18/05/2015. Definisi Patok Duga (benchmarking)

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN MUTU TERPADU Patok duga (benchmarking)

BENCHMARKING (PATOK DUGA)

BENCHMARKING PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Materi #6 EMA503 Manajemen Kualitas 2013 BENCHMARKING

BAB 10 KEPUASAN PELANGGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Pengertian Total Quality Management (TQM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BENCHMARKING. Amalia, ST, MT

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

MANAJEMEN STRATEGI dan KINERJA BISNIS FO312. Chapter 13 PENGENDALIAN EVALUASI STRATEGI

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

BAB II TELAAH PUSTAKA

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

ABC Amber Text Converter Trial version, BENCHMARKING

BAB I PENDAHULUAN. global (Nasution, 2015:17). Berubahnya lingkungan global telah membawa

Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti

Pengantar Analisis Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Masyarakat akan semakin kritis memilih barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menaksir bagaimana aktivitas kinerja dan hasil akhir yang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. karena itu produk yang telah dibuat oleh perusahaan harus dapat sampai

BKPPD Kabupaten Bengkulu Utara RENSTRA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh penerapan total quality management (TQM),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Zaenal. Sugiyanto. TQM (Total Quality Management)

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

Bagian 1. Tanggung Jawab Kewajiban Kepada Konsumen

STRATEGI BENCHMARKING SEBAGAI TOLOK UKUR KINERJA PERUSAHAAN

Kuesioner. Dalam rangka penelitian ilmiah, saya memerlukan informasi untuk mendukung penelitian yang saya

TQM IMPLEMENTATION. The Need for Change Background. The New Manufacturing Environment 03/06/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut. Peningkatan penggunaan teknologi komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Anggaran dan Siklus Anggaran

HANDOUT 6 7 : BISNIS KATERING : BISNIS PLAN

MANAJEMEN PEMASARAN Sebuah Pendahuluan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dibandingkan sebelumnya. Agar dapat tetap kompetitif dalam. panjang untuk kelangsungan hidup usahanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Program Reguler Mandiri Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dimana mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan daya saingnya. Seiring dengan hal tersebut, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi di bidang teknologi informasi. adalah produk yang harus dibuat sesuai dengan SOP (Standard Operation

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing

BAB I PENDAHULUAN. nasional kini harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Implementasi kebijakan mutu di SMKTI Bandar Lampung dilaksanakan

Integrated Marketing Communication II

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi saat ini telah memaksa industri di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era komunikasi interaktif merupakan salah satu bentuk dari

1. BAB I 2. PENDAHULUAN. Johnson Indonesia merupakan perusahaan industri susu kelas premium yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penentu. keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada bidang akuntansi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. hanya memungkinkannya menjadi market leader tetapi juga memeliharanya pada

PERTEMUAN 5 PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah APA ITU STRATEGI? Oleh: M. Nashiruddin Haramaini, S.T. MBA.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi

Definisi Taufiqur Rachman 1

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk menghasilkan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kegagalan dalam Pengembangan maupun Penerapan Sistem Informasi di Organisasi (Merujuk Pendapat Rosemary Cafasso)

BAB I PENDAHULUAN. produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat diantara perguruan-perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. manajemen mutu terpadu seperti Total Quality Management (TQM) agar dapat

Marketing Management

Sejarah Quality Function Deployment

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45

Analisis Bisnis. Mia Fitriawati, M.Kom

Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN

Taryana Suryana. M.Kom

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh variabel-variabel dalam model TQM dengan kualitas kinerja.

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality Functions Deployment (QFD)

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

Transkripsi:

KELOMPOK 2 : ROY SYAHRIZAL (RRC1B013014) ARNALDIES YAHARA (RRC1B013002) OVI PRAYUNVY ONATA (RRC1B013010) Definisi Patok Duga (benchmarking) Patok duga (benchmarking) muncul pada awal 1980, tetapi baru tahun 1990 mulai popular sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis tata kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, dengan membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan dengan perusahaan pesaing yang paling unggul dalam kelas dunia. Pemikiran Perlunya Dorongan untuk melakukan patok duga ditentukan oleh faktor pemenuhan kepuasan pelanggan yang sifatnya dinamis serta dapat meningkatkan daya saing dalam menghadap liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi. Patok duga dimaksudkan untuk secara langsung meningkatkan efisiensi operasi dan strategi perusahaan. Konsep patok duga mengarah pada orientasi budaya menuju usaha belajar, peningkatan keterampilan karyawan, dan efisiensi yang pada gilirannya mengarah pada proses perbaikan berkelanjutan. Menurut Karlof dan Ostblom (1993:80), konsep efisiensi yang ingin dicapai melalui patok duga mengandung 4 komponen dasar, yaitu kualitas, harga, volume produksi, dan biaya produksi. 1

Patok duga digunakan untuk menentukan proses yang akan diperrbaiki secara berkesinambungan, yang menawarkan jalan tercepat untuk mencapai perbaikan kinerja yang nyata. Faktor faktor yang dipertimbangkan untuk mendorong suatu perusahaan melakukan patok duga,adalah sebagai berikut : 1. Komitmen terhadap pelaksanaan manajemen mutu terpadu. 2. Fokus pada pelanggan. 3. Product to market time. 4. Waktu siklus manufaktur. 5. Laba. Jenis-Jenis 1. Internal Benchmarking Internal benchmarking merupakan investigasi patok duga yang paling mudah diterapkan yaitu dengan membandingkan operasi-operasi di antara fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri. 2. Competitive Benchmarking Competitive Benchmarking merupakan tingkatan yang lebih lanjut dari Internal Benchmarking. Competitive Benchmarking berfungsi untuk memposisikan produk perusahaan terhadap produk pesaing. 3. Fungsional Benchmarking Fungsional Benchmarking merupakan jenis patok duga yang tidak harus membatasi pada perbandingan terhadap pesaing langsung. 4. Generic Benchmarking Generic Benchmarking merupakan jenis patok duga dimana beberapa fungsi bisnis dan proses adalah sama tanpa memperdulikan ketidakserupaan atau ketidaksejenisan diantara industri-industri. 2

EVOLUSI KONSEP BENCHMARKING Menurut Watson (dalam Widayanto, 1994), konsep benchmarking sebenarnya telah mengalami setidaknya lima generasi, yaitu : 1. Reverse Engineering Dalam tahap ini dilakukan perbandingan karakteistik produk, fungsi produk dan kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing. 2. Competitive Benchmarking Selain melakukan benchmarking terhadap karakteristik produk, juga melakukan benchmarking terhadap proses yang memungkinkan produk yang dihasilkan adalah produk unggul 3. Process Benchmarking Memiliki lingkup yang lebih luas dengan anggapan dasar bahwa beberap proses bisnis perusahaan terkemuka yang sukses memiliki kemiripan dengan perusahaan yang akan melakukan benchmarking 4. Strategic Benchmarking Merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengevaluasi alternatif, implementasi strategi bisnis dan memperbaiki kinerja dengan memahami dan mengadaptasi strategi yang telah berhasil dilakukan oleh mitra eksternal yang telah berpartisipasi dalam aliansi bisnis Membahas tentang hal-hal yang berkitan dengan arah strategis jangka panjang 5. Global Benchmarking Mencakup semua generasi yang sebelumnya dengan tambahan bahwa cakupan geografisnya sudah mengglobal dengan membandingkan terhadap mitra global maupun pesaing global. BENCHMARKING SEBAGAI INSTRUMEN PERBAIKAN PENCARIAN INFORMASI θ Identifikasi proses dan pemanufakturan serta operasi lainnya di dalam perusahaan yang membutuhkan perbaikan θ Mencari perusahaan lain yang sukses dalam melakukan aktivitas dan proses operasinya Empat cara yang digunakan dalam melakukan benchmarking, adalah : 1. Riset in-house Melakukan penilaian terhadap informasi dalam perusahaan sendiri maupun informasi yang ada di publik 3

2. Riset Pihak Ketiga Membiayai kegiatan benchmarking yang akan dilakukan oleh perusahaan surveyor 3. Pertukaran Langsung Pertukaran informasi secara langsung dapat dilakukan melalui kuesioner, survei melalui telepon, dll 4. Kunjungan Langsung Melakukan kunjungan ke lokasi mitra benchmarking (cara ini dianggap yang paling efektif ) PRASYARAT BENCHMARKING : 1. Kemauan dan Komitmen 2. Keterkaitan Tujuan Strategik 3. Tujuan Untuk Menjadi Terbaik, Bukan Hanya Untuk Perbaikan 4. Keterbukaan Terhadap Ide-Ide 5. Pemahaman Terhadap Proses, Produk dan Jasa Yang Ada 6. Proses Terdokumentasi, karena : a Semua orang yang berhubugan dengan suatu proses harus memiliki pemahaman yang sama terhadap proses yang bersangkutan b Dokumentasi sebelum adanya perubahan berguna dalam pengukuran peningkatan kinerja setelah dilaksanakannya benchmarking c Mitra benchmarking belum tentu akrab dengan proses yang dimiliki suatu organisasi. 7. Ketrampilan Analisis Proses 8. Ketrampilan Riset,Komunikasi dan Pembentukan Tim Peranan Manajemen dalam Patok Duga Manajemen memegang peranan penting dalam prose patok duga. Tanpa adanya dukungan, keterlibatan, dan komitmen dari manajemen puncak, maka tidak mungkin dilaksanakan patok duga. Berbagai pertimbangan patok duga yang membutuhkan dukungan manajemen sebelum prosesnya dapat dimulai : a. Komitmen terhadap Perubahan b. Pendanaan c. Sumber Daya Manusia d. Pengungkapan e. Keterlibatan 4

Aturan Main dan Kode Etik Ada aturan main yang berlaku dalam pengumpulan data yang lengkap tentang bagaimana bagaiman sebuah perusahaan memutar roda bisnisnya. Berikut ini adalah beberapa yang bersumber dari International Benchmarking Clearinghouse ( IBC ) mengenai langkah langkah yang dilakukan terhadap perusahaan yang akan dipatok duga. Penjelasan pertama, langkan yang baik menuju patok duga adalah dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut: a. Memanfaatkan penelitian sekunder untuk mendapatkan data data umum tentang perusahaan yang akan dipatok duga. b. Membeli produk pesaing pada tempat penjualan umum kemudian melakukan reverse engineering. c. Melakukan riset pasar dan survai mengenai kepuasan pelanggan. d. Sedapat mungkin mengumpulkan informasi atau data di saat transaksi terjadi. e. Meminta perusahaan lain untuk secara langsung berbagi informasi tentang roses yang mereka jalankan. f. Memotivasi karyawan agar membangun data base menyangkut apa saja yang mereka ketahui tentang pesaing. Di samping itu, ada semacam kode etik dari International Benchmarking Clearinghouse yang harus diikuti antara lain: Prinsip Legalitas Prinsip Pertukaran Prinsip Kerahasiaan Prinsip Penggunaan Prinsip Kontak Pihak Pertama Prinsip Kontak Pihak Ketiga 5

HABATAN HAMBATAN TERHADAP KESUKSESAN BENCHMARKING : 1. Fokus Internal Organisasi terlalu berfokus internal dan megabaikan kenyatan bahwa proses yang terbaik dalam kelasnya dapat menghasilkan efisiensi yang jauh lebih tinggi, maka visi organisasi menjadi sempit. 2. Tujuan Benchmarking Terlalu Luas Benchmarking membutuhkan tujuan yang lebih spesifik dan berorientasi pada bagaimana (proses), bukan pada apa (hasil) 3.Skedul Yang Tidak Realistis Benchmarking membutuhkan kesabaran, karena merupakan proses keterlibatan yang membutuhkan waktu. Sedangkan skedul yang terlampau lama juga tidak baik, karena mungkin ada yang salah dalam pelaksanaannnya. 4. Komposisi Tim Yang Kirang Tepat Perlu pelibatan terhadap orang-orang yang berhubungan dan menjalankan proses organisasi sehari-hari dalam pelaksanaan benchmarking 5. Bersedia Menerima OK-in-Class Seringkali organisasi bersedia memilih mitra yang bukan terbaik dalam kelasnya. 6.Penekanan Yang Tidak TepatTim terlalu memaksakan aspek pengumpulan dan jumlah data. Padahal aspek yang paling penting adalah poses itu sendiri. 7. Kekurangpekaan Terhadap Mitra Mitra Benchmarking memberikan akses untuk mengamati prosesnya dan juga menyediakan waktu dan personilnya kuncinya untuk membantu proses benchmaking kepada organisasi sehingga mereka harus dihormati dan dihargai 8. Dukungan Manajemen Puncak Yang Terbatas Dukungan total dari manajemen puncak dibutuhkan untuk memulai benchmarking, membantu tahap persiapan dan menjamin tercapainya manfaat yang dijanjikan. 6