PERANAN PENGEMBANGAN OBAT DALAM PENEMUAN OBAT BARU UNTUK MENGATASI MASALAH RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA

dokumen-dokumen yang mirip
Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

membunuh menghambat pertumbuhan

I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. melioidosis (Udayan et al., 2014). Adanya infeksi B. pseudomallei paling sering

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

Integrasi Konsep Biologi Sel pada jurusan Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Seleksi aktinomisetes yang memiiiki aktivitas terhadap R. Solani

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Propionibacterium acne SKRIPSI

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

GENERASI CERDAS BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK Oleh :

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik

DRUG USED IN THE TREATMENT OF INFECTION. By: Fatma Sri Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI BAGIAN GEN parc DENGAN METODE PCR PADA ISOLAT Salmonella typhi DARI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2006

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

Tujuan. Menjelaskan mekanisme kerja antimikroba Membedakan antimikroba spektrum luas dan spektrum sempit Mengetahui mekanisme resistensi antimikroba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG FARMASI APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA CHEST PIECE STETOSKOP DI RUANGAN ICU DAN HCU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP MEROPENEM

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Sensitivitas Salmonella typhi terhadap Kloramfenikol dan Seftriakson di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: Tetrasilklin, uji sensitifitas, MRSA

Transkripsi:

PERANAN PENGEMBANGAN OBAT DALAM PENEMUAN OBAT BARU UNTUK MENGATASI MASALAH RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Jl. Kalimantan I/2 Jember e-mail: dien_holy@yahoo.com Abstract The discovery, development, and clinical use of antibiotics during the 20th century have decreased substantially the morbidity and mortality from bacterial infections. Since 1980, a reduced rate of introduction of new agents has been accompanied by an alarming increase in bacterial resistance to existing agents, resulting in the emergence of a serious threat to global public health. The intense use and misuse of antibiotics are the major forces associated with the high numbers of resistant pathogenic and commensal bacteria worldwide. Both the volume and the way antibiotics are applied contributes to the selection of resistant strains. Still, other social, ecological and genetic factors affect a direct relationship between use and frequency of resistance. Unfortunately, the increasing emergence of acquired resistance to antibiotics seriously threatens their effectiveness for the therapy of both nosocomial and community-acquired infections. The development of new prophylactic and therapeutic procedures is urgently required to meet the challenges imposed by the emergence of bacterial resistance. Keyword: Antibiotic, resistance, drug development I. PENEMUAN DAN PENGEMBANGAN OBAT Dilahirkan oleh ilmu kimia tetapi perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ilmu farmakologi, penelitian obat memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan pengobatan dalam satu abad terakhir. Penelitian obat seperti yang kita kenal saat ini dimulai ketika ilmu kimia mencapai tahap kematangan dalam prinsip dan metode yang diaplikasikan untuk mengatasi masalah diluar ilmu itu sendiri, dan ketika farmakologi berkembang menjadi suatu disiplin ilmu sendiri (Drews, 2000). Penelitian obat meliputi beberapa disiplin ilmu yang berbeda untuk mencapai satu tujuan yaitu pengembangan suatu metode terapi yang baru.

Penelitian obat secara fungsional dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap penemuan dan pengembangan obat. Tahap penemuan meliputi penentuan target terapi baik berupa enzim atau reseptor yang memiliki aktivitas biologis, dan dilanjutkan dengan proses skrining sehingga diperoleh senyawa yang memiliki aktivitas biologis baik secara in vitro maupun in vivo. Tahap pengembangan obat meliputi evaluasi keamanan dan efikasi dari senyawa baru tersebut secara in vivo. Jika target enzim atau reseptor sudah diketahui, maka digunakan ilmu medisinal yang melihat hubungan antara struktur dan aktivitas baik secara empiris maupun semi empiris untuk menentukan modifikasi struktur sehingga diperoleh senyawa dengan aktivitas in vitro yang maksimal. Aktivitas in vitro yang baik belum tentu diikuti oleh aktivitas in vivo yang baik pula jika tidak didukung oleh bioavailabilitas yang baik dan lama kerja sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, farmakokinetika dan metabolisme obat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan obat (Lin and Lu, 1997). Salah satu penemuan dan pengembangan obat yang sangat mempengaruhi dunia kesehatan adalah penemuan antibiotika. Penemuan, pengembangan dan penggunaan klinis antibiotika selama periode abad ke-20 telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Era antibiotika dimulai sejak digunakannya sulfonamide pada periode tahun 1930, yang diikuti oleh periode emas penemuan antibiotika yaitu antara tahun 1945-1970 dimana jumlah variasi struktur dengan efektivitas yang besar ditemukan dan dikembangkan. Sejak tahun 1980 timbul tantangan untuk penemuan obat baru, sementara komitmen dari industri farmasi untuk menemukan antibiotika baru menurun. Pada periode yang sama juga terjadi peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika yang merupakan ancaman serius terhadap dunia kesehatan (Chopra et al., 1997). II. MEKANISME RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA Resistensi bakteri terhadap antibiotika bukan merupakan sesuatu yang baru, tetapi timbulnya organisme yang resisten terhadap antibiotika dalam jumlah besar pada suatu lokasi geografis tertentu belum pernah terjadi sebelumnya (Levy and

Marshall, 2004). Penggunaan antibiotika yang salah dan berlebihan merupakan penyebab utama dari besarnya jumlah bakteri patogen dan komensal yang resisten terhadap antibiotika. Faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotika adalah jumlah dan cara penggunaan antibiotika. Faktor sosial, ekologi dan genetik juga mempengaruhi hubungan antara penggunaan dan frekuensi timbulnya resistensi terhadap antibiotika (Barbosa and Levy, 2000). Salah satu contoh masalah resistensi kuman terhadap antibiotika adalah resistensi Shigella terhadap beberapa jenis antibiotika. Resistensi kuman terhadap antibiotika berlangsung secara evolusi, maka dirasa perlu untuk melakukan pemantauan resistensi kuman terhadap antibiotik secara berkala, baik dalam skala lokal maupun nasional. Hal ini mengingat bahwa pola kuman dan resistensinya dapat bervariasi pada waktu dan tempat yang berbeda. Adapun masalah yang lebih besar lagi adalah timbulnya multiresistensi suatu bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik karena penggunaan antibiotika yang berlebihan. Tujuan mengadakan pemantauan resistensi jenis bakteri ini terhadap antibiotika antara lain adalah untuk meningkatkan kualitas penulisan resep dokter, mempengaruhi, membantu dan mendorong pihak-pihak yang berkepentingan (pemerintah dan swasta) dalam membuat kebijakan penggunaan antibiotika (Triatmodjo, 1993). Resistensi bakteri terhadap antibiotika mudah menyebar, gen yang membawa sifat resisten tersebut dapat berpindah dari satu bakteri ke bakteri lain yang memiliki taksonomi dan ekologi yang berbeda. Proses penyebaran tersebut terjadi dengan cara perpindahan penyusun gen seperti bacteriophage, plasmid, DNA maupun transposons. Gen tersebut umumnya bersifat resisten terhadap satu tipe atau golongan antibiotika tertentu (Levy and Marshall, 2004). Mekanisme terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika sangat bervariasi, beberapa langsung bekerja pada antibiotika itu sendiri. Enzim β- laktamase merusak penisilin dan sefalosporin serta mengubah enzim yang menonaktifkan kloramfenikol dan aminoglikosida seperti streptomisin dan gentamisin. Target lain adalah sistem transport obat tersebut di dalam tubuh, misalnya sistem efflux aktif obat dapat menjadi media resistensi bakteri terhadap

tetrasiklin, kloramfenikol dan fluoroquinolon. Tipe ketiga dari mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotika adalah berubahnya target intraseluler dari obat, misalnya ribosom, enzim pemetabolisme, protein yang berperan dalam replikasi DNA dan sintesis dinding sel. Perubahan target ini menyebabkan obat tidak dapat menghambat fungsi vital dari sel mikroba (Levy and Marshall, 2004). III. PENEMUAN DAN PENGEMBANGAN ANTIBIOTIKA BARU Terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika merupakan ancaman serius terhadap dunia kesehatan, karena itu diperlukan penemuan dan pengembangan jenis antibiotika baru yang dapat melawan mekanisme resistensi yang sudah ada. Kebutuhan antibiotika baru masih sangat diperlukan, terutama yang efektif melawan bakteri resisten, virus, protozoa,fungi atau tumor. Untuk mendapatkan antibiotika baru, para peneliti telah banyak melakukan berbagai cara seperti biotransformasi senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan mikroba atau membuat derivat antibiotika semisintetik, mutasi strain penghasil antibiotika atau mencari senyawa antibiotika baru dari mikroba yang ada di alam. Dalam mencari antibiotika baru, posisi Jepang, Amerika dan Inggris masih belum tertandingi. Pada saat ini sebagian besar antibiotika baru yang diperkenalkan merupakan antibiotika semisintetik. Misalnya derivat penisilin (ampisilin, amoksisilin), sefalosporin (sefotaksim), kanamisin (amikasin, dibekasin, rifampisin dan sebagainya. Keberhasilan ini telah merangsang untuk membuat derivat grup antibiotik yang lain seperti makrolida, poliene antifungi atau antrasiklin antitumor. Walaupun derivatisasi atau biokonversi menjanjikan antibiotika baru yang berguna, senyawa antibiotika baru yang alami masih terus dicari dan sangat diharapkan. Keberhasilan mendapatkan antibiotika baru dari sumber alami seperti metabolit mikroba telah menimbulkan asumsi bahwa mikroba merupakan sumber senyawa baru yang tidak pernah habis. Bahkan selain aktivitas antibiotika, metabolit mikroba juga menjadi sumber senyawa aktif farmakologis atau fisiologis yang berguna di bidang medis atau digunakan dalam pertanian. Aktinomisetes merupakan kelompok mikroba penghasil antibiotika terbanyak. Sekitar 70% antibiotika yang telah ditemukan dihasilkan oleh

aktinomisetes terutama streptomises, sehingga sasaran skrining mikroba penghasil antibiotika ditujukan pada kelompok aktinomisetes. Selain streptomises, skrining juga diarahkan untuk mendapatkan anggota aktinomisetes yang lain, terutama rare actinomycetes seperti Actinoplanes, Micromonospora, Saccharopolyspora, Actinomodura, Dactylosporangium dan sebagainya. Organisme tersebut telah menghasilkan metabolit yang menarik termasuk antibiotik dan antitumor. Skrining mikroorganisme secara umum bertujuan mencari mikroba yang menghasilkan metabolit yang dapat dimanfaatkan oleh manusia misalnya antibiotika, asam amino, enzim, antitumor atau substansi bioaktif lainnya. Pada prinsipnya skrining mikroba penghasil antibiotik terbagi dalam beberapa tahap. Masing-masing tahap berusaha mengeliminasi mikroba yang tak dikehendaki dan meningkatkan organisme yang diinginkan misalnya aktinomisetes (Suwandi, 1993). Dalam proses pengembangan antibiotika baru ini perlu pendekatan rasional berdasarkan mekanisme terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika secara biokimiawi. Hal ini untuk menjamin agar antibiotika baru yang diperoleh dapat melawan mekanisme resistensi yang sudah ada dan dapat mencegah terjadinya mekanisme resistensi baru, sehingga antibiotika baru tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa contoh pendekatan tersebut menurut Chopra et al, 1997 meliputi: 1. Analog antibiotika yang stabil terhadap inaktivasi enzim Inaktivasi antibiotika secara enzimatis adalah mekanisme penting dari resistensi bakteri terhadap antibiotika golongan β-laktam, kloramfenikol, aminoglikosida dan makrolida. Untuk mengatasi masalah ini, analog antibiotika yang stabil terhadap enzim dikembangkan, misalnya Isoxazolyl penisilin, Imipenem dan Amikasin. 2. Menghambat enzim dari bakteri yang menginaktivasi antibiotika Enzim bakteri yang mendegradasi antibiotika adalah target potensial untuk aksi obat dengan cara mengkombinasi produk yang berisi antibiotika dan inhibitor spesifik yang mencegah inaktivasi antibiotika oleh enzim. Asam klavulanat merupakan prototipe molekul untuk strategi ini. Asam klavulanat memiliki aktivitas antibakteri yang rendah tetapi memiliki afinitas yang tinggi

dan bersifat irreversible terhadap enzim β-laktamase. Dalam sediaan, asam klavulanat dikombinasi dengan amoksisilin. 3. Analog antibiotika yang tidak dikenali oleh efflux pump bakteri Beberapa isolat yang resisten terhadap makrolida, tetrasiklin dan quinolon disebabkan oleh efflux pump yang berfungsi untuk mencegah akumulasi antibiotika dalam bakteri. Sintesis senyawa analog dengan antibiotika golongan ini yang tidak dikenali oleh efflux pump dari bakteri, sehingga akan memperpanjang aktivitas dari antibiotika tersebut, memberikan solusi untuk mengatasi masalah resistensi yang berhubungan dengan mekanisme transport obat. Contoh pendekatan ini adalah ditemukannya Glycylcycline, yang merupakan analog dari Tetrasiklin. 4. Menghambat efflux pump yang mengeluarkan antibiotika dari sel bakteri Inhibitor efflux pump bakteri sudah ditemukan tetapi tidak memberikan hasil yang cukup menggembirakan, sehingga masih diperlukan penelitian yang panjang agar dihasilkan antibiotika baru yang mengikuti mekanisme ini. 5. Analog antibiotika yang memodifikasi target pada bakteri yang resisten Modifikasi target aksi antibiotika menyebabkan timbulnya resistensi pada beberapa golongan seperti β-laktam, tetrasiklin dan glikopeptida. Sintesis analog dari antibiotika ini menghasilkan senyawa baru yang dapat berikatan dengan target yang sudah dimodifikasi. Glycylcycline menghambat sintesis protein pada ribosom yang mengekspresikan resistensi pada tetrasiklin yang melindungi ribosom. Analog carbapenem yaitu L-695,256 dan SM-17466 memiliki afinitas yang tinggi terhadap gen meca yang dihasilkan oleh stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Gen meca mengkode protein yang mengikat penisilin, yang memiliki afinitas rendah terhadap antibiotika β- laktam yaitu imipenem. Substitusi N- alkil pada glikopeptida menyebabkan munculnya generasi baru dari antibiotika glikopeptida yang memiliki aktivitas menyerang bakteri gram positif yang resisten terhadap vancomycin dan teicoplanin. Organisme tersebut mempengaruhi struktur peptidoglikan sehingga mengurangi kekuatan ikatan dengan peptidoglikan generasi sebelumnya.

Kesimpulan Melalui beberapa pendekatan terhadap mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotika, dapat ditemukan dan dikembangkan jenis-jenis antibiotika generasi baru yang dapat melawan resistensi yang sudah ada. Sesuai dengan perkembangan teknologi pengobatan yang sudah mengarah pada pendekatan secara molekuler, maka adanya teknologi molekuler terbaru membuka kesempatan bagi peneliti untuk menemukan dan mengembangkan golongan antibiotika baru yang memiliki efektivitas besar. Daftar Pustaka Barbosa, T.M. and Levy, S.B., 2000, The Impact of Antibiotic Use on Resistance Development and Persistence, Drug Resistance Updates, vol.3, p.303-311 Chopra, I., Hodgson, J., Metcalf, B., Poste, G., 1997, The Search for Antimicrobial Agents Effective Againts Bacteria Resistant to Multiple Antibiotics, Antimicrobial Agents and Chemotherapy, vol.41 no.3 p.497-503 Drews, J., 2000, Drug Discovery: a Historical Perspective, Science,vol. 287, p.1960-1964, New York Levy, S.B. and Marshall, B., 2004, Antibacterial Resistance Worldwide: Causes, Challenges and Responses, Nature Medicine Supplement, vol.10 no.12 Lin, J.H. and Lu, A.Y.H., 1997, Role of Pharmacokinetics and Metabolism in Drug Discovery and Development, Pharmacological Reviews, vol.49 no.4 Suwandi, U., 1993, Skrining Mikroorganisme Penghasil Antibiotika, Cermin Dunia Kedokteran, No. 89 Triatmodjo, P., 1993, Distribusi Geografis Pola Resistensi terhadap Beberapa Jenis Antibiotik di daerah Jakarta dan Jawa Barat, Cermin Dunia Kedokteran, No. 89