian yang dingin (cold feedwater). Air isian keluar penukar kalor (pre-heated Sistem Pemanfaatan Panas Terbuang 29 Pada Proses Blow Down di Boiler Tri Istanto

feedwater) mempunyai temperatur 20 0 F lebih besar daripada saat masuk penukar kalor atau sebesar 80 0 F. Panas cairan keluar penukar kalor pada 80 0 F = 48 Btu/lb Panas cairan masuk penukar kalor pada 5 psig = 196 Btu/lb Panas yang dapat diambil = 196 Btu 48 Btu/lb = 148 Btu/lb Panas yang dapat dihemat dari penukar kalor = 43526 lb/jam. 148 Btu/lb = 6441848 Btu/jam = 6,442 MMBtu/jam Menentukan total panas yang dapat diambil : Total yang dapat dihemat = panas dari flash steam + panas dari penukar kalor = 10,525 MMBtu/jam + 6,442 MMBtu/jam = 16,967 MMBtu/jam Menentukan biaya bahan bakar yang dapat dihemat : Pada kondisi efisiensi boiler 80%, artinya 20% input panas dari bahan bakar hilang, sedangkan hanya 80% input panas dari bahan bakar yang digunakan untuk memproduksi uap. Efektifitas bahan bakar = 150000 Btu/galon. 0,08 = 120000 Btu/galon minyak Nilai bahan bakar yang bisa dihemat : = 16,967MMBtu / jam 120000Btu / galon min yak = $3393/hari x 24 jam/hari x $1/galon minyak Kesimpulan 1. Blowdown waste heat recovery dalam sebuah boiler hanya dapat diterapkan jika proses blowdown pada boiler tersebut kontinyu (continuous process). 2. Semakin tinggi tekanan kerja boiler, semakin besar energi yang dapat diambil kembali dari proses blowdown, sehingga dianjurkan memasang blowdown waste heat recovery system. 3. Blowdown waste heat recovery dapat menggunakan sebuah penukar kalor (heat exchanger), sebuah tangki cetus (flash tank), atau sebuah flash tank dengan kombinasi sebuah penukar kalor. 4. Blowdown waste heat recovery menggunakan flash tank bertujuan untuk menghasilkan flash steam yang digunakan untuk proses deaerasi di deaerator, sedangkan menggunakan heat exchanger bertujuan untuk proses preheat air isian boiler. Daftar Pustaka Anthony L Wright, 2003, Optimizing Boiler and Steam Efficiency, presented on Denver Saving Water Workshop Council of Industrial Boiler Owner (CIBO), 1997, Energy Efficiency Handbook Eurotherm Process Automation Ltd, 1999, Boiler Blowdown Control Sentry Equipment Corp, Continuous Blowdown Heat Recovery Systems; Installation, Operating & Maintenance Instruction Tranter PHE, Inc. 2000, Superchanger Boiler Blowdown Heat Recovery Applications U.S. Department of Energy, 2001, Recover Heat from Boiler Blowdown, DOE/GO-10099-995, 2pp U.S. Department of Energy, 2002, Boiler Blowdown Heat Recovery Project Reduces Systems Energy Losses at Agusta Newsprint, DOE/GO-102002-1536, 2pp U.S. Department of Energy, 2003, Minimize Boiler Blowdown, DOE/GO-10099-054, 2pp 30 Mekanika, Volume 3 Nomor 2, Januari 2005