PENERAPAN METODE DETEKSI BULUMATA UNTUK PENINGKATAN AKURASI PENGENALAN PERSONAL BERBASIS CITRA IRIS

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

SEGMENTASI IRIS MATA BERBASIS TRANSFORMASI NON-SEPARABLE WAVELET DAN TRANSFORMASI RANDOMIZED HOUGH ABSTRAK

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA TELINGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI HOUGH ABSTRAK

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS

SEGMENTASI IRIS MATA BERBASIS TRANSFORMASI NON-SEPARABLE WAVELET DAN TRANSFORMASI RANDOMIZED HOUGH ABSTRAK

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI POLA IRIS MATA MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI TRANSFORMASI WAVELET

SEGMENTASI IRIS MATA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HOUGH

APLIKASI PENGENALAN SELAPUT PELANGI (IRIS) MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HAAR WAVELET

YOGI WARDANA NRP

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN PENGHAPUSAN TEKSTUR DAN K-MEANS DENGAN BATASAN RUANG

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK MEMVERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCALITY PRESERVING PROJECTION

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FILTER GABOR ABSTRAK

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULA dan SARA

PENGARUH PENCAHAYAAN TERHADAP KINERJA SEGMENTASI

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB)

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE ABSTRAK

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006

ANALISA HASIL PERBANDINGAN IDENTIFIKASI CORE POINT PADA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE DIRECTION OF CURVATURE DAN POINCARE INDEX

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt

BAB 2 LANDASAN TEORI

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

PERBAIKAN KUALITAS CITRA IRIS MATA UNTUK PENGENALAN POLA (BIOMETRIC) RINGKASAN

Sistem Pengenalan Individu Berdasarkan Warna Iris Mata

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

Arga Wahyumianto Pembimbing : 1. Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT 2. Christyowidiasmoro, ST., MT

Batra Yudha Pratama

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL BINARY PATTERN ABSTRAK

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG)

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

PERBAIKAN CITRA UNTUK PENGENALAN WAJAH PADA CITRA WAJAH DENGAN PENCAHAYAAN TIDAK MERATA

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION

Pengenalan Ekspresi Wajah Berdasarkan Bentuk dan Tekstur

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

Muhammad Reza Rukmana 1 Fakultas Informatika Universitas Telkom, Jalan Telekomunikasi No 1, 40257, Bandung, Indonesia

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK

IDENTIFIKASI INDIVIDU BERDASARKAN CITRA SILUET BERJALAN MENGGUNAKAN PENGUKURAN JARAK KONTUR TERHADAP CENTROID ABSTRAK

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine

PENGENALAN CITRA TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN MENGGUNAKAN SVM DAN FILTER GABOR

PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA ABSTRAK

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

Perancangan Perangkat Lunak untuk Ekstraksi Ciri dan Klasifikasi Pola Batik

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

BAB 4 PENGUJIAN DAN EVALUASI. teknik pemrosesan citra dengan menggunakan logika samar dan dengan teknikteknik

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

IMPLEMENTASI FUSI INFORMASI HIRARKIS PADA PENGENALAN CITRA WAJAH MULTI-SPECTRAL

NON-PHOTOREALISTIC RENDERING UNTUK SCENE ANIMASI 3D MENGGUNAKAN ALGORITMA CEL-SHADING

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN FITUR WARNA DAN TEKSTUR DENGAN FGKA CLUSTERING (FAST GENETICS K-MEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR

SEGMENTASI ENDAPAN URIN PADA CITRA MIKROSKOPIK BERBASIS WAVELET

SISTEM TEMU KEMBALI CITRA GEDUNG BERDASARKAN INFORMASI GARIS PADA BENTUK GEDUNG

DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bahasa Inggris ada pepatah yang mengatakan a picture is worth a

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

PENGHAPUSAN NOISE PADA CITRA DENGAN FILTER ADAPTIVE- HIERARCHICAL

KUALITAS UNJUK KERJA PENDETEKSIAN CITRA IRIS DENGAN WAVELET 2D

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

Deteksi Lokasi Bibir Otomatis Pada Citra Wajah Berbasis Ciri Bentuk dan Warna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Transkripsi:

PENERAPAN METODE DETEKSI BUUMATA UNTUK PENINGKATAN AKURASI PENGENAAN PERSONA BERBASIS CITRA IRIS Andi Patombongi*, Rully Soelaiman ** Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Email: tomy@cs.its.ac.id *, rully@is.its.ac.id ** ABSTRAK Untuk meningkatkan akurasi pengenalan personal berbasis citra iris, salah satu yang perlu dilakukan adalah mendeteksi bulumata dan menghilangkannya untuk ekstraksi fitur-fitur dari citra iris. Untuk menyelesaikan masalah ini, maka dalam penelitian ini diusulkan sebuah metode untuk mendeteksi bulumata berdasarkan nilai fokus iris dan menghilangkan daerah bulumata yang terdeteksi untuk ekstraksi fitur-fitur iris. Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, karena deteksi bulumata berdasarkan nilai fokus iris maka keakuratan pengenalan iris tidak dipengaruhi oleh citra yang mengalami efek blurring. Kedua, akurasi dari identifkasi dan verifikasi citra iris akan meningkat karena daerah yang terdeteksi sebagai bulumata akan dihilangkan untuk ekstraksi fitur-fitur dari citra iris. Dari hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa akurasi dari pengenalan iris dengan menerapkan pendeteksian bulumata meningkat lebih dari 1,75% ketika dibandingkan dengan akurasi pengenalan iris tanpa menerapkan pendeteksian bulumata. Kata Kunci: pengenalan iris, nilai fokus iris, deteksi blumata PENDAHUUAN Untuk meningkatkan keakuratan dari metode pengenalan iris telah banyak penelitian dilakukan, seperti mendeteksi daerah bulumata yang dianggap noise (yang menutupi daerah iris pada iris. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan diantaranya, Daugman (Daugman, 2003, 2004 memperkenalkan metode untuk mendeteksi bulumata tetapi algoritma dan akurasinya tidak ditunjukkan secara detail, algoritma deteksi bulumata juga telah diusulkan oleh Kong dan Zhang (Kong dan Zhang, 2001, Kong (Kong, 2003 dan ibor Masek (Masek, 2003 menggunakan sebuah 1D Gabor filter untuk mendeteksi separable eyelashes (bulumata yang terpisah dan mudah dibedakan dari bulumata lainnya dan window 5 x 5 untuk mendeteksi multiple eyelashes (bulumata yang saling tindih. Namun, semua penelitian tersebut menggunakan fixed treshold untuk mendeteksi bulumata terhadap kondisi fokus citra dan tidak menunjukkan kinerja yang baik ketika mendeteksi bulumata khususnya ketika terjadi efek blurring pada citra. Penelitian-penelitian tersebut juga belum diuji pada algoritma pengenalan iris. Berdasarkan dari permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitianpenelitian yang disebutkan diatas, maka penelitian ini mengusulkan sebuah algoritma untuk mendeteksi bulumata berdasarkan nilai fokus iris, treshold yang digunakan bergantung pada nilai fokus iris agar keakuratan dari pendeteksian bulumata tidak dipengaruh oleh efek blurring citra. Daerah bulumata yang telah terdeteksi tidak akan digunakan untuk ekstraksi fitur-fitur iris agar dapat meningkatkan keakuratan verifikasi dan identifikasi citra iris

METODE DETEKSI BUUMATA YANG DIGUNAKAN Deteksi Daerah Iris Untuk mendeteksi daerah iris dan kelopak mata digunakan integrodifferential operator (Daugman, 2003, 2004. Namun metode ini telah dimodifikasi untuk mengoptimalkan keakuratannya, diantaranya mendeteksi boundary pupil terlebih dahulu sebelum mendeteksi boundary iris dan perbaikan yang lainnya adalah integral garis lingkaran hanya dihitung pada boundary kiri dan kanan saja dan meminimalkan perhitungan integral garis pada bagian atas lingkaran seperti diilustrasikan pada Gambar 1. Gambar 1. Convolution Kernel Untuk Mengukur Nilai Fokus Iris Persamaan integrodifferential pada persamaan 1. akan dioptimalkan menjadi persamaan 2., sehingga perhitungan nilai integral boundary terbagi menjadi 3 bagian seperti ditunjukkan pada persamaan 3, persamaan 4. dan persamaan 5. max ( r, x0, y0 G ( r r r, x0, y0 ds 2r max ( (int1 int ( r, x, 2 int 3 0 y G r 0 r dimana int 1 = ds ( /16 r int 2 = int 3 = r, x0, y0 ds (19 /16 r ds (14 /16 r r, x0, y0 r, x0, y0 ds 2 r ds (29 /16 r r, x0, y0 r, x0, y0 (1 (2 (3 (4 (5 Deteksi Kelopak Mata Untuk mendeteksi kelopak mata digunakan digunakan linear hough transform dan deteksi tepi dengan canny edge detection (Masek, 2003. Mengukur Nilai Fokus Iris Untuk mengukur nilai fokus maka digunakan sebuah (5 x 5 pixel convolution kernel untuk membedakan antara focus dan defocus iris image. convolution kernel yang digunakan sama dengan metode yang digunakan oleh Kang (Kang, 2007. C-8-2

Deteksi Multiple Eyelashes Tahap-tahap pendeteksian multiple eyelashes ditunjukkan pada Gambar 2. Posisi awal untuk mendeteksi multiple eyelashes adalah garis paling atas dari daerah pendeteksian bulumata atau bulumata yang telah terdeteksi. Jika titik ( yang meupakan pusat dari lokal window terhubung dengan garis atas daerah pencarian bulumata atau bulumata yang terdeteksi maka bulumata dideteksi dengan menggunakan mean ( µ dan standar deviasi ( terhadap level gray di lokal window yang dintujukkan pada persamaan 7. Jika titik ( tidak terhubung dengan garis atas daerah pencarian bulumata maka titik ( digerakkan secara horisontal. Ukuran window dan treshold (T1 ditentukan oleh ukuran skor fokus (F seperti pada Tabel 1. Gambar 2. Diagram alur Deteksi Multiple Eyelashes G, T, (6 1 dimana µ, µg, berturut-turut merepresentasikan mean dari intensitas gray di lokal window, mean dari keseluruhan daerah iris dan standar deviasi intensitas gray di lokal window. adalah checking point (pusat window. T1 adalah nilai threshold yang ditentukan pada Tabel 1. Tabel 1. Treshold dan Ukuran Window Untuk Pendeteksian Multiple Eyelashes No 1 2 3 4 Kondisi (F adalah nilai fokus iris F 45 35 F 45 30 F 35 F 30 Deteksi Separable Eyelashes Threshold (T1 13 12 8 5 Ukuran window (pixels 11 x 11 11 x 11 15 x 15 17 x 17 Posisi awal untuk mendeteksi separable eyelashes adalah garis paling atas dari daerah pendeteksian bulumata atau bulumata yang telah terdeteksi. Jika R yang meupakan pusat dari Convolution Kernel terhubung dengan garis atas daerah pencarian bulumata atau bulumata yang terdeteksi maka bulumata dideteksi dengan menggunakan convolution kernel yang dipilih dari Gambar 5 dengan mencari manakah nilai Q yang terbesar dari perkalian intensitas dari pusat convolution kernel dengan convolution kernel tersebut. Jika R tidak terhubung dengan garis atas daerah pencarian bulumata C-8-3

maka R digerakkan secara horisontal. Jika convolution kernel telah dipilih maka akan dihitung nilai,, dan G jika persamaan 8. tidak terpenuhi maka maka R atau checking point digerakkan secara horisontal. Sebaliknya, jika persamaan 8. terpenuhi sepuluh kali (karena pada umumnya bulumata mempunyai sifat continuit maka R atau checking point adalah separable eyelashes. Jika persamaan 8. belum terpenuhi sebanyak sepuluh kali maka checking point (R di alihkan ke (S pada Gambar 3. Gambar 3. Convolution Kernel Untuk Mendeteksi Separable Eyelashes : (a untuk mendeteksi bulumata dengan arah vertikal (b untuk mendeteksi bulumata dengan arah horisontal. Q dimana dan adalah standar deviasi dan mean dari convolution kernel pada Gambar 3. G merupakan mean dari keseluruhan iris, T2 merupakan treshold yang ditentukan berdasarkan nilai fokus citra pada Tabel 2., G, T I ( R (7 2, Tabel 2. Treshold dan Ukuran Window Untuk Pendeteksian Separable Eyelashes No Kondisi (F adalah nilai fokus iris Threshold (T2 N pixels 1 2 3 4 F 45 35 F 45 30 F 35 F 30 7 6 5 2 1 2 3 4 HASI PERCOBAAN Untuk menguji keakuratan dari sistem yang telah dibangun maka perlu untuk membandingkan atau menghitung nilai hammning distance dari semua citra mata dari database CASIA V.1 yang berjumlah 756 citra mata dari orang berkebangsaan cina sebanyak 108 orang, tiap orang memiliki 7 citra yang dibagi dalam 2 season, season kedua diambil setelah satu bulan dari pengambilan citra season pertama, season pertama berjumlah 3 citra dan season kedua berjumlah 4 citra. Tabel 3. merupakan penggunakan database pada percobaan. C-8-4

Tabel 3. Penggunaan Database Casia V.1 Data database CASIA V.1 data training Perbandingan intra-class Perbandingan inter-class Jumlah 756 citra 108 x 2 = 216 citra 11 x 108 = 1188 perbandingan 12 x 107 x 108 = 138.672 perbandingan Nilai Fokus Iris Nilai fokus iris digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi bulumata, merupakan proses blurr dengan menggunakan Gaussian Mask dengan beragam derajat blurring (Gonzalez and Woods, 2002. dan akan dilihat perubahan nilai fokusnya. Deteksi Bulumata Hasil dari pendeteksian bulumata ditunjukkan pada Gambar 4. dari file 008_1_3 pada CASIA database V.1. Gambar 4. Hasil Deteksi Bulumata Dapat dilihat dari hasil yang didapatkan pada Gambar 4. bahwa semakin besar derajat blurring yang diberikan pada citra tidak begitu mempengaruhi dari hasil pendeteksian bulumata. Pengujian Percobaan ini diuji pada prosesor dualcore 1,73 GHz, dan memori 1 GB. Tabel 4. menunjukkan waktu rata-rata eksekusi dari tiap proses pengenalan iris. Untuk ekstraksi fitur iris akan digunakan 1D og Gabor Filter (D.Field, 1987. dengan titik pusat frekuensi / centre wavelength (f0 18 dan bandwidth ( 9 dengan 1 filter, centre wavelength dan bandwidth dan jumlah filter yang digunakan berdasarkan penelitian ibor Masek (Masek, 2003 untuk meningkatkan keakuratan pengenalan iris. Untuk matching citra akan digunakan metode Hamming Distance (Daugman, 2004. C-8-5

Tabel 4. Waktu Eksekusi Dari Masing-Masing Proses Proses Waktu Rata-Rata(Detik Deteksi Daerah Iris 17.383 Deteksi Kelopak Mata 0.13333 Menghitung Nilai Fokus 0.0046296 Deteksi Multiple Eyelashes 2.3648 Deteksi Separable Eyelashes 7.987 Normalisasi Iris 0.078704 Ekstraksi Fitur Iris 0.014815 Matching Citra 0.103 Jumlah 28,0692786 Gambar 5. merupakan distribusi intra-class dan distribusi inter-class tanpa menerapkan metode pendeteksian bulumata dan juga menunjukkan daerah yang saling overlap dari distribusi intra-class dan distribusi inter-class yang merupakan error dari sistem. Setelah distribusi intra-class dan distribusi inter-class didapatkan maka selanjutnya akan ditentukan threshold yang optimal sehingga didapatkan nilai FAR (False Accept Rate dan FRR (False Reject Rate yang optimal atau mendekati nol. Gambar 5. Histogram Intraclass Dan Interclass Hamming Distance Tanpa Menerapkan Metode Deteksi Bulumata Gambar 6 merupakan distribusi intra-class dan distribusi inter-class dengan menerapkan metode pendeteksian bulumata dan juga menunjukkan daerah yang saling overlap dari distribusi intra-class dan distribusi inter-class yang merupakan error dari sistem Gambar 6. Histogram Intraclass Dan Interclass Hamming Distance dengan Menerapkan Metode Deteksi Bulumata C-8-6

Tabel 5. Hasil Percobaan Hasil Tanpa Deteksi Bulumata Dengan Deteksi Bulumata Maksimum intraclass 0.4723 0.4517 Mean intraclass 0.3469 0.3107 Standar deviasi intraclass 0.0485 0.0432 Minimum interclass 0.3849 0.3924 Mean interclass 0.4711 0.4683 Standar deviasi interclass 0.0102 0.0104 Decidability index 5.0113 7.0906 Threshold 0.4458 0.4302 False Reject Rate (FRR 2.0202 0.2525 False Accept Rate (FAR 2.0401 0.2531 Tabel 5. menunjukkan hasil dari penelitian ini yang membandingkan antara pengenalan personal berbasis citra iris dengan menerapkan metode pendeteksian bulumata dan tanpa menerapkan metode pendeteksian bulumata. Tabel 6. Perbandingan Dengan Metode yang Telah ada Hasil Penulis, Tahun Database FAR(% FRR(% (Sanchez-Reillo, 2001 200 + citra 3,6 3,6 (Tisse, 2002 300+ citra 0 11 (Ma, 2002 1088 citra 0,1 0,83 (Ma, 2003 2255 citra 0,1 0,97 (Ma, 2004 2255 citra 0,29 0,29 (Krichen, 2004 700 visible-light citra 0 0,57 (Takano, 2004 Citra dari 10 individu 0 26 (He, 2006 1200 citra CASIA database 1,32 1,32 (Thornton, 2007 CMU database, 2000+ 0,39 0,39 citra (Nabti, 2007 756 CASIA V.1 0,4 0,4 (Kang, 2007 756 CASIA V.1 0,364 0,364 Metode yang diusulkan 756 CASIA V.1 0.2531 0.2525 Tabel 6. merupakan perbandingan hasil percobaan dari metode yang diusulkan dengan metode yang telah ada, semakin kecil nilai FAR dan FRR maka keakuratan dari pengenalan personal berbasis citra iris akan semakin baik. Hasil percobaan yang dilakukan oleh Tisse (Tisse, 2002, Krichen (Krichen, 2004 dan Takano (Takano, 2004 menghasilkan nilai 0% untuk FAR namun mereka tidak mempertimbangkan nilai FRR sehingga nilai FRR yang mereka hasilkan sangat besar. Dari metode yang diusulkan didapatkan nilai FAR 0.2531 % dan FRR 0,2525, hasil ini lebih baik jika dibandingkan dari metode yang telah ada seperti ditunjukkan pada Tabel 6. C-8-7

KESIMPUAN Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode deteksi bulumata diperoleh FAR = 0,2531 % dan FRR = 0,2525 %, hasil ini menunjukkan bahwa akurasi dari pengenalan iris dengan menerapkan pendeteksian bulumata meningkat lebih dari 1,75 %, juga lebih baik jika dibandingkan dengan metode yang telah ada sebelumnya. Karena metode yang digunakan berdasarkan nilai fokus iris maka hasil pendeteksian bulumata lebih akurat jika derajat blurring semakin besar. Nilai False Accept Rate dan False Reject Rate yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan Metode yang diusulkan sangat akurat untuk pengenalan personal berbasis citra iris, nilai False Accept Rate dan False Reject Rate yang mendekati nol tidak terlepas dari proses segmentasi iris yang sangat baik khususnya pada penerapan integrodifferential operator yang telah dioptimalkan. Waktu eksekusi seluruh proses pengenalan iris adalah 28,07 detik dan proses terlama adalah pada proses deteksi daerah iris yang memerlukan waktu rata-rata 17,383 detik. Untuk penelitian mendatang kami merencanakan untuk mengefisienkan waktu eksekusi pada proses deteksi daerah iris, dan menggunakan metode deteksi kelopak mata yang lebih baik, yaitu mendeteksi boundary kelopak mata yang sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA Daugman, J.G. (2004, How Iris Recognition Works, IEEE Trans. Circuits Systems Video Technol, 14 (1, 21 30. Gonzalez, R.C., Woods, R.E. (2002, Digital Image Processing 2/E, Prentice Hall. Kang, J.K., Park, K.R., A robust eyelash detection based on iris focus assessment, Pattern Recognition etters, 28, 1630-1639. Kong, W.K., Zhang, D. (2001, Accurate Iris Segmentation Based On Novel Reflection And Eyelash Detection Model, In: Proc. Internat. Symposium on Intelligent Multimedia, Video and Speech Processing, pp. 263 266. Kong, W.K. (2003, Detecting Eyelash And Reflection For Accurate Iris Segmentation, Internat. J. Pattern Recognition Artif. Intell, 17 (6, 1025 1034. Masek,. (2003, Recognition Of Human Iris Patterns For Biometric Identification, Technical Report, The School of Computer Science and Software Engineering, The University of Western Australia. Soelaiman, R. Pengenalan Personal Berdasarkan Iris Menggunakan Metode Characterizing Key ocal Variations. Nabti, M., Bouridane, A., (2007, An effective and fast iris recognition system based on a combined multiscale, Pattern Recognition, 41, 868-879. C-8-8