BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

Rivansyah Wirahadiutama (Studi pada perokok di kampus Universitas Gunadarma Depok Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 2012)

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Untuk Variabel (X) Efek Iklan. No. Responden (diisi oleh peneliti)

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

Hubungan Terpaan Gambar Bahaya Merokok pada Bungkus Rokok dan Motivasi dari Pasangan Terhadap Upaya untuk Berhenti Merokok

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. dan konsumsi dalam masyarakat/ khalayak. yang menjual jasa pada pengusahan rokok.

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah perokok seluruh dunia tahun 2013 mencapai 1.2 milyar orang dan 800 juta diantaranya berada di negara berkembang. Indonesia menempati urutan ke3 dengan jumlah perokok terbanyak setelah Cina dan India. The Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) menyebutkan bahwa jumlah perokok di Asia Tenggara tahun 2013 tercatat sebanyak 121.156.804 jiwa, dimana Indonesia menempati urutan pertama perokok terbanyak dengan persentase 50,68%. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014 menyatakan (1, 2) Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Trend prevalensi perokok mengalami peningkatan, seakan mereka mengabaikan bahaya yang dapat ditimbulkan rokok bagi kesehatan. Setiap batang rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya dimana 69 diantaranya mengandung zat yang memicu terjadinya kanker. Pada tahun 2010 total kematian akibat mengkonsumsi rokok mencapai 190.260 jiwa. Sebanyak 50% dari orang yang terkena penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. (2) WHO mempekirakan angka kematian akibat rokok tahun 2030 akan mencapai 10 juta pertahunnya dan 70% terjadi di negara-negara berkembang. Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit stroke, jantung koroner, serta kanker trakhea, bronkhus, dan paru. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa rokok yang dikonsumsi ayah juga dapat menurunkan IQ keturunannya karena rokok dapat menurunkan kualitas sperma. Angka kematian bayi pada (2, 3) ayah yang merokok lebih tinggi dibanding dengan ayah yang tidak merokok.

Rokok juga memberikan dampak yang tak kalah buruknya bagi jutaan orang yang tidak bersalah (perokok pasif). WHO menyebutkan setiap 1 batang yang dihisap, perokok menghirup 15% asap rokoknya dan 85% dihirup oleh orang disekitar mereka yang terpapar asap rokok. Hasilnya seorang perokok aktif dapat membunuh 200 ribu perokok pasif dalam satu tahun. Hal ini dikarenakan para perokok pasif juga dapat terjangkit penyakit jantung koroner, asma, bronchitis, stroke, terganggunya pertumbuhan janin bagi ibu yang sedang hamil sehingga bayi lahir prematur.selain dampak kesehatan, rokok juga memberikan dampak buruk bagi perekonomian, total kerugian ekonomi secara makro tahun 2010 akibat konsumsi rokok mencapai 245,41 triliun rupiah, angka ini 4 kali lebih besar dari pada penerimaan negara terhadap cukai hasil tembakau. (2-5) Walaupun demikian perilaku merokok tidak pernah surut dan masih ditolerir oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari baik dijalan, kendaraan umum, kantor bahkan lingkungan sekolah. Hal yang sangat memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang semakin hari semakin muda, kebanyakan dimulai dari masa kanakkanak hingga remaja. Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak remaja dan tidak tahu resiko mengenai bahaya adiktif rokok. Keputusan konsumen untuk membeli rokok tidak didasarkan pada informasi yang cukup tentang resiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak pembelian yang dibebankan pada orang lain. (1) Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 jumlah perokok Indonesia tercatat 29.3% dari jumlah penduduk. Jumlah perokok umur 15-24 tahun selalu terjadi peningkatan. Riskesdas tahun 2007 melaporkan jumlah perokok umur 15-24 tahun sebanyak 24.6%, tahun 2010 meningkat menjadi 26.7% dan jumlahnya meningkat lagi pada laporan Riskesdas tahun 2013 menjadi 52.4%. Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ke 6 perokok terbanyak di

Indonesia mencapai 30.3%. Usia pertama kali merokok tertinggi di Sumatera Barat ditempati oleh usia 15-19 tahun mencapai 42.1%, dimana untuk Kota Bukittinggi angka perokok mencapai 23.5% di tahun 2007 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 24.9% Peningkatan jumlah perokok remaja ini dipengarui oleh banyak faktor, diantaranya kontribusi pencitraan iklan promosi rokok yang setiap hari dilihat oleh remaja seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh dalam menghadapi rintangan. Selain itu banyaknya even-even remaja yang banyak di sponsori oleh produsen rokok yang dijadikan sarana mempengaruhi remaja. Mudahnya remaja menjadi pasar untuk industri rokok dikarenakan remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang sering dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Pada masa ini remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga ingin mencoba-coba, mengkhayal, merasa gelisah sehingga berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau tak dianggap. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja melakukan apa yang sering orang dewasa lakukan, akibatnya tidak jarang secara sembunyi- (4, 8, 9) sembunyi remaja mencoba merokok. Meskipun remaja umumnya sudah mengetahui bahaya rokok, tetapi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mengabaikan bahaya yang sesungguhnya. Ketika remaja memiliki persepsi yang cukup akurat tentang risiko yang dihadapi kelompoknya, mereka beranggapan bahwa risiko kesehatan hanya akan mengenai orang lain dan tidak berlaku bagi dirinya sendiri. Keadaan tersebut juga dapat mempengaruhi sikap remaja, karena orang yang menjunjung nilai moral tinggi akan membuat orang tersebut memiliki sikap moral positif. (5, 10) Guna mencegah meluasnya epidemi konsumsi rokok, pemerintah berkewajiban untuk melindungi masyarakat salah satunya dengan memberikan informasi yang jelas dan benar tentang dampak konsumsi produk tembakau. Sarana informasi yang diberikan harus memiliki (6, 7)

akses luas dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Tidak terkecuali orang yang buta hurufpun bisa memahami dan mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan.salah satu upaya pemerintah yaitu dengan mewajibkan setiap produsen rokok untuk mencantumkan peringatan bahaya merokok berupa tulisan dan gambar pada kemasan rokok. Hal tersebut membuat pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan dan Permenkes No.28 tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau. Peraturan itu menegaskan aturan tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada produk tembakau yaitu berupa gambar dan tulisan dampak merokok bagi kesehatan. (11, 12) Gambar-gambar tersebut menampilkan gambar paru-paru yang rusak, tenggorokan yang berlubang, mulut seorang perokok yang terkena kanker, hingga gambar seorang yang sedang merokok dengan latar belakang asap menyerupai tengkorak dan seorang pria yang sedang merokok sambil menggendong bayi. Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 114 juga disebutkan pemenuhan hak masyarakat atas informasi yang efektif dengan mensyaratkan peringatan kesehatan yang tulisannya jelas dan mudah dibaca dan dapat disertai gambar atau bentuk lainnya. (13) Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa peringatan kesehatan berbentuk gambar di bungkus rokok memiliki dampak positif yang besar. Hasil penelitian tersebut antara lain menyatakan bahwa peringatan bergambar lebih diperhatikan daripada hanya berbentuk tulisan, lebih efektif untuk pendidikan bagi perokok tentang risiko kesehatan akibat merokok dan untuk meningkatkan pengetahuan perokok tentang risiko kesehatan akibat merokok, serta adanya asosiasi peningkatan motivasi untuk berhenti merokok. Selain itu memberikan kontribusi mengurangi peningkatan jumlah perokok pemula. (14)

Indonesia mengaplikasikan peringatan bahaya merokok bergambar mulai bulan Juni tahun 2014. Masyarakat termasuk remaja menanggapi diberlakukannya pencantuman peringatan kesehatan berupa gambar tersebut dengan respon yang berbeda-beda. Berdasarkan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014, dampak dari peringatan bergambar pada bungkus rokok, dimana 89.8% perokok melihat peringatan kesehatan tersebut, 64% merupakan perokok yang berfikir untuk berhenti merokok dan sekitar 50.9% pelajar yang tidak pernah merokok bersikap untuk tidak mulai merokok. (1) Penelitianyang dilakukan oleh Febrian Zulkarnain tahun 2015 menunjukkan adanya pengaruh antara komunikasi visual resiko merokok terhadap sikap pelajar yaitu sebesar 33.2%. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Latif tahun 2015 bahwa pengetahuan mahasiswa mengenai rokok dan bahayanya pada media promosi kesehatan pada bungkus rokok masuk dalam kategori sedang sebesar 73.40% dan untuk sikap mahasiswa masuk (15, 16) dalam kategori negatif. SMK Negeri 1 Bukitinggi merupakan sekolah kejuruan yang memiliki murid laki-laki paling banyak diantara sekolah sederajat lainnya. Data menunjukkan kelompok usia 15-19 tahun adalah usia pertama kali merokok tertinggi di Sumatera Barat yaitu 42.1% dan didominasi oleh remaja laki-laki. Dari survey yang dilakukan ada beberapa kelompok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi yang merokok di lingkungan sekitar sekolah seperti di warungwarung yang berada di sekitar sekolah. Pertimbangan lain memilih SMK Negeri 1 Bukittinggi letak sekolah yang dekat dengan tempat pengadaan even-even yang disponsori oleh produsen rokok. Selain itu belum ada penelitian serupa yang dilakukan di SMK Negeri 1 Bukittinggi. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Negeri 1 Bukittinggi, dengan melakukan wawancara terhadap 10 orang siswa laki-laki dimana 9 orang responden merupakan perokok kadang-kadang. Semua responden pernah melihat peringatan bahaya merokok pada bungkus

rokok dan mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap peringatan bergambar tersebut. 5 responden dapat menyebutkan apa saja resiko merokok yang tercantum pada bungkus rokok tersebut. 4 orang responden mengatakan bahwa peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok tersebut tidak memberikan efek apapun terhadap kebiasaan merokok mereka. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Bukittinggi untuk mengetahui lebih dalam Hubungan Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Tentang Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan, persepsi dan sikap tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan, pengetahuan dan sikap tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 2. Mengetahui persepsi siswa tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 3. Mengetahui sikap siswa tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016.

4. Mengetahui perilaku merokok siswa tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 5. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 6. Mengetahui hubungan persepsi tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 7. Mengetahui hubungan sikap tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan teori yang sudah didapat di perkuliahan untuk dapat diterapkan dilapangan 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Penelitian ini bisa menjadi acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam tema yang sama. Serta memperkaya khasanah penelitian ilmu pengetahuan terutama di bidang perilaku kesehatan masyarakat. 3. Bagi Institusi Pendidikan SMK Negeri 1 Bukittinggi Diharapkan siswa dan pihak sekolahdapat menilai positif pesan dari peringatan bahaya merokok bergambar dan meningkatkan kewaspadaan bahaya merokok bagi kesehatan sehingga meminimalisir tingkat prevalensi merokok terutama pada kalangan remaja. 4. Bagi Pemerintah Diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi pemangku kepentingan dalam merancang program kesehatan selanjutnya dalam mengeluarkan aturan pembuatan pesan kesehatan berupa peringatan bahaya merokok bergambar pada bungkus rokok sebagai upaya menekan jumlah rokok di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan pengertahuan, persepsi dan sikap siswa tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun 2016. Dalam penelitian ini mengunakan variabel independen dan dependen. Variabel independen yaitu pengetahuan, persepsi dan sikap tentang peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok. Sedangkan variabel dependen yaitu perilaku merokok siswa SMK Negeri 1 Bukittinggi.