BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB IV PENUTUP. 1.1.Peran Anggota Legislatif Dalam Menjalankan Fungsi DPRD. Kabupaten Lombok Utara tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN FUNGSI DPRD DI KOTA SEMARANG PERIODE Oleh: Hikmia Rahadini Pradipta

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 33 TAHUN : 2005 SERI : A NOMOR : 8 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 33 TAHUN 2005

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

KERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

PEMERINTAH DAERAH JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

BAB III PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DI KABUPATEN SUMBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENEG PP. Layak Anak. Kabupaten. Kota. Kebijakan. Pelaksanaan.

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DIKABUPATEN KARIMUN

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

- 4 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004

PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD)

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem demokrasi memiliki pemikiran mendasar mengenai konsep partisipasi politik. Secara umum partisipasi politik dapat dikatakan bahwa kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara, dan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Indonesia merupakan negara demokrasi, memiliki sistem pemerintahan yang mampu menyusun kebijakan pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan bagi masyarakat. Tetapi lebih dari itu, pemimpinnya juga harus mampu mengimplementasikan dan mengevaluasi implementasi kebijakan tersebut, selalu mengembangkan sikap dan perilaku keteladanan dalam hal kemampuan intelektual, keahlian, keterampilan, etika dan moral pemimpin. Salah satu lembaga pemerintahan yaitu DPRD yang merupakan sebuah lembaga yang diyakini masyarakat sebagai penyambung aspirasi masyarakat. DPRD memiliki tiga fungsi yaitu pertama adanya fungsi legislasi yang berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah, yang kedua fungsi anggaran yang merupakan kewenangan dalam hal anggaran daerah (APBD) dan yang ketiga fungsi pengawasan, kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah. Dalam hal keanggotaannya, anggota DPRD merupakan anggota dari partai politik yang pesertanya dipilih melalui pemilihan umum. 1

2 DPRD pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota masing-masing memiliki jumlah anggota sebanyak 35-100 orang untuk tingkat provinsi,dan 20-50 orang untuk DPRD kabupaten/kota. Khusus untuk DPRD kota Medan, pada tahun 2009-2014 berjumlah 50 orang dan hanya ada delapan fraksi,adapun pada tahun 2014-2019 berjumlah 50 orang dan bertambah satu fraksi dari periode 2009-2014 menjadi sembilan fraksi. Pada kedua periode tersebut yakni periode 2009-2014 dan 2014-2019 jumlah keterwakilan perempuan hanya berjumlah 5 orang. Jaminan keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga publik merupakan wujud dari kedaulatan rakyat. Jika pada masa-masa sebelumnya anggota legislatif hanya banyak diminati oleh kaum laki-laki tetapi akhir-akhir ini kaum perempuan mulai bisa masuk sebagai anggota legislatif, walaupun tidak sebanyak kaum lakilaki, padahal perempuan merupakan kelompok yang mayoritas dalam masyarakat jika dibandingkan dengan laki-laki. Masuknya perempuan ke dalam lembaga legislatif ini merupakan salah satu upaya untuk menciptakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, perempuan juga dapat bertanggungjawab dan memiliki kepekaan terhadap isuisu kebijakan publik, terutama yang terkait dengan perempuan, lingkungan sosial, serta anak. Perempuan juga dapat ikut serta dalam pengambilan keputusan. Untuk dapat membangun suatu bangsa yang kuat dan besar diperlukan peran perempuan yang setara dengan laki-laki dalam pengetahuan, keterampilan, dan perlakuan, bukan sebagai pesaing tetapi sebagai partner dalam membangun bangsa dan negara. Laki-laki dan perempuan mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan, baik dalam kehidupan berkeluarga,

3 bermasyarakat,berbangsa dan bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang. Menurut Murdiono (2009:3) menyatakan bahwa : Perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu bangsa. Tetapi perempuan sampai saat ini belum mendapatkan kesempatan yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di bidang politik dan pemerintahan. Perempuan masih dianggap kurang memiliki kemampuan untuk berperan lebih banyak dalam membuat berbagai kebijakan yang lebih baik dalam penyelenggaraan pemerintahan. Peranan perempuan dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban yang dijalankan oleh perempuan pada status atau kedudukan tertentu dalam pembangunan, baik pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan, baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Laki-laki maupun perempuan sama-sama berkedudukan sebagai subjek pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, laki-laki dan perempuan mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tertinggi. Walaupun pada dasarnya perempuan tetap berada di bawah laki-laki, seperti yang dinyatakan dalam budaya patriarkhi. Perempuan hanya menginginkan tidak adanya bentuk diskriminasi, dan adanya hak yang sama antara perempuan dan laki-laki baik dari hak ekonomi, sosial, budaya, sipil dan politik, seperti halnya dalam bidang politik yaitu dengan cara menempatkan

4 perempuan di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Dengan demikian, perempuan akan terlibat langsung dalam pembuatan-pembuatankeputusan serta memberikan pertimbangan-pertimbangan yang mengedepankan kepentingan perempuan. Sifat alamiah yang dialami perempuan seperti adanya menstruasi, dapat hamil, menyusui, mengurus rumah tangga dan mengurus anak menjadi hal yang dapat mematahkan semangat perempuan untuk memasuki dunia politik seperti halnya lembaga legislatif. Sifat alamiah tersebut juga dapat mengurangi konsentrasi perempuan dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota legislatif khusunya untuk kepentingan perempuan. Masih rendahnya keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif mengakibatkan miskinnya peraturan perundang- undangan yang mengakomodir kepentingan perempuan tersebut. Miskinnya peraturan perundang-undangan yang dimiliki oleh Indonesia terkait perempuan membuktikan rendahnya tingkat perhatian maupun sokongan dari pemerintah terhadap perempuan. Di lain sisi, perempuan yang telah lama berada di bawah tekanan tidak banyak mempersoalkan posisi mereka yang masih jauh dari perlindungan hak dan kewajiban. Peran perempuan didefinisikan sebagai peran domestik dan dibatasi hanya pada peran sebagai Ibu dan pengurus rumah tangga. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat terfokus pada pelatihan dan penyediaan alat untuk melatih perempuan dalam kegiatan rumah tangga seperti memasak, menjahit, mengurus anak dan kesejahteraan keluarga.permasalahannya yaitu bagaimana perempuan yang telah duduk dikursi legislatif dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota

5 legislatif perempuan. Masih banyak hak-hakperempuan seperti hak-hak perempuan untuk mendapatkan perlindungan dalam angkutan umum yang selama ini kurang mendapat perhatian dari anggota legislatif perempuan yang berhasil duduk di DPRD, masih banyak hak- hak perempuan yang harus diperjuangkan. Maka pengimplementasian Undang-Undang yang memperhatikan hak hak perempuan seperti Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja perlu diefektifkan sedemikian rupa. Agar persoalan-persoalan mengenai konflik antargender dapat dihindari serta diperlukan juga adanya dukungan bersama demi mencapai persamaan hak bagi perempuan, menghilangkan diskriminasi, mengatasi persoalan kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan. Jika kaum perempuan mau tampil ke depan dan memegang berbagai posisi publik, maka merekaakan mampu membangun dan menetapkan nilai-nilai sosial dan ekonomi baru yang sesuai dengan kepentingan mereka. Perempuan akan mampu tampil menunjukkan kemampuannya apabila mereka mampu mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi terutama jika masalah-masalah tersebut mendapat respon dari para anggota legislatif perempuan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Merespon Kepentingan Perempuan (Studi Kasus di Kaukus Perempuan DPRD kota Medan).

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, masalah yang berhubungan dengan kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Merespon Kepentingan Perempuan (studi kasus di kaukus perempuan DPRD Kota Medan). Dengan demikian yang menjadi masalah yaitu : 1. Kinerja perempuan dalam lembaga legislatif di DPRD kota Medan bagian kaukus perempuan. 2. Faktor-faktor yang mendorong minimnya partisipasi perempuan dalam dunia politik selain faktor alamiah. 3. Keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif di DPRD kota Medan bagian kaukus perempuan. 4. Peran anggota legislatif perempuan dalam merespon kepentingan perempuan. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka perlu ditetapkan adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kinerja perempuan dalam lembaga legislatif di DPRD kota Medan bagian kaukus perempuan. 2. Peran Anggota legislatif perempuan dalam merespon kepentingan perempuan masih tergolong kecil di DPRD kota Medan bagian kaukus perempuan.

7 D. Rumusan Masalah Setelah diuraikannya latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, selanjutnya yaitu mengenai perumusan masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimanakah kinerja anggota legislatif perempuan dalam lembaga legislatif di DPRD kota Medan bagian kaukus perempuan? 2. Apakah perempuan dalam lembaga legislatif di DPRD kota Medan dapat menjalankan perannya dalam merespon kepentingan perempuan yang masih tergolong kecil? E. Tujuan Penelitian Suatu hal akan lebih mudah tercapai apabila adanya suatu tujuan yang jelas, begitu juga dengan penelitian apabila memiliki tujuan makan penelitian akan lebih mudah dilakukan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja perempuan dalam lembaga legislatif di DPRD kota Medan bagian kaukus perempuan 2. Untuk mengetahui bagaimana peran perempuan di DPRD kota Medan dalam merespon kepentingan perempuan yang masih tergolong kecil F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

8 Bagi Pemerintah : Dapat dijadikan bahan masukan dalam menjalankan tugas dan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat khususnya perempuan di daerah kota Medan, Sumatera Utara. Bagi masyarakat : 1. Dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana kinerja anggota legislatif khususnya legislatif perempuan dalam merespon kepentingan-kepentingan masyarakat perempuan. 2. Menjadi bahan bacaan yang bermanfaat di jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Bagi peneliti : 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperluas ilmu pengetahuan di bidang ilmu sosial dan politik 2. Penulis dapat mengetahui dan memahami bagaimana kinerja lembaga legislatif perempuan dalam merespon kepentingan perempuan dan apa saja yang menjadi kendala perempuan dalam ikut berpartisipasi dalam dunia politik 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis ini.