BALII( IIAMA HAK SETTA IAIIAH KtlTAMAlIYA SURABAYA TERHADAP STAIUS IGPEMITIIMil ATAS BA]IGUIIAII

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK SKRIPSI. dalam. Masalah perbankan di Indonesia diatur. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia.i tu tidak. I epas dari masal ah hut ang-p iut ang, Dengan adanya hutang-piutang

ABSTRAKSI. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan. dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian

PERLINDUNGAN HUKI.'M BAGI PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK

r994 FAKUTTAS IIUI(UilI UIIIYERSITAS SURABAYT SURABAYA ABSTRAK SKRIPSI

199{ ABSTRAK SKRIPSI. tfi(uttas Hu!(uil UlllvERslTls surlbayr SURABAYA. fl lilauall IEltIAllG lgpll il TAtl llatfff llubull GAllllI A llell0lll

IGDUDUKAII IIIAI( IIIGI(IT DALAiI PEIYARISAI{ ME]IURUI HUI(UiI ADAT IATUA

ABSTRAKSI SKRIPSI. Banyak merek dalam dunia perdagangan di Indonesia. pada saat ini yang dimulai dari kegiatan sehari-hari dan

TUI{TUTAII DEALER SEPEDA Mt T(lR AKIBAT WA]IPRESIASI PEIIBELI DALAiI PERIAIIIIA]I SEWA BEII iiusimaii DI I$BUPAIEII PRIIB(ITIIIGGII

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

AESTRAKSI. Latar Belakanc Pemi lihan Judu'l. Asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang. Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) adalah suatu

FAI(UITAS HUtruil UilIVERSIIIS SURABAYA SURTBAYT t993

OIEH PEMAKAIAN RUMAH SUSUN YANG DIKUASAI OLBH ABSTRAK SKRIPSI PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

ABSTR,AK SKR,IPSI. l{rp 2g,0a25 ttim a 'l. gurabaya tt9t HUKUT UN VEN'ITAS. PEIIGGUATil ffirek YAIIG SATA DIIIIIIAU DTil IUI(UT

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

TINJAUAN HUKUM DALAM PRAKTIK AKUISISI TERHADAP PERUSAHAAN YANG GO - PUBLIC

FAKULTAS HOKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

IAIIOCUIIG GUGAI PEIIGGUIIAAII IIEREK UilIUTI DIKEIIAT IIASYARAI$ DITIN AU DARI UltDAilC UilDAltG lt0ill0r 19 lallull 1992

OtEH ABSTRAK SKRTPSI. DESSY EVALINA NRP N RM t. 36&n IIUI(UM BAOI PEI{ERIMA GIR(I BITYIT DIBATAI.I(AI{ {IIEII PEI{ARII(

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SAHAM SEBAGAI AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Ftfiutlts RU[un uiltvenstlrs sunmara SUNTBTYA t991. ttllt ilt TAII8GU]IG EUGTT TTAS IGCETIIOA]I YIXG IERIII}I III ABSTRAK SKRIPSI RESPATI ISHARSUNTORO

anak sebagaimana yang dikehendaki

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

PENJAHAT PERANG DITINJAU MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRAK SKRIPSI. OLEH RUSTYATTITO TRIST{O DJATMIKO 1{RP xtrm

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

IIAI iieiidiaiii RUMAII PEIIII{GGAIAII YAIIG DIBAIIGUII ITTPA PERSETUIUAII AHII WARIS YAIIO IAIT.: DtTtiltAU l AR SE0t HUt(Ut PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG MENYANGKUT JAMINAN FIDUSIA. artinya, apabila jaminan dengan hak tanggungan sebagaimana diterangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKUlTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemenuhan akan sarana transportasi saat ini merupakan kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

MENCERMATIPROBLEMA HUKUM DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG JAMINAN FIDUSIA (UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999) Oleh: Munawar Kholil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

AKTA PENGAKUN HUTANG DALAM PRAKTEKNYA DI WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

Transkripsi:

BALII( IIAMA HAK SETTA IAIIAH KtlTAMAlIYA SURABAYA TERHADAP STAIUS IGPEMITIIMil ATAS BA]IGUIIAII ABSTRAK SKRIPSI OIEH THOMAS BUNAWAN NRP 2890078 Nf RM 89. 7. OA4.12921. 47953 FAKUTTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA 1994

Surabaya, Oktober 1994 Mahasiswa yang bersangkutan Thomas Bunawan Mengetahui Itas l-[rkum tlaniel Djoko Tarl iman, S.H.,l,l.S. saul ina sinurat' s.h-,l"l.s'

ABSTRAKSI Pada saat ini pertumbuhan perekonomian Indonesia semakin maju dengan pesatnya terutama da]am hal perdagangan. Para pi hak yang hendak me'l akukan perdagangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari memerlukan modal yang dapat di peroleh me'lal ui bank atau modal yang di pero- 'leh dari perseorangan di'lakukan dengan cara persetu j uan yang telah d'isepakati. Persetujuan itu dikenal dengan perjanjian pinjam meminjam uang. Ha] ini diperoleh dari ketentuan Undang-Undang yaitu pasal 1754 KUH Perdata yang bu-nyinya sebagai berikut: Pinjam meminjam ialah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang'lain suatu jum'lah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak belakangan 'ini akan mengembal i kan se j uml ah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Untuk meniamin terlaksananya pemenuhan prestasi berupa pengembal ian uang pinjaman, pihak kreditur (pemilik uang) menentukan dalam perjanjian jaminan yang disepakati o'leh debitur (peminjam uang) berupa sebuah bangunan rumah di atas tanah persewaan Kotamadya Surabaya sesuai dengan surat pengakuan hutang yang dibuat di hadapan l'lotaris. Bentuk jaminan adalah fiducia. Pada hal rumah

adalah benda tidak bergerak. Seperti diketahui fiducia hanya berlaku benda bergerak berdasarkan adanya yurisprudensi l",lahkamah Agung RI No. 372K/Sip/197O tanggal 1 September 1971 yang di dalamnya ditentukan "Penyerahan hak milik sebagai jaminan kepercayaan (fiducia) hanya sah sepanjang mengenai barang-barang bergerak". Seperti halnya dengan gadai yang benda jaminannya harus diserahkan kepada kreditur, berbeda dengan fiducia, benda jaminan tetap berada di tangan debitur, sedangkan yang diserahkan kreditur adalah surat-suratnya. Rumah yang di jaminkan secara fiducia oleh debitur mengakibatkan surat-suratnya diserahkan kepada kreditur. Demikian pula kasus di bawah ini. A meminjamkan uang kepada B dengan jaminan fiducia sebuah rumah di atas tanah sewa Kotamadya Surabaya ter'lampir dalam akte notaris. Sesuai dengan kesepakatan para pihak (l dan B) tentang pengembalian uang pinjaman ditentukan batas akhir pembayaran hutang B kepada A. Namun kemudian terjadi perselisi han antara kedua be'lah pi hak mengenai j uml ah uang angsuran dan kepemilikan jaminan secara fiducia. A (kreditur) tidak merasa menerima uang angsuran sebagaimana pengakuan B (debitur). Dengan demikian maka kreditur menggugat debitur untuk melunasi hutangnya sesuai batas waktu pembayaran uang yang te'lah diper jan j i kan. Sementara

itu rumah yang ditempati o]eh debitur te'lah di iklankan untuk dijual. Oleh karena itu kreditur mohon agar atas rumah dan tanah dilakukan penyitaan konservatior. Dengan kejad'ian itu maka surat-surat yang ada pada kreditur telah dibalik nama tanpa sepengetahuan debitur. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang hendak saya kemukakan ada'lah: Apakah dengan dibalik nama hak sewa atas tanah di Kotamadya Surabaya dapat mengakibatkan perubahan status kepemilikan bangunan debitur kepada kreditur? Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi dua tujuan pokok yang ingin dicapai, yaitu tujuan akademis dan tujuan pr.aktis. Tujuan akademis yaitu: Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Tujuan praktis yaitu: Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak kredi tur atas bangunan mi I i k debi tur apabi 1 a ternyata debitur wanprestasi. Dengan tersusunnya skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan perbendaharaan kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Metode pendekatan yang say.a gunakan dalam pembahasan permasal ahan dal am skri psi i ni ada'lah pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang bertolak dari ketentuan-ketentuan hukum yang ada hubungannya dengan pokok permasal ahan yang hendak di bahas yai tu f i tab U-n-

dang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUH Perdata), Undang-undang Pokok Agraria dan Yurisprudensi yang ada hubungannya dengan permasalahan ini. Selain itu dipergunakan pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang berto'lal< dari kebi asaan-kebi asaan masyarakat Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, yaitu membaca, mempelajari, mengidentifikasi serta mengklasifikasi semua sumber data sekunder baik yang berupa bahan hukum primer maupun skunder. Dari k'lasifikasi akan dapat diperoleh gambaran data yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dikaji. Data yang diolah dengan menggunakan metode deduktif yang maksudnya bertolak dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus, yai t u d'it erapkan unt uk memperol eh j awaban at as masa'lah yang dibahas dalam skripsj ini. Selanjutnya dianal i si s dengan menggunakan metode kua'l i tat i f, yai tu suatu metode yang berdasarkan atas pemikiran logis, runtun dan runtut dengan menelaah sistematika peraturan perundang-undangan yang berlaku, membahas masa'lahnya yang menghasi'l kan ura j an yang bersi f at deskri pt i f ana'l i st i s. Jadwal waktu penelitian yang digunakan untuk mencarj data dibagi da'lam beberapa fase ya'itu: Persiapan : Desember 1993 Juni 1994. Pengumpul an Data : Ju'l i 1994 Agustus 1994. Analisis : September 1994 - Oktober 1994

Dajam kasus perkara perdata No.661/Pdt.G/PN.Sby. mengenai surat pengakuan hutang yang dibuat di hadapan Notaris te'lah jelas dikatakan bahwa per jan j ian piniammeminjam dengan jam'inan sebuah rumah di atas tanah sewa Kotamadya Surabaya sehingga keputusan MA RI No.372R/Sip/ 1970 tidak dapat dibenarkan karena tidak jelas, apa yang menjadi pertimbangan Mahkamah Agung menganggap tidak sah perianjian penyerahan hak tersebut dan juga tidak jelas status tanah yang di atasnya berdiri bangunan itu. Mengenai jaminan fiducia hanya sah sepanjang mengenai barang-barang bergerak. Da'lam kasus ini pembagian barang bergerak dan tidak bergerak yang diatur da]am KUH Perdat a t i dak be r'l aku karena da] am UUPA yang mengenai t anah dan benda di atasnya sudah diatur dengan menggunakan azas horizonta] yang juga dikena'l dalam Hukum Adat. O]eh karena i tu memungki nl<an di p'indahnya bangunan-bangunan atau tanaman-tanaman yang tertancap di atasnya secara terpisah dari tanahnya, sebab Hukum Agraria mengacu pada Hukum Adat. Dalam Hukum Adat t'idak dikenal azas per'lekatan, karena menurut UUPA pasa'l 5 bagi tanah berl aku Hukum Adat, hal mana rumah dapat diperjual-belikan terpisah dari tanah (pemisahan horizontal) berdasarkan putusan Mahkamah agung tanggal 25-5-1983 No. ZZ39K/Sip/ 1982.

O]eh karena itu logis jika sekarang memungkinkan menjaminkan rumah,/bangunan tersebut terlepas dari tanahnya. Hal ini cocok dengan ketentuan UUPA yang menentukan bahwa oi'ang dapat mendirikan bangunan di atas tanah hak sewa. Jadi dapat disjmpulkan dari putusan MA. tanggal 1 September 1971 yang di dalamnya masih dipergunakan pengertian-pengertian benda bergerak/tidak bergerak menurut buku II KUH Perdata yang telah dicabut dengan berlakunya UUPA mengenai tanah. Berdasarkan azas horizonta'l ydng dianut da'lam UUPA, maka bangunan dan tanahnya terpisah, artinya bangunan mempunyai nilai sendiri terpisah dari tanahnya, sehingga dapat dijaminkan dan dijua]. putusan MA tangga] 1 3 Oktober 1 973 No. 689 K/Sip/ 1 973 yang t el ah menguat kan putusan Pengadi'lan Ti nggi Pal embang tangga'l 3 Maret 1973 No. 114/1972 PT.Pdt dan putusan pengadilan Negerinya yang menyatakan : Penyerahan barang tidak bergerak dapat saja dilakukan secara fiducia asal ada persetu j uan sepert i yang dimaksud o'leh kedua bel ah piha[<. Akan tetapi tahun 1971 dan 1973, jadi putusan Mahakamah Agung te'lah diamb.i I sesudah UUPA berlaku dan dipraktekkan. UUPA mengacu pada hukum adat tidak mengenal pembagian antara barang bergerak dan tidak bergerak dan

bahwa hukum adat mengandung asas pemisahan horizontal. Berdasarkan asas ho'rizonta'l apabila di jaminkan bangunannya saja sedangkan tanahnya merupakan suatu perjanjian sewa menyewa antara debitur dengan Kotamadya Surabaya, maka dapat dijaminkan hanya bangunannya saja. Menurut hukum perdata sewa menyewa merupakan hak perorangan sehingga bukan merupakan hak kebendaan. Dengan dibalik nama hak sewa Kotamadya oleh kreditur sebagai akibat debitur wanprestasi seakan-akan kepemi I i kan bangunan berubah i ni t i dak betul, karena kreditur harus melelang atau menjua] dimuka umum dan si sa uang pen j ua'lannya di kembal i kan Dada debi t ur. Hal ini analog dengan gadai (pasal 115S BW) dan diperjelas dengan putusan MA No. 1500 R/Sip/1979. Tindakan kreditur membalik nama hak sewa tersebut tidak dapat dibenarl<an karena perjanjian sewa antara Kotamadya Surabaya dengan debitur mempunyai sifat re'latif (tidak mutlak) artinya apa yang diperjanjikan didalam hak sewa bangunan hanya mengi kat para p'ihak dan t i dak mengi kat umum, yang dimaksud para pihak adalah Kotamadya Surabaya dengan debitur-. Jadi kreditur tidak dibenarkan membalik nama hak sewa tersebut.