DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

dokumen-dokumen yang mirip
DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.

SPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

PEMERINTAH KOTA KUPANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KOTA KUPANG Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi

REKAPITULASI BILL OF QUANTITY (BOQ)

DIVISI 10 PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN SEKSI 10.1 PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN, BAHU JALAN, DRAINASE, PERLENGKAPAN JALAN DAN JEMBATAN

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

ADENDUM DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

Dokumen Pengadaan Lelang Ulang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN

Cape Buton Seal (CBS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Jln. Pattimura 20 Jakarta Selatan

BAB III GAMBARAN UMUM PROYEK

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. iv

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DOKUMEN LELANG BAB XI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian

REKAPITULASI BILL OF QUANTITY ( BOQ )

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA. No. Mata Uraian Satuan Perkiraan Harga Jumlah Pembayaran Kuantitas Satuan Harga-Harga. a b c d e f = (d x e)

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PEMANFAATAN TAILING UNTUK BAHAN JALAN (PILOT PROJECT DI TIMIKA PAPUA)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

P E R U B A H A N / A D D E N D U M

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA (R.A.B)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PEMERINTAH KOTA KUPANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KOTA KUPANG Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT.

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jenis-jenis Perkerasan

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP HARGA SATUAN PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN. Suhariyanto 1 ABSTRAK

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ADDENDUM-03. Maksud dan Tujuan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

METODE PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PADA PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BTS. NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

ANALISA KEGAGALAN KUALITAS DAN KUANTITAS PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB III LANDASAN TEORI

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

Transkripsi:

4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama sesuai dengan gambar rencana. b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sebagaimana disebutkan dalam Kontrak dan atau ditunjukkan pada gambar rencana. c) Pelebaran perkerasan harus mencakup penggalian dan pembuangan bahan yang ada, pemangkasan tepi perkerasan lama sampai batas perkerasan yang baik, penyiapan tanah dasar, serta penghamparan dan pemadatan bahan sesuai dengan elevasi dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Apabila seluruh lebar perkerasan akan diberi lapis perata atau lapis tambah, maka pelebaran harus sudah selesai sebelum pelaksanaan lapis perata atau lapis tambah. 4.1.2 PERSYARATAN 1) Standar Rujukan Standar rujukan seperti yang ditunjukan oleh standar rujukan yang terkait pada butir 4.1.2.2) di bawah ini harus berlaku. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini a) Persiapan : Seksi 1.2 b) Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.3 c) Relokasi Utilitas dan Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.4 d) Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.1 e) Galian : Seksi 3.1 f) Timbunan : Seksi 3.2 g) Penyiapan Tanah Dasar : Seksi 3.3 h) Bahu Jalan : Seksi 4.2 i) Lapis Fondasi Agregat : Seksi 5.1 j) Lapis Fondasi Tanah Semen : Seksi 5.3 k) Lapis Fondasi Agregat Semen (LFAS) : Seksi 5.4 l) Perkerasan Jalan Beton : Seksi 5.5 m) Wet Lean Concrete : Seksi 5.6 n) Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1 o) Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) dan Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) : Seksi 6.2 p) Campuran Beraspal Panas : Seksi 6.3 q) Campuran Beraspal Dingin : Seksi 6.5 r) Lapis Penetrasi Macadam : Seksi 6.6 4-1

3) Toleransi Dimensi a) Ketentuan toleransi dimensi seperti yang disyaratkan dalam seksi terkait seperti yang diuraikan pada butir 4.1.2.2), harus berlaku sesuai dengan pekerjaan pelebaran yang akan dilakukan. b) Rentang tebal lapisan yang diizinkan pada setiap kali penghamparan, harus seperti yang ditentukan di Seksi lain dalam Spesifikasi ini untuk bahan yang bersangkutan. Pada pelebaran yang sempit sesuai butir 4.1.3.1).(d), rentang tebal lapis yang diizinkan pada setiap kali penghamparan, harus memperhatikan kemampuan alat pemadat dan memenuhi kriteria bahan yang digunakan. 4) Pengajuan Kesiapan Kerja Ketentuan pengajuan kesiapan kerja seperti yang disyaratkan dalam seksi terkait seperti yang diuraikan pada butir 4.1.2.2), harus berlaku sesuai dengan pekerjaan pelebaran yang akan dilakukan. 5) Cuaca yang diizinkan untuk Bekerja Ketentuan cuaca yang diizinkan untuk bekerja seperti yang disyaratkan dalam seksi terkait seperti yang diuraikan pada butir 4.1.2.2), harus berlaku sesuai dengan pekerjaan pelebaran yang akan dilakukan. 6) Pengendalian Lalu Lintas a) Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan pada seksi terkait seperti yang diuraikan pada butir 4.1.2.2). b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang melewati bahu jalan yang baru selesai dikerjakan dan bila perlu Penyedia Jasa dapat melarang lalu lintas melewati bahu jalan yang baru selesai dikerjakan dengan menyediakan jalan alternatif. 7) Bahan Bahan untuk pelebaran perkerasan harus terdiri atas jenis bahan/campuran yang ada pada Divisi 5 dan Divisi 6, seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bahan tersebut harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi yang terkait. 8) Peralatan Ketentuan peralatan seperti yang disyaratkan dalam seksi terkait seperti yang diuraikan pada butir 4.1.2.2), sesuai dengan pekerjaan pelebaran yang akan dilakukan. 4.1.3 PELAKSANAAN 1) Persiapan untuk pelebaran perkerasan a) Lebar Galian dan Penggalian bahan yang ada (1) Lebar galian untuk Pelebaran Perkerasan harus mampu menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat pemadat standar. Apabila lebar galian melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan, maka kelebihan lebar galian harus diisi kembali dengan bahan galian yang dipadatkan bersama-sama dengan setiap bahan yang digunakan untuk pelebaran perkerasan. Bahan yang digunakan untuk pelebaran perkerasan tidak boleh bercampur dengan bahan galian yang diisikan kembali pada kelebihan pelebaran. Kelebihan galian yang dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi tidak akan dipandang sebagai kuantitas galian tambahan yang dapat dibayar. (2) Kedalaman penggalian harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana. (3) Bahan galian tidak boleh digunakan sebagai bahan untuk pelebaran, baik langsung ataupun dicampur dengan bahan lain, kecuali jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan. b) Pencampuran Bahan yang Baru dan Lama 4-2

Pencampuran di tempat antara bahan yang baru dengan yang lama tidak diperkenankan, kecuali jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus membuat lubang uji (test pit) untuk memastikan bahwa mutu bahu jalan lama dapat digunakan dan dicampur dengan bahan yang baru sehingga memenuhi persyaratan. c) Pemangkasan Tepi Perkerasan Lapisan Tepi perkerasan lapisan beraspal yang berbatasan dengan pelebaran harus dipangkas bertangga sampai mencapai bagian yang baik dan terbentuk dinding vertikal yang rapi. d) Lebar Pekerjaan Pelebaran (1) Lebar pekerjaan pelebaran harus cukup untuk melebarkan jalur lalu lintas sampai dengan lebar rencana, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan, serta lebar tambahan yang cukup untuk memungkinkan tepi setiap lapisan beraspal yang dihampar dibuat bertangga dari tepi lapisan di bawahnya. Susunan bertangga ini diperlukan untuk memungkinkan penggilasan yang sedikit ke luar dari tepi hamparan dan untuk memperoleh daya dukung samping yang memadai, dan harus dibuat sekitar 5 cm untuk setiap lapis tambah yang dihampar. (2) Pelebaran perkerasan yang diperlukan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana untuk setiap ruas jalan merupakan rata-rata. Lebar pelebaran aktual yang diperlukan sepanjang jalan bervariasi sesuai yang diperlukan dan sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. Lebar pelebaran praktis minimum adalah 1,5 m. Bila pelebaran yang diperlukan kurang dari 1,5 m, maka yang harus dilaksanakan adalah pekerjaan pelebaran 1,5 m. e) Penyiapan Bentuk Permukaan (1) Dasar galian pada lokasi Pelebaran Perkerasan harus disiapkan, dipadatkan dan diuji sebagaimana disyaratkan untuk Penyiapan Badan Jalan dalam pasal 3.3.3. dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus memelihara permukaan tersebut dalam keadaan kadar air optimum dan stabil sampai penghamparan bahan yang diperlukan untuk pelebaran perkerasan dilaksanakan. (2) Dasar yang disiapkan harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penghamparan. f) Penebangan Pohon untuk Pelebaran Jalan Penebangan pohon hanya dilaksanakan apabila mutlak diperlukan untuk pelaksanaan pelebaran jalan, baik pada jalur lalu lintas maupun pada bahu jalan sesuai dengan butir 8.2.3.2).(c). Pohon-pohon yang sudah ditebang harus diganti dengan cara penanaman pohon baru sesuai dengan butir 8.3.3.2).(c) yang penanamannya dilakukan di luar bahu jalan. 2) Penghamparan dan pemadatan bahan pelebaran perkerasan Ketentuan yang disyaratkan pada seksi lain dalam spesifikasi ini yang berhubungan dengan Produksi, Penghamparan dan Pemadatan untuk Lapis Fondasi Agregat, Lapis Fondasi Agregat Tanah Semen, Wet Lean concrete, dan Perkerasan Beton Semen harus berlaku. Ketentuan yang disyaratkan pada seksi lain dalam spesifikasi ini yang berhubungan dengan Produksi, Penghamparan dan Pemadatan untuk Lapisan Beraspal harus berlaku, kecuali untuk hal berikut ini : (1) Sebelum bahan dihampar, lapis resap ikat yang sesuai harus disemprotkan pada lapis fondasi yang sudah dipersiapkan dan lapis perekat juga harus disemprotkan pada dinding vertikal dari dari tepi perkerasan lama. (2) Pada pelebaran yang agak sempit, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual, tetapi dalam batas-batas temperatur seperti penghamparan dengan mesin. Pemadatan harus dilakukan menggunakan alat pemadat mekanis atau alat pemadat bergerak bolak balik yang disetujui Direksi Pekerjaan. 4-3

4.1.4 PENGENDALIAN MUTU 1) Pengujian Kepadatan Lapis Fondasi Agregat a) Ketentuan yang disyaratkan dalam pasal 5.1.2 dan pengujian kepadatan sesuai dengan ketentuan pada pasal 5.1.4 harus berlaku, kecuali : (1) Butir 5.1.4.1).c) untuk pekerjaan pelebaran frekuensi pengujian ditingkatkan menjadi setiap 500 meter kubik bahan yang dibawa ke lapangan. (2) Butir 5.1.4.1).d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 03-2828-1992. Pengujian harus dilakukan pada seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknis, tetapi tidak boleh berjarak lebih dari 50 meter masing-masing untuk setiap sisi. Apabila Lapis Fondasi Agregat dicampur dengan bahan lama, maka frekuensi minimum dari pengujian yang disyaratkan dalam (a) di atas harus diterapkan pada tiap bahan baru yang dibawa ke lapangan dan pada bahan yang telah dicampur di lapangan. Bila diperlukan pengujian tambahan, Penyedia Jasa harus mengambil contoh dari bahan yang telah dicampur sampai kedalaman lapisan pada lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan. 2) Pengujian Kepadatan Tanah Semen Pengujian kepadatan sesuai dengan ketentuan pada Pasal 5.3.4. 3) Pengujian Kepadatan Lapisan Beraspal Pengujian kepadatan dari bahan terhampar yang ditentukan dengan pengujian benda uji inti (core), harus dilaksanakan dengan frekuensi tidak kurang dari satu pengujian setiap 50 m per lajur pekerjaan pelebaran untuk masing-masing sisi jalan. 4) Pengujian Mutu Beton Pengujian mutu beton sesuai dengan ketentuan pada Seksi 7.1 4.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk pelebaran perekerasan menurut Seksi ini. Penggalian bahan yang ada, penyiapan badan jalan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, dan penyelesaian pekerjaan Pelebaran Perkerasan, seluruhnya akan dibayar menurut berbagai mata pembayaran yang digunakan dalam Pekerjaan ini. Pengukuran dan pembayaran untuk penebangan, pembuangan pohon dan penanaman kembali pohon sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan yang diuraikan sesuai pasal 8.2.5 dan pasal 8.3.5 dari Spesifikasi ini. Penebangan pohon dan pemanfaatannya harus seizin yang berwenang. 4-4

4.2.1 UMUM SEKSI 4.2 BAHU JALAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Bahu Jalan adalah bagian dari ruang manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti untuk keperluan darurat, dan untuk sokongan samping bagi lapisan perkerasan. b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini harus mencakup pembentukan formasi bahu, pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan bahu jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan atau permukaan lainnya yang disetujui dan laburan aspal jika diperlukan, untuk pelaksanaan bahu jalan baru atau peningkatan bahu jalan sesuai dengan elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan pada gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. c) Pekerjaan bahu jalan pada spesifikasi ini tidak ditujukan untuk bahu yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. 4.2.2 PERSYARATAN 1) Standar Rujukan Standar rujukan seperti yang ditunjukan oleh standar rujukan yang terkait pada butir 4.2.2.2) di bawah ini harus berlaku. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini a) Ketentuan Umum : Seksi 1.1 b) Persiapan : Seksi 1.2 c) Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.3 d) Penyiapan Tanah Dasar : Seksi 3.3 e) Lapis Fondasi Agregat : Seksi 5.1 f) Lapis Fondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal : Seksi 5.2 g) Lapis Fondasi Tanah Semen : Seksi 5.3 h) Lapis Fondasi Agregat Semen (LFAS) : Seksi 5.4 i) Perkerasan Jalan Beton : Seksi 5.5 j) Wet Lean Concrete : Seksi 5.6 k) Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1 l) Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) dan Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) : Seksi 6.2 m) Campuran Beraspal Panas : Seksi 6.3 n) Lasbutag : Seksi 6.4 o) Campuran Beraspal Dingin : Seksi 6.5 p) Lapis Penetrasi Macadam : Seksi 6.6 q) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1 r) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Perkerasan Berpenutup Aspal : Seksi 8.2 s) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan : Seksi 10.1 t) Pemeliharaan Rutin Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2 4-5

3) Toleransi Dimensi a) Untuk bahu jalan yang ditutup dengan lapisan beraspal, toleransi kerataan yang disyaratkan dalam butir 5.1.2.3)c), harus berlaku. b) Untuk bahu jalan tanah semen, toleransi kerataan yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.2.3), harus berlaku. c) Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap pelaburan atau perkerasan lainnya yang dihampar diatasnya harus sesuai dengan elevasi tepi perkerasan, tetapi masih diizinkan lebih rendah maksimum 1,0 cm terhadap tepi perkerasan yang bersebelahan. d) Untuk bahu jalan tanpa penutup aspal, permukaan akhir yang telah dipadatkan harus sesuai dengan elevasi tepi perkerasan, tetapi masih diizinkan lebih rendah maksimum 1,5 cm di bawah elevasi rencana, pada setiap titik. e) Lereng melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0% dari lereng melintang rencana. 4) Pengajuan Kesiapan Kerja Ketentuan pengajuan kesiapan kerja seperti yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6,dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6 harus berlaku, sesuai dengan pekerjaan bahu jalan yang akan dilakukan. 5) Cuaca yang diizinkan untuk Bekerja Ketentuan cuaca yang diizinkan untuk bekerja seperti yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6 harus berlaku, sesuai dengan pekerjaan bahu jalan yang akan dilakukan. 6) Pengendalian Lalu Lintas a) Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.3 dalam spesifikasi ini. b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang melewati bahu jalan yang baru selesai dikerjakan dan bila perlu Penyedia Jasa dapat melarang lalu-lintas yang demikian ini dengan menyediakan jalan alternatif. 7) Bahan Ketentuan bahan seperti yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6 harus berlaku, sesuai dengan pekerjaan bahu jalan yang akan dilakukan. Umumnya agregat kelas C digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup. Apabila digunakan agregat kelas A atau kelas B, maka bahu jalan harus diberi lapis penutup beraspal. 8) Peralatan Ketentuan peralatan seperti yang disyaratkan pada Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6 harus berlaku, sesuai dengan pekerjaan bahu jalan yang akan dilakukan. 4.2.3 PELAKSANAAN 1) Persiapan Persiapan tempat untuk penghamparan bahan bahu jalan, pemangkasan tepi perkerasan pada jalur lalu lintas lama, dan penyiapan formasi sebelum bahan dihampar, harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan Seksi 8.2, butir 4.1.3.1)c), butir 4.1.3.1)d) dan butir 4.1.3.1)e) dari Spesifikasi ini. 2) Penghamparan dan pemadatan Penghamparan dan pemadatan bahan bahu jalan harus memenuhi ketentuan seperti yang disyaratkan pada Seksi 5.1, Seksi 5.3 dan Seksi 6.1 s/d Seksi 6.6. 4.2.4 PENGENDALIAN MUTU 1) Perbaikan Bahu Jalan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Ketentuan seperti yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6, harus berlaku. 4-6

2) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 4.2.2 di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan dari semua bahu jalan yang sudah selesai dikerjakan dan diterima selama Periode Kontrak. 3) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian Lubang-lubang bekas pengujian harus diperbaiki sesuai bahan yang digunakan dan harus sesuai yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6. 4) Pengujian Pengujian pada hasil penghamparan dan pemadatan bahan bahu jalan yang digunakan harus memenuhi ketentuan seperti yang disyaratkan pada Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6. 4.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1) Cara Pengukuran Ketentuan cara pengukuran seperti yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6, harus berlaku. 2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki Ketentuan cara pengukuran seperti yang disyaratkan dalam Seksi 5.1 s/d seksi 5.6, dan seksi 6.1 s/d seksi 6.6, harus berlaku. 3) Dasar Pembayaran Kuantitas yang ditentukan dengan cara di atas, harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran masing-masing untuk setiap mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, serta harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk perolehan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, pemeliharaan permukaan akibat beban lalu lintas, dan semua biaya lain yang diperlukan atau seharusnya untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya pada pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini. Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran 4.2 (1) Lapis Fondasi Agregat Kelas A Meter Kubik 4.2 (2) Lapis Fondasi Agregat Kelas B Meter Kubik 4.2 (3) Lapis Fondasi Agregat Kelas C Meter Kubik 4.2 (4) Lapis Fondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Waterbound Meter Persegi Macadam 4.2 (5) Pekerjaan Lapis Fondasi Tanah Semen Meter Kubik 4.2 (6) Semen untuk Lapis Fondasi Tanah Semen Ton 4.2 (7) Penghamparan chipping Meter Persegi 4.2 (8) Pekerjaan LFAS Klas A Meter Kubik 4.2 (9) Pekerjaan LFAS Klas B Meter Kubik 4.2 (10) Pekerjaan LFAS Klas C Meter Kubik 4.2 (11) Perkerasan Jalan Beton Meter Kubik 4-7

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran 4.2 (12) Wet Lean Concrete (t = 10 cm) Meter Persegi 4.2 (13) Sand Bedding (t = 5 cm) Meter Persegi 4.2 (14) Lapis Resap Ikat Liter 4.2 (15) Lapis Perekat Liter 4.2 (16) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi 4.2 (17) Agregat Penutup BURDA Meter Persegi 4.2 (18) Bahan Aspal Untuk Pekerjaan Pelaburan Liter 4.2 (19) Latasir Kelas A (SS-A), (t =...cm) Meter Persegi 4.2 (20) Latasir Kelas B (SS-B), (t =...cm) Meter Persegi 4.2 (21) Lataston Lapis Aus (HRS-WC), (t =...cm) Meter Persegi 4.2 (22) Lataston Lapis Aus Leveling (HRS-WC L) Ton 4.2 (23) Lataston Lapis Fondasi (HRS-Base) Meter Kubik 4.2 (24) Lataston Lapis Fondasi Leveling (HRS-Base L) Ton 4.2 (25) Laston Lapis Aus (AC-WC), (t =...cm) Meter Persegi 4.2 (26) Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod), (t =...cm) Meter Persegi 4.2 (27) Laston Lapis Aus Leveling (AC-WC L) Ton 4.2 (28) Laston Lapis Aus Modifikasi Leveling (AC-WC Mod L) Ton 4.2 (29) Laston Lapis Antara (AC-BC) Meter Kubik 4.2 (30) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) Meter Kubik 4.2 (31) Laston Lapis Antara Leveling (AC-BC L) Ton 4.2 (32) Laston Lapis Antara Modifikasi Leveling (AC-BC Mod L) Ton 4.2 (33) Laston Lapis Fondasi (AC-Base) Meter Kubik 4.2 (34) Laston Lapis Fondasi Modifikasi (AC-Base Mod) Meter Kubik 4.2 (35) Laston Lapis Fondasi Leveling (AC-Base L) Ton 4.2 (36) Laston Lapis Fondasi Modifikasi Leveling (AC-Base Mod L) Ton 4.2 (37) Lasbutag Lapis Aus Meter Persegi 4.2 (38) Lasbutag Lapis Permukaan Antara Fondasi (BC Base) Meter Kubik 4.2 (39) Campuran Beraspal Dingin untuk Pelapisan Meter Kubik 4.2 (40) Lapis Penetrasi Macadam (t = cm) Meter Persegi 4-8