BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari telinga dan mata

dokumen-dokumen yang mirip
SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1. All About Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

- SELAMAT MENGERJAKAN -

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

PEREMPUAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. sering disebut masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

- Selamat Mengerjakan dan Terima Kasih -

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.1 Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari telinga dan mata (Notoatmodjo, 2010a). Pengetahuan juga merupakan hasil dari mengingat sesuatu baik sengaja ataupun tidak sengaja dan terjadi setelah seseorang kontak terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak dan Chayatin, 2011). Menurut Notoatmodjo (2010a) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 8

9 3) Aplikasi (Aplication) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. 4) Analisi (Analysis) Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi. 5) Sintesis (synthesis) Merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak & Chayatin (2011) faktor faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain : 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi, pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika

10 seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseoarng dalam penerimaan informasi. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung 3) Usia Dengan bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). 4) Minat Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menukuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. 5) Pengalaman Ada kecendrungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha dilupakan oleh seseorang sedangkan jika menyenangkan secara psikologis akan timbul kesana yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan pada akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 6) Kebudayaan Lingkungan Sekitar Kebudayaan dimana kita tinggal dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 7) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

11 c. Pengukuran Pengetahuan Dan Kriteria Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. (Notoatmodjo, 2010a). Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Karina & Warsito (2012) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan dengan : a) Baik : hasil presentasi 75% b) Kurang : hasil presentasi < 75% 2.1.2 Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja a. Pengertian Kesehatan reproduksi remaja merupakan keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2011b). Menurut Pangkahila dalam Astiti (2012) kesehatan reproduksi pada konsepnya bukan hanya membicarakan masalah seksual semata, namun lebih luas mencangkup semua aspek tentang struktur dan fungsi organ reproduksi dan faktor yang mempengaruhi fungsi reproduksi tersebut. Sehingga berdasarkan konsep ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi harus diberikan sedini mungkin. Pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi remaja merupakan pengetahuan tentang fungsi, sistem, dan proses reproduksi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia, sekaligus memantapkan moral, etika serta membangun

12 komitmen agar tidak terjasi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut (Kemenkes RI, 2011b). Kesehatan reproduksi remaja ini menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional karena remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa. Dalam konteks ini lebih menekankan pentingnya penyediaan sumber atau saluran yang dapat diakses oleh remaja dalam memenuhi haknya memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang baik dan memadai sehingga terhindar dari informasi yang menyesatkan (Marmi, 2013). Salah satu model pelayanan kesehatan remaja yang diperkenalkan oleh Kementrian Kesehatan RI adalah Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR). Upaya-upaya yang dilakukan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam upaya promotif dan preventif yakni pembentukan konselor sebaya (Kemenkes RI, 2011b). Konselor sebaya merupakan anak remaja yang berasal dari sekolah (SMP/SMA/sederajat), karang taruna, pekerja industri, anak jalanan yang dilatih sehingga mampu memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dan membantu menyelesaikan masalah kesehatan pada teman sebayanya (Astiti, 2012) Selanjutnya dalam Marmi (2013) disebutkan bahwa ada beberapa alasan mengapa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini menjadi isu penting, antara lain : 1) Pengetahuan remaja masih sangat rendah tentang kesehatan repoduksi. Hanya 17,1% perempuan dan 10,4% laki-laki mengetahui secara benar tentang masa subur dan resiko kehamilan.

13 2) Akses akan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja sangat terbatas baik dari orangtua, sekolah, maupun media massa. Budaya tabu menjadi suatu kendala yang kuat dalam hal ini. 3) Informasi yang menyesatkan yang memicu kehidupan seksualitas remaja yang semakin meningkat dari berbagai media, yang apabila tidak dibarengi oleh tingginya pengetahuan yang tepat dapat memicu perilaku seksual yang bebas yang tidak bertanggungjawab. 4) Kesehatan reproduksi berdampak panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial remaja. Seperti misalnya Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) akan berdampak pada kesinambungan pendidikan khusnya remaja puteri. 5) Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja yang rendah akan merusak masa depan remaja seperti pernikahan, kehamilan serta seksual aktif sebelum menikah juga terinfeksi HIV dan penyalahgunaan narkoba.

14 b. Materi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Menurut BKKBN (2004) & Kemenkes RI (2011b) ada beberapa materi pengetahuan Kesehatan reproduksi remaja yang diberikan antara lain : 1) Organ Reproduksi a) Anatomi reproduksi Wanita Gambar 2.1 Anatomi Reproduksi Wanita (1) Bagian luar (Genetalia eksternal) Semua jaringan yang membentuk bagian luar (genetalia eksternal) wanita disebut perineum. terletak antara tulang kemaluan dengan anus yang terdiri dari : Labia mayora merupakan dua lipatan jaringan yang tebal. Labia minora terletak diantara labia mayora yang tersusun atas jaringan yang sangat halus. Clitoris merupakan bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual karena banyak terdapat saraf. Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus

15 (2) Bagian Dalam (genetalia Internal) Vagina, bersifat elastis dan dapat membesar sesuai fungsinya Mulut rahim yakni menghubungkan vagina dengan rahim. Rahim(uterus) merupakan tempat tumbuhnya janin hingga dilahirkan Tuba Falopii terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang akan disalurkan ke dalam rahim melalaui saluran ini. Ovarium dimana menghasilkan hormon-hormon estrogen dan progesterone dan sel telur (Smeltzer & Bare, 2001). b) Anatomi reproduksi Laki-laki. Gambar 2.2 Anatomi Reproduksi laki-laki (1) Organ Reproduksi Bagian Luar (Genetalia Eksternal) Penis merupakan saluran untuk mengeluarkan sperma dan air seni. Preputium merupakan lekukan kulit yang melindungi kepala penis Testis (buah pelir) merupakan penghasil hormon testosteron dan spermatozoa, jumlahnya ada dua buah.

16 Skrotum merupakan kantong kulit yang melindungi testis. (2) Organ Reproduksi bagian Dalam (Genetalia Internal) Vas deferens (saluran sperma) yakni saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke saluran kencing Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan sperma yang berguna memberikan makanan pada sperma. Uretra (saluran kencing) merupakn jalan bagi air kencing dan air mani menuju lubang di ujung kepala penis c) Keperawanan Dikatakan perawan apabila belum pernah melakukan hubungan seksual (penis masuk ke vagina). Dimulut vagina terdapat selaput dara (hymen), dimana bentuk dan ukurannya berbeda-beda, ada yang tebal, tipis, besar maupun kecil. Robeknya selaput dara belum tentu karena telah melakukan hubungan seksual tetapi bisa juga karena kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam dan olahraga. Perawan atau tidaknya seorang perempuan, tidak dapat dilihat dari cara jalannya, payudara atau pantat yang turun, seperti mitos yang masih ada dalam masyarakat (Kemenkes RI, 2011a). d) Menstruasi Secara berkala sel telur yang sudah matang akan dikeluarkan dari indung telur. Sel telur ini akan bergerak melalui saluran telur menuju rahim. Sementara itu rahim secara berkala akan mengalami penebalan pada dindingnya sehingga jika diperlukan akan siap menerima hasil konsepsi. Jika

17 sel telur tidak bertemu dengan sperma berarti sel telur tersebut tidak dibuahi didalam rahim, sel telur tersebut akan menempel pada dinding rahim dan membentuk lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah. Kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut rahim dan vagina dalam bentuk darah yang biasanya terjadi tiga sampai tujuh hari. Jarak antara satu haid dengan haid berikutnya tidak sama pada setiap orang. Umumnya organ reproduksi mulai melaksanakan fungsinya pada kisaran 10-14 tahun (Marmi, 2013). Remaja perempuan yang sudah mestruasi, beresiko hamil apabila melakukan hubungan seksual (Depkes, 2010). e) Ejakulasi Ejakulasi merupakan keluarnya cairan sperma melalui saluran kemih, bisa terjadi dengan ransangan maupun tampa ransangan (Kemenkes RI, 2011b). f) Masturbasi/Onani Masturbasi/onani merupakan aktivitas meransang dengan menyentuh atau meraba organ genetalia. Perkembangan pertumbuhan organ-organ reproduksi pada remaja, akan mempengaruhi kegiatan faal reproduksi yang salah satunya adalah meningkatkan rangsangan seksual dari dalam diri remaja. Selain itu ransangan tersebut banyak dipenngaruhi oleh faktor dari luar seperti majalah, film dan hal-hal lain yang berbau porno. Selain hal tersebut juga dipengeruhi oleh rasa ingin tahu remaja. Secara fisiologis masturbasi/onani tidak mengganggu kesehatan selama dilakukan dengan bersih dan tidak terobsesi. Tentu saja masturbasi/onani tidak akan menyebabkan kehamilan kecuali jika cairan ejakulat di tumpahkan di vagina pasangannya (Kemenkes RI, 2011b)

18 g) Mimpi Basah Remaja laki-laki memproduksi sperma tiap harinya, sperma tidak selalu harus dikeluarkan, dalam hal ini akan diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui cairan keringat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki) melalui mimpi basah. Umumnya pada pria organ reproduksi mulai berfungsi pada kisaran umur 13-17 tahun (Kemenkes RI, 2011b). 2) Konsepsi dan Kehamilan a) Kehamilan Kehamilan merupakan suatu bentuk alamiah reproduksi manusia yaitu proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana merupakan cikal bakal janin dan berkembang didalam rahim sampai akhirnya dilahirkan sebagai bayi (Depkes RI, 2010) b) Kondisi-kondisi Yang Menyebabkan Kehamilan Kondisi-kondisi yang menyebabkan kehamilan antara lain : pertama dilihat dari usia subur dimana seorang individu secara seksual sudah matang, untuk pria dimulai sejak diproduksinya sperma yang biasanya ditandai dengan mimpi basah, untuk perempuan dimulai sejak diproduksinya sel telur ditandai dengan terjadinya menstruasi. Kedua dari masa subur perempuan dan ejakulasi laki-laki, dan yang ketiga melakukan hubungan seksual dimana

19 akan terjadi pertemuan sperma dan ovum. Walaupun hubungan seksual dilakukan hanya sekali saja, kemungkinan untuk hamil selalu ada (BKKBN, 2004). Kehamilan bisa saja terjadi jika ejakulasi dilakukan diluar (penis tidak dimasukkan ke dalam vagina), hanya disentuhkan di mulut vagina. Walaupun mengandung sperma dalam jumlah kecil namun lendir dari vagina bisa menjadi media sperma masuk ke dalam vagina (Kemenkes RI, 2011b). Terdapat beberapa mitos yang masih ada dimasyarakat antara lain: perempuan tidak akan hamil kalau setelah melakukan hubungan seksual segera loncat-loncat. Kemungkinan untuk hamil tetap ada karena ketika sperma telah melewati vagina, sperma tetap akan mencari sel telur yang matang yang sudah siap dibuahi. Sperma yang terlanjur masuk kedalam sulit untuk dikeluarkan kembali (Depkes, 2010). c) Keadaan Ideal untuk Hamil, Perawatan Pehamilan dan Kontrasepsi. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal yakni : kesiapan fisik bila sudah berumur 20 tahun dimana organ reproduksinya sudah matang, kesiapan mental bila merasa sudah siap menjadi orang tua dan kesiapan sosial ekonomi. Hamil dan mengalami persalinan pada usia dibawah 20 tahun dapat menimbulkan banyak resiko seperti : anemia, pre-eklamsi dan eklamsi, perdarahan pasca persalinan, keguguran/abortus dan mempunyai resiko dua sampai lima kali kematian dibandingkan usia 20-35 tahun (Marmi, 2013).

20 Perawatan kehamilan dilakukan minimal empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama paling tidak pada akhir bulan keempat kehamilan, pemeriksaan kedua pada bulan keenam/ketujuh, pemeriksaan ketiga pada bulan kedelapan dan pemeriksaan keempat pada bulan kesembilan. Kontrasepsi adalah upaya menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Kontrasepsi dapat dilakukan tampa menggunakan alat, secara mekanis menggunakan obat dan dengan operasi (Kemenkes RI, 2011a). 3) Kesehatan Reproduksi Yang Bertanggung Jawab Kebersihan dan kesehatan diri remaja mencangkup pemeliharan rambut, kuku, mandi, merawat alat kelamin, kebersihan tangan dan kaki, kebersihan pakaian, cara berolahraga dan istirahat yang cukup. Ada beberapa tips antara lain : pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari, menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan tidak ketat, membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang menggunakan air bersih dan dikeringkan dengan tissue/handuk, pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap empat jam atau setelah buang air kecil.

21 4) Prilaku Seksual Yang Beresiko Materi yang dijelaskan mencangkup : a) Seks Pranikah Menurut Mutadin dalam Widiastuti (2008) prilaku seks pranikah adalah prilaku seks yang dilakukan tampa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhinya anatara lain : pengaruh kelompok sebaya, rasa ingin tahu yang besar, berkembangnya organ seksual baik primer maupun sekunder, lingkungan dan pengaruh media massa. b) Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD) Merupakan kehamilan yang tidak diinginkan/diharapkan oleh salah satu kedua-duanya calon orang tua bayi tersebut. Penyebabnya karena ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang prilaku seksual yang dapat menyababkan kehamilan, akibat pemerkosaan diantaranya oleh teman kencannya, dan kegagalan kontrasepsi akibat tampa disertai pengetahuan yang cukup dan benar tetang kontrasepsi tersebut (BKKBN, 2004). c) Aborsi Aborsi meupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya. Aborsi bisa terjadi secara alamiah atau tidak sengaja, bisa juga karena adanya suatu usaha yang disengaja. Dalam BKKBN (2004) dikemukan beberapa alasan remaja memilih aborsi antara lain : ingin terus melanjutkan sekolah, takut pada orang tua, belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak, rasa malu terhadap

22 lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum menikah dan tidak mencintai pacar yag menghamili. Aborsi menimbulkan resiko jangka pendek dan jangka panjang bahkan kematian. d) Penyakit Menular Seksual (PMS) Remaja yang aktif secara seksual memiliki resiko tinggi tertular PMS. PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Penyakit kelamin yang dapat terjadi antara lain : gonorrhoe/kencing nanah, sifilis/raja singa, herpes genetalis, Human Papilloma Virus (HIV), kandidiasis dan trichomoniasis. Pencegahan penyebarluasan PMS ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni : hindari seks bebas, bersikap setia, penggunaan kondom dan edukasi saling berbagi informasi mengenai PMS (Marmi, 2013). e) HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (Marmi, 2013). HIV ditularkan melalui kontak seksual, injeksi, darah yang terkontaminasi atau perinatal dari infeksi ibu ke bayi dan berganti-ganti pasangan. Saat ini tidak ada pengobatan untuk AIDS meskipun antiviral dapat memperpanjang waktu pasien (Kemenkes RI, 2011a).

23 2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan fisik, sosial-psikologis (Sarwono, 2011). Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2007). Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa dimana terjadi perubahan fisik maupun psikis. Masa ini berlangsung pada usia 10 sampai 19 tahun (Kemenkes RI, 2011a). 2.2.2 Perubahan Fisik Remaja Perubahan fisik remaja merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Bukan hanya menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh, melainkan juga meliputi perubahan ciri-ciri yang terdpat pada kelamin. Perubahan fisik mulai tampak ketika anak memasuki masa awal remaja sebagai bagaian pertama dalam masa remaja secara keseluruhan. Perubahan ini hampir selalu disertai dengan perubahan dalam sikap dan prilaku (Dewi, 2012). Yang spesifik pada pertumbuhan fisik remaja adalah kecepatan tumbuhnya termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi untuk mencapai kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi (BKKBN, 2003) Menurut Yusuf (2007) dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri antara lain :

24 a. Ciri-ciri Seks Primer Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, penis mulai memanjang dan kelenjar prostat yang semakin membesar. Matangnya organ seks tersebut memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Pada remaja perempuan kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim,vagina dan ovarium yang sangat cepat. Ovarium akan menghasilkan ova (telor) dan mengeluarkan hormon-hormon yng diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa ini remaja perempuan mengalami menarche. b. Ciri Seks Sekunder Pada remaja pria ditandai dengan perubahan suara, tumbuhnya jakun, tumbuhnya kumis dan jambang, otot dada, bahu da lengan yang melebar dan pertumbuhan rambut kelamin, dada, ketiak dan lain-lain. Sedangkan pada remaja putri ditandai dengan pinggul yang melebar, payudara yang membesar dan pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak. 2.2.3 Perkembangan Jiwa Remaja Menurut Erikson dalam Kemenkes RI (2011a) pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia remaja muda. Remaja ingin tahu kedudukan dan perannya dalam lingkungannya. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan. Sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain, dan apabila ditentang mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi.

25 Sejalan dengan perkembangannya, mulai muncul tanda-tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja antara lain : a. Remaja Awal (Early Adolescence) Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erostis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. b. Remaja Madya (Middle Adolescence) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Merasa senang jika banyak teman menyukainya. Ada kecendrungan menyukai diri sendiri dan menyukai teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Pada tahap ini ditandai dengan pencapaian lima hal yakni: minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain dan tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat umum (Sarwono, 2011).

26 2.2.4 Masalah-masalah Seksualitas Pada Remaja Perilaku seksual adalah segala tindak laku yang didorong hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga berkencan dan bersenggama. Sebagian tingkah laku ini memang tidak berdampak terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang bersangkutan. Tetapi bila dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi. Sementara dampak psikososial yang timbul antara lain ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah misalnya pada kasus kehamilan remaja di luar nikah (Dewi, 2012) Beberapa permasalahan remaja berkaitan dengan perilaku seksual antara lain kasus-kasus kekerasan seksual yang mengakibatkan trauma, hubungan seksual pra nikah, kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja, aborsi pada remaja, pernikahan diusia muda hingga penularan IMS ataupun HIV dan AIDS pada remaja yang nampaknya masih belum banyak diangkat dan dibahas secara mendalam. Semua keadaan tersebut ibarat Ice Berg Phenomena (penomena gunung es) yang terlihat hanya pada puncaknya, padahal dari dasarnya masih banyak kasus yang belum terdeteksi (BKKBN, 2011).

27 2.3 Kehamilan Pada Usia Remaja 2.3.1 Pengertian Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja (usia 14-19 tahun) yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja (sudah menikah) maupun tidak sengaja (belum menikah) (Pudiastuti,2011). Resiko yang kemungkinan terjadi pada kehamilan remaja <20 tahun akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia produktif sehat yakni usia 20-35 tahun (Kemenkes RI, 2011a). 2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Pada Usia remaja Menurut Dewi (2012) dan Rosa (2012) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan pada usia remaja antara lain : a. Dorongan Biologis Pada masa remaja ditandai dengan adanya kematangan biologis. Dengan kematangan ini seorang remaja sudah dapat nelakukan fungsi reproduksi sebagai mana layaknya orang dewasa lainnya. Hal ini akan membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya dengan melihat film forno atau cerita cabul. Bila tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri cenderung berakibat negatif yakni terjadinya hubungan seksual pranikah di masa pacaran (Dewi, 2012).

28 b. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Kurangnya atau minimnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi menyebabkan remaja tidak dapat mencari alternatif perlindungan untuk dirinya dalam mencegah kehamilan. c. Kesempatan dan Pandangan tentang Konsep Cinta Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual. Remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan saran untuk berkomunikasi dengan pasangan. Menurut Soetjiningsih dalam Kartikadewi (2011) bila ada kesempatan, para remaja akan melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. d. Pendidikan Pendidikan yang rendah akan berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi selain juga meningkatkan kemungkinan aktivitas remaja yang kurang. Rendahnya pendidikan disebabkan karena ekonomi keluarga yang kurang. Kekurangan biaya menjadi kendala bagi kelanjutan pendidikan. Di Nepal tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan menurunnya kemungkinan menikah di usia dini. Laki-laki dan perempuan di Nepal tidak menikah selama masa

29 pendidikan. Tingkat pendidikan berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan perkawinan semakin rendah tingkat pendidikannya (Rafidah dkk, 2009). e. Ekonomi Keadaan ekonomi yang tidak mencukupi mendorong seseorang mencari pelindung yang bertanggung jawab penuh terhadap dirinya hal ini hanya dapat tercapai bila menikah dan untuk memperingan beban dan tanggung jawab orang tua. f. Adat istiadat Atau Pandangan Masyarakat Di pedesaan perkawinan terjadi pada saat umur belia yang diikuti dengan kehamilan. Hal ini karena budaya yang masih melekat dengan asumsi untuk membebaskan tanggung jawab orang tua maka mereka akan menyerahkan tugasnya pada suami dengan menikahkan anaknya. Kecendrungan pada masyarakat untuk meningkatkan usia perkawinan muda ternyata didukung oleh Undang-Undang yang berlaku di Republik Indonesia yaitu UU no. 1/1974 tentang perkawinan. Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang tersebut menyatakan : Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Selain itu juga masih adanya budaya tabu dalam membicarakan segala sesuatu yang berkenaan dengan seksualitas.

30 2.3.3 Dampak Kehamilan Remaja Adapun dampak dari kehamilan remaja menurut Pudiastuti (2011) antara lain : a. Di komunitas 1) Dibidang sosial, remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan menerima sikap ungkapan negatif karena dianggap memalukan yang dapat menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya. 2) Menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial misalnya putus sekolah, rasa rendah diri, kawin muda dan perceraian diri, rasa bersalah yang berlebihan, ancaman hukuman pidana dan sangsi berat. b. Pada remaja 1) Pengguguran Kehamilan Kehamilan yang tidak diinginkan sering kali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan hampir 60% kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Aborsi yang sengaja beresiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan mereka yang lebih tua (Marmi, 2013). Aborsi juga dapat terjadi secara tidak sengaja (alamiah). Ini bisa terjadi akibat kondisi psikologis ibu yang tertekan karena rasa cemas, stres yang tinggi, ketidaksiapan calon ibu menerima keadaannya dan pengaruh lingkungan (BKKBN, 2004). 2) Resiko Persalinan Yang Terjadi Pre eklamsi, anemia, BBLR, premature, PMS, kematian bayi dan PMS yang meningkat pada remaja yang hamil. Prematuritas terjadi karena kurang

31 matangnya alat reproduksi, terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec). 3) Beresiko Kanker Servik Hubungan seks pada usia dibawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel kanker pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12 17 tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali. Saat sel sedang membelah secara aktif (metamorfosis) idealnya tidak terjadi kontaks atau rangsangan apapun di luar, termasuk masuknya benda asing dalam tubuh perempuan. Karena adanya benda asing, termasuk alat kelamin pria dan sperma akan mengakibatkan perkembangan sel ke arah abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka yang mengakibatkan infeksi dalam rahim. Sel abnormal dalam mulut rahim itu dapat mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker serviks menyerang alat kelamin perempuan, berawal dari mulut rahim dan berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan (Marmi, 2013).

32 4) Perceraian Pasangan Muda Pernikahan remaja di usia muda dengan status emosi yang masih belum stabil kebanyakan berujung kepada perceraian. Disamping itu faktor ekonomi dari pasangan yang berubah drastis dimana sebelumnya kedua pasangan suami isteri dibiayai oleh orang tua. Kini berubah menjadi memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan segudang masalah yang mereka hadapi dapat menyebabkan para pasangan berpikiran singkat untuk segera menyelesaikan hubungan yang telah terjadi dengan jalan perceraian. 2.3.4 Penanganan Kehamilan Remaja Adapun penanganan yang dapat dilakukan antara lain : a. Perawatan perinatal yang adekuat dapat membantu mendeteksi dan mengurangi risiko kehamilan pada remaja. Dengan cara pantau keseimbangan kebutuhan nutrisi selama hamil, gali masalah dan keluhan dengan seksama untuk skrining dini risiko kehamilan dan persalinan dan waspai gejala-gejala kegawatdaruratan/ komplikasi yang memerlukan tindakan segera. b. Dalam menghadapi proses persalinan perlu dukungan penuh dari keluarga dan rencana persalinan yang adekuat, dimana dan siapa yang akan menolong pada saat persalinan. Upayakan pelayanan komprehensif sedekatnya pada remaja kehamilan risiko tinggi. Konseling yang memadai dapat meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan keluarga. c. Pendekatan psikologis dan rasional dengan bersahabat pada remaja perlu dilakukan dengan tidak menghakimi, memberikan dukungan psikologis,

33 interaksi sosial yang terjaga sehingga remaja merasa terbuka terhadap masalah- masalah sosial, psikologis dan kesehatan yang dialaminya. d. Mendampingi ibu hamil pada usia remaja sangat dianjurkan sebagai tindakan promotif dan preventif dalam mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi. e. Persiapkan metode rujukan yang tepat dan terencana bila saat persalinan tiba maupun terjadi kegawatdaruratan obstetri yang memerlukan pertolongan ahli pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. 2.3.4 Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Kehamilan Pada Usia Remaja. Remaja yang sedang berada pada masa sulit, tidak pasti dan cenderung labil mudah sekali terpengaruh informasi melalui media audio-visual yang semakin mudah diakses yang belum tentu kebenarannya (Respati, 2012). Pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar diharapkan dapat membentengi remaja untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seksual, sehingga remaja akan berpikir berulang kali ketika akan berprilaku seksual karena sudah mengerti akan dampak dari perilaku tersebut, termasuk salah satu didalamnya adalah kehamilan usia remaja ( Kopa dalam Pratiwi, 2009). Pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar hanya mungkin didapat dari sumber-sumber yang terpercaya seperti tenaga kesehatan terlatih, orang-orang yang memiliki pengalaman lama dan menangani masalah seksualitas, guru di sekolah, dan mungkin bisa jadi orang tua di rumah yang secara proaktif mau mempelajari tentang masalah tersebut. Media massa tidak bisa diharapkan dapat menjamin informasi yang sahih dan kredibel, karena saat ini justru media

34 massalah yang kadang menjadi pemicu lahirnya perilaku seksual yang tidak rasional dan tidak bertanggung jawab. Internet misalnya kerapkali menjadi rujukan utama sebagian besar remaja secara bebas tanpa informasi edukatif apapun yang mendasarinya. Pada akhirnya remaja menjadi tanpa kendali/kontrol menyaring informasi dan justru didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi maka akan melahirkan perilaku mencoba-coba untuk mempraktekkan apa yang telah mereka lihat (Cecep dkk, 2008). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mustika tahun 2010 di SMAN 2 Banguntapan Bantul didapatkan hasil remaja dengan tingkat pengetahuan tentang reproduksinya baik maka perilaku seksualnya juga baik..