BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha

PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Semua anak manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1.

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB I PENDAHULUAN. (2012) bahwasannya dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menghambat perkembangan perilaku. Autisme bisa dideteksi

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa mengalami perkembangan dalam masa hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

PENINGKATAN METODE PEMBELAJARAN PADA PESERTA DIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reza Febri Abadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Anak-anak, terutama anak usia dini yang masih dalam tahap dasar untuk berpikir sehingga cenderung belum mampu merekam secara lengkap semua pesan yang disampaikan tersebut lebih dari satu. Kenyataannya tidak semua anak dapat melakukan komunikasi dengan baik, salah satu anak yang memiliki gangguan komunikasi adalah anak penyandang autis. Menurut Yatim (2002: 164), ada tiga kelompok anak penyandang autis yaitu kelompok anak autis yang menyendiri, kelompok anak autis yang pasif dan kelompok anak autis yang aktif. Anak-anak dari kelompok anak autis yang menyendiri biasanya jarang menggunakan kata-kata dan hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata yang sederhana. Kelompok kedua adalah kelompok anak autis yang pasif, yang mempunyai ciri-ciri seperti memiliki pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih mengalami keterlambatan untuk bisa berbicara dibandingkan anak lain yang sebaya. 1

2 Kelompok ketiga yaitu kelompok anak autis yang aktif. Anak-anak dari kelompok ini bertolak belakang dengan anak-anak dari kelompok autis yang menyendiri karena bisa lebih cepat berbicara dan memiliki pembendaharaan kata paling banyak. Meskipun anak-anak ini sudah bisa merangkai kata dengan baik, namun terkadang masih terselip kata-kata yang tidak bisa dimengerti. Menurut Yatim (2002: 165), anak autis akan mengalami penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Menurut Soekanto (2004: 65), penyandang autis biasanya mengalami gangguan dalam bidang kognitif, afektif, dan sosial. Hal ini terlihat pada keterbatasan penyandang autis dalam beraktivitas, sering mengulang-ulang gerakan yang sama dan mengalami gangguan komunikasi dalam berhubungan dengan orang lain, meskipun secara fisik terlihat sehat. Anak-anak yang menderita autis mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap ransangan-rangsangan dari kelima panca indranya, meliputi indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa dan indra peraba. Anak-anak yang menderita autis sangat beragam, baik kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi maupun perilakunya. Anak autis mengalami berbagai keterbatasan dan karakteristik yang dimiliki, maka anakanak autis melakukan proses komunikasi yang berbeda dengan proses komunikasi yang dilakukan orang-orang pada umumnya. Komunikan yang dalam hal ini adalah siswa penyandang autis, memiliki kemampuan komunikasi yang terbatas dibandingkan siswa lain pada umumnya.

3 Menurut Safaria (2005: 9), kriteria diagnostik pada anak dengan autis adalah timbul sebelum usia 30 bulan, secara pervasive (menyeluruh) kurang responsif terhadap orang lain sehingga mengakibatkan kegagalan membina perilaku melekat dengan orang lain, gangguan yang sangat berat dalam kemampuan perkembangan bahasa, apabila dapat berbicara pola bicaranya sangat aneh, tidak terdapat halusinsasi, paham atau pelanggaran asosiasi dan inkoherensi seperti pada skizofrenia. Kondisi ini menjadi sulit diatasi serta akan berubah menjadi stressor yang berat bagi orang tua dalam menghadapi anak yang menderita autis, oleh karena itu orang tua perlu dibekali pengetahuan yang tepat tentang gangguan ini. Orang tua diharapkan berhatihati dalam berkomunikasi dengan anak penderita autis. Hal ini dikarenakan penyandang autis mempunyai cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya karena mengalami kesulitan dalam berpikir, mengingat dan menggunakan bahasa. Menurut Handojo (2008:4), bagi anak penyandang autis, komunikasi menjadi sesuatu yang sangat sulit. Anak penyandang autis mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena mereka mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, sedangkan bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Apabila perkembangan bahasa mengalami hambatan, maka kemampuan komunikasi akan terhambat. Kemungkinan munculnya hambatan dapat disebabkan karena anak yang menjadi komunikator merupakan anak dengan kebutuhan khusus, yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya seperti kemampuan berbicara. Anak special

4 needs atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. Padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi, begitupula dengan autisme. Menurut Sujarwanto (2005:168), autisme merupakan gangguan pervasive yang mencakup gangguan-gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal, interaksi sosial, perilaku emosi. Gangguan autisme mempunyai rentang yang cukup panjang, pada ujung yang satu terdapat autisme ringan sedangkan pada ujung yang lain berat sekali. Kemampuan anak penyandang autisme dalam mengembangkan interaksi sosial dengan orang lain sangat terbatas, bahkan mereka bisa sama sekali tidak merespon stimulus dari orang lain. Autisme merupakan kondisi anak yang mengalami gangguan hubungan sosial yang terjadi sejak lahir atau pada masa perkembangan, sehingga anak tersebut terisolisasi dari kehidupan manusia. Keterbatasan yang dialami anak autisme adalah gangguan berkomunikasi, tetapi bukan berarti anak penyandang Autisme tidak dapat berkomunikasi, namun tetap melakukan komunikasi tetapi dengan gaya komunikasi yang berbeda. Mereka juga berinteraksi dengan gaya mereka sendiri, misalnya saja melakukan sesuatu dengan cara berulang-ulang, membentur-benturkan kepala, berteriak-teriak, dan lain-lain. Hal-hal tersebut cara anak autisme melakukan komunikasi, karena mereka tidak mampu melakukan secara verbal. Perilaku-perilaku yang digambarkan tadi dapat

5 membuat kita menyadari bahwa anak-anak berkebutuhan khusus salah satunya penyandang autisme memerlukan orang-orang yang dapat memahami, dan mengerti apa yang di inginkan oleh anak tersebut. Berdasarkan kenyataan yang ada di paud islam makarima terdapat satu anak penyandang autisme yang bernama Muhammad Hamka Al Karim. Hamka adalah anak yang berbeda dengan anak lainny karena Hamka memiliki kesulitan dalam berbahasa,berbicara,berkomunikasi,dan berinteraksi dengan temannya di kelas. Hamka juga senang sekali menyendiri dan jarang mau berkomunikasi dengan temannya. Dari latar belakang di atas bahwa autisme dapat teratasi yaitu dengan melatih berkomunikasi dengan orang lain. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Penanganan Anak Autisme melalui Komunikasi Sosial di PAUD Islam Makarima Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. B. Pembatasan Masalah Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya membahas cara menangani anak autisme yang bernama hamka melalui komunikasi sosial pada PAUD Islam Makarima Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Islam Makarima Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014 melalui pembelajaran Sentra.

6 C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka kami rumuskan masalah yang akan menjadi fokus penelitian pada penulisan skripsi ini yaitu Bagaimana penanganan anak autisme melalui komunikasi sosial di PAUD Islam Makarima Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu ingin mendeskripsikan penanganan anak autisme melalui komunikasi sosial di PAUD Islam Makarima Kartasura tahun ajaran 2013/2014. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris serta memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang anak-anak yang berkebutuhan khusus pada pendidikan anak usia prasekolah dan pendidikan anak usia TK pada khususnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai anak autisme.

7 b. Bagi Guru Peneliti ini dapat memberikan masukan kepada guru dalam menghadapi anak didiknya yang menyandang kelainan autisme. c. Bagi Orang Tua Penelitian ini semoga menentukan metode dan terapi yang dapat mereka laksanakan untuk putra-putri mereka yang menyandang autisme. d. Bagi Penulis Dengan melaksanakan penelitian ini menjadikan penulis makin bertambah ilmu dan pengetahuan tentang anak yang berkebutuhan khusus.