BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan, harus mengambil atau menerima dan mengelola berbagai risiko keuangan secara efektif, agar dampak negatifnya tidak terjadi. Risiko yang diterima oleh sebuah bank adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa bersifat negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan dan bukannya menguntungkan bank. Tetapi tanpa kegiatan usaha yang berisiko, bank tidak akan memperoleh return sebagai imbal hasilnya (Tampubolon, 2004:4). Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha perbankan tersebut. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola yang sehat dan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengelolaan risiko bank agar tidak menimbulkan kerugian bank yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank. Bank merupakan institusi yang paling rentan terhadap kegagalan, tetapi justru tidak boleh gagal. Kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem perbankan dan bahkan sistem perekonomian, oleh karena itu otoritas moneter negara sangat berkepentingan untuk mengatur dan mengawasi sistem perbankan (Tampubolon, 2004:7). 1
Dalam rangka menciptakan prakondisi dan infrastruktur pengelolaan risiko maka bank wajib mengambil langkah-langkah persiapan pelaksanaan pengelolaan risikonya. Untuk itu pada tanggal 19 Mei 2003 Bank Indonesia menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2004. Semua bank nasional, daerah, koperasi dan cabang bank asing di Indonesia harus mengimplementasikan peraturan itu dalam menjalankan operasional sehari-hari. Penerapan Manajemen Risiko (Risk Management) bertujuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan terjadinya suatu risiko atau peristiwa. Manajemen Risiko merupakan proses di mana sebuah bank secara metodik menghubungkan risiko yang melekat pada kegiatannya dengan tujuan untuk mempertahankan/memperbesar keuntungan dari setiap aktifitas dan lintas portofolio dari semua kegiatan. Fokus dari Manajemen Risiko adalah mengidentifikasi, mengelola dan mengendalikan risiko dengan sebaik-baiknya. Tujuannya adalah untuk menambah value dari semua aktivitas bank ke arah yang paling maksimal (Tampubolon, 2004:34-35). PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business District Center) Medan merupakan salah satu bank komersil yang melakukan aktifitas khusus untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Dengan demikian PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan tidak terlepas dari berbagai risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan usaha bank. Untuk itu, bank ini juga wajib menerapkan Manajemen Risiko dalam menjalankan operasional sehari-hari yang 2
bukan hanya untuk memenuhi peraturan dari Bank Indonesia namun juga untuk memberikan nilai tambah bagi bank. Dalam rangka penetapan Manajemen Risiko bagi bank umum, Bank Indonesia telah menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 yang di dalamnya Bank Indonesia telah menetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh perbankan Indonesia dalam menetapkan Manajemen Risiko. Peraturan dari Bank Indonesia membedakan delapan jenis risiko yang harus dikelola bank sebagai berikut : 1. Risiko Kredit 5. Risiko Hukum 2. Risiko Pasar 6. Risiko Reputasi 3. Risiko Likuiditas 7. Risiko Strategik 4. Risiko Operasional 8. Risiko Kepatuhan Penelitian yang dilakukan ini difokuskan pada penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional dalam bidang perkreditan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Perkreditan merupakan salah satu unit usaha bank yang menjadi sumber pendapatan utama bagi bank komersil, selain sumber pendapatan lain dari proses pendanaan dan jasa-jasa perbankan lainnya. Jadi kredit merupakan salah satu aktiva yang produktif dalam aktifitas operasi bank komersil. Namun demikian, kredit juga merupakan unit usaha yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi yang disebabkan oleh berbagi faktor, yang diantaranya adalah perubahan ekonomi ataupun kondisi lingkungan lainnya, yang pada gilirannya dapat menjadikan sebuah kredit menjadi bermasalah. Risiko kredit 3
masih sangat dominan dibanding risiko lainnya. Risiko kredit relatif memiliki lebih banyak alat pengaman seperti kolateral, risk premium dalam perhitungan bunga, dan lain sebagainya. Risiko operasional berbeda dari jenis risiko lainnya, karena risiko ini tidak berhubungan langsung untuk menghasilkan imbal hasil (return) (Tampubolon, 2004:191). Dalam usaha perkreditan, risiko kredit dan risiko operasional merupakan risiko yang saling berhubungan erat. Dalam bidang perkreditan yang menjadi salah satu indikator adanya risiko kredit dimana risiko operasional juga ikut mempengaruhi tingkat risiko kredit ini adalah tingkat non performing loan (NPL). Pada PT. Bank Mandiri Persero (Tbk). Cabang SBDC Medan tingkat NPL adalah 1,87%. Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan risiko kredit dan risiko operasional diharapkan mampu terus memperbaiki tingkat NPL ini sendiri serta mampu memberikan hasil yang optimum kepada bank. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah penerapan Manajemen Risiko dengan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sebagai objek penelitian, yang akan dituangkan dalam skrispsi dengan judul Penerapan Peraturan BI NO. 5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. 4
B. Batasan dan Perumusan Masalah Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 bertujuan agar aktivitas usaha yang dilakukan bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat menggannggu kelangsungan usaha bank dan pengelolaan setiap aktivitas fungsional bank sedapat mungkin terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis maka dibuatlah batasan masalah yaitu pada risiko kredit dan risiko operasional. Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam pertanyaan berikut: Apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang SBDC Medan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan penulis tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum. 5
2. Bagi pihak bank, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko. 3. Bagi pihak lain, khususnya bagi almamater Fakultas Ekonomi USU sebagai bahan rujukan atau sumber informasi bagi penulisan lainnya yang melakukan penelitian ataupun melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum. D. Kerangka Konseptual Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 Risiko Kredit Risiko Operasional PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business District Center) Medan Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual 6