Pengendalian Suhu Berbasis Mikrokontroler Pada Ruang Penetas Telur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI SUHU INKUBATOR TELUR AYAM BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535. Skripsi

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Air Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler [ ]

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi

Rancang Bangun Sisteem Monitoring dan Pengendalian Suhu Pada Inkubator Bayi Berbasis Fuzzy logic

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN DAN REALISASI PEMANAS AIR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

BAB 1 PENDAHULUAN. paling populer adalah mikroprosesor. Pada prinsipnya mikroprosesor adalah pusat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

Rancang Bangun Alat Penetas Telur Ayam Otomatis Dengan Metode PID (Proportional Integral Derivative) Berbasis Energy Hybrid

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB III METODE PENELITIAN

PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

MODEL PENGENDALI OVEN SEMIOTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGATUR KETINGGIAN AIR OTOMATIS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16

BAB I PENDAHULUAN. telur yang sudah ada sekarang menurut penulis masih kurang optimal, karena

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16. Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PEMANTAU SUHU SERTA PENANGANAN DINI KANDANG AYAM BOILER BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PERBANDINGAN KINERJA MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN KONTROL ON-OFF DAN KONTROL PWM

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PERANCANGAN SISTEM

COOLING PAD OTOMATIS BERBASIS ATMEGA328

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

TERMOMETER BADAN DIGITAL OUTPUT SUARA BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA8535

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Oktober 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.4 Pengendalian Suhu Berbasis Mikrokontroler Pada Ruang Penetas Telur ERWIN FADHILA, HENDI H. RACHMAT Teknik Elektro Institut teknologi Nasional Bandung Email: hendi.elite@gmail.com ABSTRAK Sistem pengendalian suhu dirancang untuk dapat mengatur dan menjaga suhu pada ruang penetas telur. Sistem ini digunakan untuk meningkatkan produktifitas penetasan telur di peternakan unggas. Pengendali suhu berbasis mikrokontroler ATMega16 berfungsi untuk mengukur nilai suhu di dalam ruangan, mengaktifkan dan mematikan elemen pemanas melalui rangkaian relay serta memproses input suhu dari push button agar sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Pada sistem ini digunakan sensor suhu LM35 dan elemen pemanas berupa lampu bohlam 5Watt/220Vac. Suhu yang diukur sensor dan suhu yang diinputkan melalui push button ditampilkan pada layar LCD. Hasil pengujian menunjukkan bahwa suhu yang ditimbulkan oleh elemen pemanas dalam ruang penetas telur dapat terukur dan terkontrol oleh sensor suhu dan sistem mikrokontroler dengan rentang suhu dari 29,5 0 C hingga 47 0 C dan rata-rata faktor skala 10,05 mv/ 0 C. Suhu dalam ruangan dan tegangan yang terukur memiliki hubungan yang relatif linier yaitu R 2 =0,93. Kata kunci: ruang penetas telur, mikrokontroler, sensor LM35, kendali suhu. ABSTRACT A temperature control system was designed to regulate and to maintain the temperature in an egg incubator. This system was aimed to improve a hatching eggs productivity in a poultry farm. The ATMega microcontroller based temperature controller was used to measure the incubator temperature, to turn on and turn off a heater element via the relay circuit as well as to execute the temperature setting which was entered by user through an input button. The temperature sensor of LM 35 and the heater element of light bulb (5W/220Vac) were used in this system. The measured temperature and the setting temperature were displayed on a LCD screen. The results showed that the temperature which was generated by the heater element in the incubator could be measured and controlled by the system with temperature range from 29.5 0 C to 47 0 C and scale factor of 10.05 mv/ 0 C. The temperature in the incubator and the measured temperature had a good correlation of R 2 =0.93. Keywords: egg incubator, microcontroller, sensors LM35, temperature control Jurnal Reka Elkomika 275

Fadhila, Rachmat 1. PENDAHULUAN Sekarang ini teknologi elektronika dapat diterapkan pada setiap bidang dalam kehidupan manusia, salah satu contohnya adalah dalam bidang peternakan. Pada bidang peternakan terutama peternakan unggas, penetasan telur merupakan proses yang sangat penting. Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai supaya telur unggas bisa menetas. Terdapat lima hal utama yang harus diperhatikan pada ruang penetas telur yaitu suhu, kelembaban udara, ventilasi, pemutaran telur dan kebersihan (Nurhadi dan Puspita, 2009). Untuk suhu pengeraman antara 36 sampai 42 derajat celcius ( 0 C) dengan kelembaban ruang pada kisaran 55-60% (Kurniawan, 2012). Sedangkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten menyatakan temperatur pengeraman terjadi pada rentang 38 0 C sampai dengan 39,5 0 C dan kelembaban udara sekitar 60-70% (Haryani, 2013). Adapun Suprapto dkk. Menyatakan dalam penelitiannya bahwa embrio akan berkembang bila suhu udara di sekitar telur minimal 21,11 0 C dan suhu terbaiknya adalah berkisar diantara 38 0 C-40 0 C (Suprapto dkk., 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa suhu yang diperlukan untuk proses penetasan telur ini tidak dalam nilai yang tetap (Widwijanto, 2014), yaitu ada pengaturan suhu sesuai dengan usia dan jenis telur. Seperti yang diungkapkan oleh BTPT Kalimantan Selatan disebutkan bahwa suhu dalam ruang penetas telur harus dipertahankan sekitar 101 0 F (38,3 0 C) sampai dengan 102 0 F (38,9 0 C) pada minggu pertama dan sekitar 102 0 F (38,9 0 C) sampai dengan 103 0 C (39,4 0 C) pada minggu kedua dan ketiga (Susanto, 2013). Untuk dapat memastikan kondisi suhu ruang penetas telur yang diinginkan maka diperlukan suatu sistem pengatur suhu yang dapat mengendalikan suhu secara terus-menerus. Sistem pengendali suhu ini dapat diimplementasikan dengan menempatkan sensor suhu dan elemen pemanas di dalam ruang penetas telur yang kemudian dikendalikan oleh sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler ini bertugas memproses sinyal dari sensor dan juga mengatur keadaan suhu dalam ruangan dengan cara mengaktifkan pemanas selama suhu di dalam ruang penetas telur belum mencapai suhu yang diinginkan dan akan menon-aktifkan pemanas ketika suhu di dalam ruang tersebut telah tercapai sehingga diharapkan adanya suhu yang konstan agar telur dapat menetas dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem pengendalian suhu menggunakan sensor suhu LM35 berbasis mikrokontroler pada ruang penetas telur. Melalui sistem ini juga dapat dilakukan evaluasi kemampuan sistem untuk mendeteksi dan mengendalikan suhu dalam ruang penetas telur. Dimana pada akhirnya, sistem ini dapat diimplementasikan pada ruang penetas telur agar persentasi keberhasilan penetasan telur menjadi lebih baik. 2. METODA PERANCANGAN Untuk dapat mengendalikan suhu pada ruang penetas telur diperlukan sensor, pengendali sinyal, dan elemen pemanas. Sensor diperlukan untuk mendeteksi suhu yang ada di dalam ruang penetas telur. Pada diagram blok (Gambar 1) di bawah ini, untuk mendeteksi nilai suhu pada ruang penetas telur digunakan sensor LM35. Sinyal output dari sensor ini berupa tegangan dalam milivolt, selanjutnya sinyal ini dimasukan ke pengkondisi sinyal yang berupa rangkaian amplifier sebagai penguat sinyal. Setelah sinyal diperkuat, sinyal akan diproses oleh mikrokontroler untuk mengaktifkan atau mematikan elemen pemanas dan menampilkan nilai suhu pada layar LCD. Jurnal Reka Elkomika 276

Pengendalian Suhu Berbasis Mikrokontroler Pada Ruang Penetas Telur Gambar 1. Blok diagram sistem pemanas dari penetas telur 2.1 Spesifikasi Sistem Sistem pengendali suhu untuk ruang penetas telur mempunyai spesifikasi seperti berikut : Dapat mengendalikan suhu di antara 36 0 C - 41 0 C Mempunyai ketelitian 0,1 0 C dengan menggunakan ADC 10 bit. 2.2 Sensor Dalam perancangan ini, digunakan sensor IC LM35 untuk mendeteksi suhu yang ada di dalam penetas telur (Gambar 2). LM35 adalah sebuah sensor suhu dengan keluaran berupa tegangan. Tegangan keluaran dari sensor LM35 sebanding dengan suhu pada permukaan sensor. Gambar 2. Sensor suhu LM35 dengan tegangan kerja 4-20VDC 2.3 Pengkondisi Sinyal Dikarenakan spesifikasi sistem yang dirancang ingin mempunyai ketelitian 0,1 0 C, maka sinyal harus dikondisikan agar setiap perubahan 0,1 0 C dapat menaikan atau menurunkan 1 LSB (least significant bit) pada output Analog to Digital Converter (ADC). Dengan menggunakan ADC 10 bit dan tegangan full-scale sebesar 5 volt maka resolusi ADC diperoleh sebagai berikut : Resolusi ADC = 5 / (2 10 1) = 4,88 mv/bit Berdasarkan perhitungan resolusi ADC tersebut, maka terjadi perbedaan nilai tegangan output yang dihasilkan oleh sensor LM35 setiap 0,1 0 C yaitu 1 mv dan pembacaan ADC untuk setiap perubahan 1 bit yaitu 4,88 V. Agar tegangan output sensor LM35 dapat dibaca dan diolah oleh ADC pada mikrokontroler, maka diperlukan sebuah rangkaian penguat sebagai pengkondisi sinyal. Besarnya penguatan (Gain) yang perlu dilakukan pada rangkaian penguat tersebut adalah: Jurnal Reka Elkomika 277

Fadhila, Rachmat Gain = Resolusi ADC Resolusi tegangan output = 4.88 mv 1 mv = 4.88 5 kali Rangkaian penguat yang digunakan adalah non-inverting amplifier op-amp seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Rangkaian non-inverting amplifier menggunakan IC TL071 dengan sumber tegangan +5VDC dan -5VDC. Dua buah resistor bernilai 190kΩ dan 47kΩ digunakan untuk mengatur besarnya penguatan sebesar 5 kali penguatan. Gambar 3. Sensor LM35 yang dihubungkan dengan non-inverting amplifier 2.4 Power Supply Power Supply berupa rangkaian negative voltage converter yang dapat mengubah tegangan +5VDC menjadi tegangan -5VDC. Tegangan -5VDC ini digunakan sebagai sumber tegangan untuk IC TL071 pada rangkaian pengkondisi sinyal. Rangkaian negative voltage converter ini menggunakan IC ICL7660 dan skema rangkaiannya dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Rangkaian negative voltage converter 2.5 Pengendali Sinyal Pengendali sinyal menggunakan mikrokontroler ATMEGA16 untuk dapat mengendalikan suhu di dalam ruang penetas telur. Mikrokontroler berfungsi sebagai ADC dan pengolah sinyal dari sensor menjadi sinyal pengendali pemanas dan juga menampilkan suhu secara real-time di LCD. Pengendali sinyal juga akan menerima input untuk menentukan suhu pemanas yang dapat diatur oleh operator. Rangkaian input ini terdiri dari dua buah rangkaian push button. Jurnal Reka Elkomika 278

Pengendalian Suhu Berbasis Mikrokontroler Pada Ruang Penetas Telur Skema rangkaian untuk pengendali sinyal dapat dilihat pada Gambar 5 dan rangkaian push button pada Gambar 6. Gambar 5. Skema rangkaian pengendali sinyal Dari Gambar 5, sistem pengendali suhu menggunakan PORTA.0 (ADC_IN) untuk menerima input dari rangkaian amplifier dan juga sebagai ADC internal. PORTB.0 (PB0) dihubungkan dengan rangkaian relay, PORTC (PC0, PC1, PC6 dan PC7) dihubungkan dengan rangkaian push button, dan PORTD digunakan LCD. Rangkaian push button pada Gambar 6 memiliki sifat aktif Low, dimana ketika push button ditekan maka akan mengeluarkan logika 0 (0 Volt). Dua rangkaian push button ini berfungsi untuk menaikan (UP) dan menurunkan (DOWN) suhu yang diinginkan operator di dalam ruang penetas telur tersebut. Gambar 6. Skema rangkaian push button Flowchart untuk program mikrokontroler sendiri terdapat pada Gambar 7. Program dimulai dengan membaca input suhu dari push button. Input suhu (analog) dibaca oleh ADC dan kemudian dikonversikan menjadi nilai digital (Data) oleh mikrokontroler. Data digital ini akan dibandingkan dengan nilai digital suhu yang terukur (Suhu). Jika nilai Suhu lebih kecil dari nilai Data maka mikrokontroler akan mengaktifkan relay guna menyalakan elemen pemanas, tetapi jika kondisi yang terukur sebaliknya, maka sistem akan segera menon-aktifkan relay untuk mematikan elemen pemanas. Proses pembandingan ini dilakukan secara terus menerus hingga Suhu sama dengan Data. Kondisi terkini dari perubahan nilai Data dan Suhu selalu ditampilkan pada LCD. Jurnal Reka Elkomika 279

Fadhila, Rachmat START Baca input data melalui push button Baca ADC Konversi ADC ke nilai suhu Apakah Suhu < Data? T Y Aktifkan Relay Tampilkan Data dan Suhu pada LCD Matikan Relay Gambar 7. Flowchart pemrograman sistem pengatur suhu 2.6 Output Output pada sistem ini terdiri dari LCD sebagai display dan lampu bohlam sebagai elemen pemanas. LCD yang digunakan pada perancangan ini adalah LCD Dot Matrix 2 16 M1632 (Gambar 8). LCD ini berfungsi untuk menampilkan suhu di dalam ruang penetas telur dan suhu yang diinputkan oleh operator. Gambar 8. Rangkaian output display LCD Untuk elemen pemanas, lampu bohlam 5 Watt/220Vac dipilih karena mudah diperoleh dan diaplikasikan. Lampu bohlam ini dikendalikan oleh mikrokontroler melalui rangkaian relay untuk mengaktifkan atau mematikan nyala lampu tersebut. Rangkaian relay dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Skema rangkaian relay Jurnal Reka Elkomika 280

Pengendalian Suhu Berbasis Mikrokontroler Pada Ruang Penetas Telur Ketika suhu di dalam ruang penetas telur berada di atas suhu yang diinginkan maka lampu akan mati, begitu juga sebaliknya ketika suhu di dalam ruang penetas telur berada di bawah suhu yang diinginkan maka lampu akan menyala untuk dapat memanaskan suhu di dalam ruang penetas telur. Lampu LED diberikan pada rangkaian sebagai indikator untuk mengetahui kondisi aktif atau tidaknya relay. Pada Gambar 10 ditunjukkan realisasi rangkaian relay untuk mengendalikan aktifasi lampu bohlam dan rangkan sistem kendali suhu penetas telur berbasis mikrokontroler. (a) (b) Gambar 10. (a) Realisasi rangkaian relay, (b) Realisasi rangkaian sistem kendali suhu penetas telur 3. METODA PENGUJIAN Pengujian untuk alat yang telah dirancang bertujuan untuk mengamati nyala atau tidaknya lampu bohlam ketika suhu yang ada di dalam penetas telur melebihi atau kurang dari data suhu yang dimasukan melalui push button. Proses pengujian menggunakan kotak pengeraman sebagai tempat proses berlangsungnya pemanasan untuk mengisolasi panas dari lingkungan luar. Sebelum dilakukan pengujian terhadap alat yang dirancang, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data terhadap sensor LM35 yang akan digunakan. Data yang diambil adalah hasil pengukuran keluaran tegangan sensor LM35 dibandingkan hasil pengukuran suhu dalam kotak pengeraman. Data ini diperlukan untuk membuat persamaan dalam menkonversi nilai tegangan yang diterima ADC mikrokontroler menjadi nilai suhu. Data ini diambil dengan dua cara yaitu ketika suhu dinaikkan dan ketika suhu diturunkan. Pengujian dan realisasi dari alat yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 11. Ada beberapa langkah sebagai persiapan untuk pengujian alat seperti dibawah berikut : 1. Memasukan sensor LM35 ke dalam kotak pemanas. 2. Menghubungkan adaptor dengan sistem minimum mikrokontroler ATMega16 dan sumber tegangan 220Vac untuk lampu bohlam. Setelah alat telah aktif, tutup box pemanas agar proses pemanasan dapat berlangsung. Setelah suhu di dalam box pemanas lebih besar dari data suhu yang diinputkan, amati kondisi lampu bohlam apakah menyala atau mati. Jurnal Reka Elkomika 281

Fadhila, Rachmat Gambar 11. Alat yang akan diujikan 4. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS Berdasarkan metoda dan perancangan yang telah disusun, dilakukan pengambilan data untuk sensor LM35 dan pengujian terhadap alat pengendali suhu. Pengambilan data sensor bertujuan untuk mendapatkan persamaan antara nilai suhu yang dideteksi sensor LM35 dan nilai tegangan yang dikeluarkannya. Hasil pengujian karakteristik sensor LM35 tercantum pada Tabel 1. Suhu ( C) Tabel 1. Data Hasil Pengujian Sensor LM35 Suhu dinaikkan Tegangan ADC (mv) Faktor Skala (mv/ C) Suhu ( C) Suhu Diturunkan Tegangan ADC Faktor Skala (mv) (mv/ C) 29,5 291,3 9,9 46,1 479 10,4 37 425 11,5 47 482 10,3 40,7 427 10,5 46,6 450 9,7 41 432 10,5 45,8 455 9,9 42 442 10,5 44,1 427 9,7 43 451 10,5 43 441 10,3 44,5 459 10,3 41 396 9,7 45 465 10,3 40 389 9,7 45,4 476 10,5 39,6 384 9,7 38,3 375 9,8 37,7 372 9,9 36,2 356 9,8 35,1 346 9,9 34 323 9,5 33,4 312 9,3 32 308 9,6 31,7 305 9,6 Rata-rata faktor skala (mv/ C) 10,05 Jurnal Reka Elkomika 282

Suhu (⁰C) Pengendalian Suhu Berbasis Mikrokontroler Pada Ruang Penetas Telur Warna putih pada Tabel 1 menunjukkan data yang diambil ketika suhu dinaikkan sedangkan warna abu-abu menunjukkan data ketika suhu diturunkan. Dari datasheet, sensor LM35 mempunyai sifat yang linier dalam mengukur suhu dengan faktor skala sekitar 10mV/1 0 C atau 1 mv/0,1 0 C. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa nilai rata-rata faktor skala antara tegangan yang dihasilkan terhadap perubahan suhu menunjukkan hasil yang mendekati nilai pada datasheet yaitu 10,05 mv/ 0 C. Suhu yang dihasilkan kenaikan secara linier yaitu dengan suhu minimum sebesar 29,5 0 C dan maksimum 47 0 C. Kenaikan suhu ini sangat membantu untuk melakukan pengaturan nilai suhu yang diinginkan. Hal ini juga menunjukkan bahwa suhu yang dibutuhkan oleh sistem penetas telur dapat dicapai. Setelah tegangan output sensor LM35 dikuatkan sebesar 5 kali oleh rangkaian non-inverting amplifier agar dapat memenuhi spesifikasi ketelitian 0,1 0 C, maka dilakukan plotting data dalam sebuah grafik untuk mendapatkan persamaan antara tegangan dan suhu yang dideteksinya. Grafik tersebut digambarkan pada Gambar 12. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Tegangan Amplifier (Volt) y = 16,528x + 7,0341 R² = 0,9252 suhu-vout Linear (suhu-vout) Gambar 12. Grafik tegangan keluaran rangkaian penguat terhadap suhu yang diukur Dari hasil plotting data yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan linearitas (R 2 ) yang cukup kuat antara nilai suhu yang terukur dengan nilai tegangan yang dihasilkan yaitu sebesar 0,93. Hasil ini pun menunjukkan bahwa sensor ini terbukti menghasilkan tegangan output yang linier untuk setiap suhu yang terukur. Hal ini akan memudahkan untuk mendeteksi perubahan suhu dengan ketelitian hingga 0,1 0 C. Hasil pengujian dari alat yang telah dirancang adalah lampu bohlam sebagai pemanas akan aktif ketika suhu ruang penetas telur berada di bawah suhu yang diinginkan dan mati ketika suhu yang diinginkan tercapai. Jadi ketika suhu diset pada 30 0 C dan suhu ruang penetas telur berada pada suhu 26 0 C, maka ketika sistem diaktifkan, sistem akan langsung mengaktifkan relay untuk menyalakan elemen pemanas. Suhu dalam ruang penetas telur akan bertambah secara perlahan hingga suhu 30 0 C, dan kemudian mematikan elemen pemanas. Dan hasil yang sama diperoleh ketika suhu ruang penetas telur diset pada suhu yang lainnya. Jurnal Reka Elkomika 283

Fadhila, Rachmat Dari hasil pengujian ini diperloeh bahwa keseluruhan sistem telah bekerja dengan baik untuk mendeteksi dan mengendalikan suhu ruangan penetas telur sesuai dengan setting suhu yang diinginkan. Besarnya kenaikan suhu yang dihasilkan oleh lampu bohlam pun menunjukkan perubahan suhu yang tidak drastis tapi bersifat linier kenaikannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lampu bohlam sangat baik dijadikan sebagai elemen pemanas. Namun demikian, masih terdapat kelemahan pada sistem ini yaitu ketika suhu yang diset berada di bawah suhu ruangan ruangan penetas telur. Untuk mempercepat penurunan suhu masih dilakukan secara manual yaitu dengan membuka tutup kotak ruangan penetas telur agar suhu ruangan dalam kotak dapat dipercepat penurunan suhunya oleh suhu lingkungan udara luar kotak. 5. KESIMPULAN Sistem yang dirancang telah dapat mengatur dan menjaga suhu pada kondisi konstan di dalam ruang penetas telur dengan rentang suhu dari 29,5 0 C hingga 47 0 C. Sensor LM35 menunjukkan rata-rata faktor skala pengukuran yang relatif akurat yaitu 10,05 mv/ 0 C. Sensor ini pun menunjukkan sifat linieritas (R 2 ) yang relatif baik antara suhu yang diukur dengan tegangan yang dihasilkan yaitu sebesar 0,93. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem pengendalian suhu pada ruang penetas telur telah berhasil diimplementasikan. Akan tetapi, tentu saja studi ini masih perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut baik dari segi kemampuan kerja sensor dan peralatan pendukung ruang penetas telur. DAFTAR RUJUKAN Haryani, D. (2013). Teknologi Penetasan Telur Itik. Dipetik 19 Februari 2015, dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten: http://banten.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id =579:teknologi-penetasan-telur-itik&catid=11:folder&Itemid=11 Kurniawan, E. (2012). Metoda Penetasan Telur Itik Modern menggunakan Mesin Tetas. Dipetik 19 Februari 2015, dari UD. Eko Jaya Bebek Lampung: http://bebeklampung.blogspot.nl/2012/01/metode-penetasan-telur-itik-modern.html Nurhadi, I., Puspita, E. (2009). Rancang Bangun Mesin Penetas Telur Otomatis Berbasis Mikrokontroler ATMega 8 Menggunakan Sensor SHT 11. Dipetik 6 Maret 2015, dari http://repo.pens.ac.id/630/1/840.pdf Suprapto, Tjahjono, A., Sunarno, E. (2010). Rancang Bangun Mesin Penetas Telur Ayam Berbasis Mikrokontroler dengan Fuzzy Logic Controller (Software). Dipetik 6 Maret 2015, dari Digital Library Non Degree, Electrical Industrial Engineering, RSEP 621.815 Sup r, 2009: http://digilib.its.ac.id/public/its-nondegree-8175-7306030054_paper.pdf Susanto (2013). Teknik Penggunaan Mesin Tetas Secara Sederhana. Dipetik 6 Maret 2015, dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan: http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id= 86:rapat-koordinasi-peningkatan-produksi-beras-nasional-p2bn-di-kalimantanselatan&catid=4:info-aktual. Widwijanto, B. (2014). Suhu berapa yang pas untuk penetasan? Dipetik 19 Februari 2015, dari Penetas Telur Full Otomatis: Spesialis Penetas Telur Full Otomatis: https://minorca.wordpress.com/artikel-penting/apakah-suhu-sudah-tepat/ Jurnal Reka Elkomika 284