ONGKOS MATERIAL HANDLING

dokumen-dokumen yang mirip
Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

PETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015

Bab 2 Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Landasan Teori

BAB 2 LANDASAN TEORI

Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT

Bab 2 Tinjauan Pustaka

LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING

BAB II LANDASAN TEORI

Pembahasan Materi #10

PENENTUAN LUAS LANTAI PERTEMUAN #9 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan sebuah era yang sangat dinamis, baik dalam aspek

1. Biaya Investasi: - Harga pembelian - Harga komponen alat bantu - Biaya instalasi 2. Biaya operasi: - Biaya perawatan - Biaya bahan bakar - Biaya

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Yunanto (1998) dalam skripsinya yang berjudul Perencanaan Layout

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

MATERIAL HANDLING. Materi Kuliah Ke-7 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS. Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Tata letak Awal

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK...

Perancangan Tata Letak

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK...

BAB II LANDASAN TEORI

Systematic Layout Planning

DAFTAR DIAGRAM Diagram Judul Halaman 5.1. Penjadwalan Awal Produk Singlet Penjadwalan Awal Produk Baju Penjadwalan Awal Produk Jaket

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS HASIL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan

PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG DENGAN METODE SHARED STORAGE

Landasan Teori BAB II

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

Perancangan Ulang Tata Letak Mesin pada Lantai Produksi di Biro Workshop PT. Semen Padang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture)

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

Pembahasan Materi #6

BAB 3 LANDASAN TEORI

PERPINDAHAN BAHAN (MATERIAL HANDLING)

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM ALIRAN MATERIAL

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

RANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI PT. UTAX INDONESIA DENGAN PENDEKATAAN SIMULASI ALGORITMA CRAFT TUGAS AKHIR

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V HASIL DAN ANALISIS

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

USULAN PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CORELAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Pendahuluan BAB I BAB I PENDAHULUAN

Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) di CV. Arasco Bireuen

BAB I PENDAHULUAN I-1

MATERIAL HANDLING. Iman P. Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kulitas barang/produk yang dihasilkan.

BAB III LANDASAN TEORI

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #5 Genap 2015/2106. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS ALIRAN MATERIAL PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN PROSES 81

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PADA GUDANG BAHAN BAKU DAN BARANG JADI DENGAN METODE SHARE STORAGE DI PT. BITRATEX INDUSTRIES SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR (BENDEL) PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau

DAFTAR ISI. Daftar Isi

Transkripsi:

ONGKOS MATERIAL HANDLING Material Handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang dilakukan dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses produksi yang lain. Pada dasarnya kegiatan material handling adalah kegiatan tidak produktif, karena pada kegiatan ini bahan tidaklah mendapat perubahan bentuk atau perubahan nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan mencari ongkos material handling terkecil. Menghilangkan transportasi tidaklah mungkin dilakukan, maka caranya adalah dengan melakukan hand-off, yaitu menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara: menghapus langkah transportasi, mekanisasi atau meminimasi jarak. Ongkos Material Handling (OMH) adalah suatu ongkos yang timbul akibat adanya aktivitas material dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu departemen kedepartemen lain yang besarnya ditentukan sampai pada suatu tertentu. Satuan yang digunakan adalah Rupiah/meter gerakan. Tujuan dibuatnya perencanaan Material Handling adalah: Meningkatkan Kapasitas Memperbaiki kondisi kerja Memperbaiki pelayanan pada konsumen Meningkatkan kelengkapan dan kegunaan ruangan Mengurangi ongkos Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling (Meyers, F.E.) a.l.: 1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap material. 2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja. 3. Meningkatkan produktivitas. 4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas.

5. Mengurangi bobot mati. 6. Sebagai pengawasan persediaan. Hubungan Antara Penanganan Material dan Tata Letak Pabrik Dalam sistem manufaktur, dua aktivitas yang sering berpengaruh satu sama lain adalah penanganan material dan tata letak pabrik. Hubungan dua aktivitas tersebut menyangkut data yang diperlukan untuk rancangan tiap aktivitas, tujuan umum, pengaruh ruangan dan pola aliran. Secara khusus masalah tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan agar penempatan departemen dapat menimbulkan total biaya penanganan material yang minimum. Oleh karenanya dalam perancangan sistem penanganan material, harus diketahui panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan perpindahan. Tata letak pabrik dan penanganan material mempunyai tujuan umum yaitu meminimumkan biaya. Biaya penanganan material dapat diminimumkan dengan menyusun lebih dekat departemen-departemen yang berhubungan, agar perpindahan material terjadi dengan jarak yang pendek. Minimasi biaya merupakan salah satu tujuan utama dari sistem penanganan material. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain: 1. Mengurangi waktu menganggur peralatan. 2. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang tinggi. 3. Meminimumkan perpindahan material. 4. Mengatur departemen-departemen sedekat mungkin agar jarak perpindahan material lebih pendek. 5. Mencegah perbaikan yang besar dengan melakukan perencanaan aktivitas perawatan yang lebih baik. 6. Harus menggunakan peralatan yang tepat untuk mengurangi kerusakan material. 7. Menghindari pekerjaan yang tidak aman bagi tenaga kerja seperti mengangkat beban yang terlalu berat. 8. Mengurangi keanekaragaman jenis peralatan untuk mengurangi kebutuhan investasi. 9. Mengganti peralatan yang sudah usang dengan peralatan yang baru agar lebih efisien. Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah tata letak yang mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini biaya bukan satu-satunya indikator untuk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Secara umum biaya yang termasuk dalam perancangan dan operasi sistem penanganan material adalah sebagai berikut: 1. Biaya investasi Yang termasuk dalam biaya ini adalah harga pembelian peralatan, harga komponen alat bantu dan biaya instalasi. 2. Biaya operasi yang terdiri dari:

a. Biaya perawatan. b. Biaya bahan bakar. c. Biaya tenaga kerja yang terdiri dari upah dan jaminan kecelakaan. 3. Biaya pembelian muatan, yang digolongkan dalam pembelian alat-alat material. 4. Biaya yang menyangkut masalah pengepakan dan kerusakan material. Dalam melakukan suatu perencanaan tata letak fasilitas/pabrik, aktivitas dalam pemindahan bahan material (Material Handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Kegiatan pemindahan material tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan suatu proses aliran bahan yang terjadi dalam suatu kegiatan operasi, kemudian hal yang harus diperhatikan adalah tipe Lay Out yang akan digunakan. 1. Lay-Out By Product Lay-out by product adalah penempatan mesin yang disesuaikan dengan urutan proses produksi dari produk yang akan dibuat pada satu departemen. Keuntungan: Pergerakan material tidak terlalu besar. Jika pergerakan material tidak terlelu besar, maka ongkos Material Handling pun kecil. Keseimbangan lintasan akan mudah dilakukan atau mudah diawasi. Ruangan untuk masing-masing mesin atau stasiun kerja relatif kecil. Waktu penyelesaian produk bisa lebih cepat. Kerugian: Jika terjadi kerusakan pada satu mesin akan menyebabkan kerusakan pada satu sistem. Tingkat fleksibelitas pada masing-masing departemen kecil. Tingkat Botle Neck (Penumpukan) akan terjadi lebih besar jika salah satu mesin lambat. 2. Lay-Out By Process Lay-out By Process adalah penempatan mesin-mesin yang sama pada satu departemen. Keuntungan: Pemakaian mesin-mesin dapat direncanakan dengan lebih baik. Fleksibelitas terhadap perubahan produk dan dengan mudah dapat dirubah urutannya. Mudah menjaga kontinyuitas produksinya, bila ada kerusakan mesin, kekurangan bahan, pekerja tidak masuk dan sebagainya. Mendorong pekerja untuk berproduksi lebih banyak. Kerugian: Perencanaan dan penjadwalan produksi menjadi lebih rumit. Memerlukan pemindahan barang yang lebih banyak. Pergerakan material lebih besar, maka Material Handling pun besar. Dibutuhkan tempat yang besar untuk masing-masing stasiun kerja. Memerlukan tenaga kerja terlatih untuk macam-macam pekerjaan.

Waktu pembuatan produk relatif lebih lama. Peralatan yang biasa digunakan sebuah perusahaan Manufaktur Diskrit dalam melakukan kegiatan Material Handling ini adalah: Conveyor Cranes Truck (lift Truck dan Walky Fallet) Tiga tahapan dalam melakukan Material Handling, yaitu: 1. Progresif/sistem orientik yang terdiri dari semua sumber/supply. Perpindahan barang dari semua sumber Perpindahan semua barang dalam pabrik atau manufaktur secara diam 2. Contemporary, yaitu perpindahan barang material dari suatu tempat ke tempat lainnya. 3. Convensional, yaitu perpindahan barang dari suatu tempat ketempat lainnya secara individual. Beberapa aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut: Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen Pabrikasi maupun departemen Assembling. Pemindahan bahan yang terjadi akibat bahan baku diproses pada satu jenis mesin menuju jenis mesin pada departemen yang lainnya. Pemindahan bahan dari departemen Assembling menuju gudang barang jadi (Shipping). Setelah diketahui aktivitas-aktivitas pemindahan yang terjadi, maka selanjutnya dapat dihitung ongkos material handling yang terjadi pada aktivitas-aktivitas tersebut. faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling sebagai berikut: 1. Alat Angkut yang digunakan Untuk menentukan alat angkut yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: Berat material yang disesuaikan dengan daya angkut maksimal alat angkut. Bentuk dan jenis material serta ukuran luasnya disesuaikan dengan daya tumpang alat angkut. Sifat material dimana harus diperhatikan kemungkinan menggunakan alat angkut khusus. Beberapa alat angkut yang umum digunakan: Alat angkut dengan menggunakan Tenaga Manusia (0 25 Kg). Alat angkut dengan menggunakan Walky Fallet (21 50 Kg). Alat angkut dengan menggunakan Lift Truck (diatas 50 Kg). 2. Jarak Pengangkutan Kegiatan awal perhitungan OMH merupakan perhitungan tahap pertama, karena akan dilakukan lagi perhitungan OMH yang merupakan revisi dari perhitungan tahap pertama. Pada perhitungan tahap pertama jarak antar kelompok mesin dan departemen yang mengalami aktivitas pengangkutan diasumsikan berdampingan. Selain itu untuk mengoptimalkan jarak antar aktivitas tersebut, maka kelompok mesin atau departemen untuk sementara diasumsikan berbentuk bujur sangkar.

Kelompok Kelompok Kelompok Mesin A Mesin B Mesin C AB = 1/2 luas mesin A + 1/2 Luas mesin B BC = 1/2 Luas Mesin B + 1/2 Luas Mesin C AC = AB + BC = jarak antar kelompok A dengan kelompok C 3.Cara Pengangkutan Berdasarkan hasil perhitungan terdahulu (OPC, Routing Sheet dan MPPC), maka dapat ditentukan cara pengangkutan yang akan dilakukan. Pada dasarnya setelah ditentukan alat angkut serta jarak untuk setiap pengangkutan, maka ongkos material handling dapat segera diketahui, berdasarkan hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan cara pengangkutan adalah sebagai berikut: Telusuri OPC sejak proses yang paling awal, kemudian dapat ditentukan urutan proses pengangkutan dari dan ke Isi kolom dari, maka sebelum mengisi yang berikutnya terlebih dahulu diisi kolom ke yang merupakan kelopok tujuan, sesuai dengan aliran yang terjadi. Dalam mengisi kolom ke yang merupakan daerah tujuan pengangkutan, sebelum mencantumkan aktivitas lainnya, maka aktivitas pertama sudah selesai mencantumkan semua material yang akan diterima dari sumber yang diuraikan. Pada kolom produksi per jam bisa diisi dari data yang didapat dari perusahaan atau melakukan penelitian secara langsung. Untuk berat bentuk disesuaikan dengan komponen yang dibawa dari departemen asal ke departemen tujuan. Alat angkut yang digunakan disesuaikan dengan komponen yang dibawanya. Untuk perhitungan OMH (Rp/m) ddapat dilihat pada halaman 56. Untuk kolom jarak dapat diisi dengan menggunakan data jarak yang sesungguhnya atau dapat diasumsikan antar departemen berdekatan. Total OMH = Ongkos alat angkut/meter gerakan x Jarak tempuh pengangkutan. Contoh tabel Ongkos Material Handling (OMH) Tabel 1. Contoh Tabel OMH Data Ongkos Material Handling Dept Dari Ke Nama Komponen Produksi / Jam Berat Bentuk (Kg) Berat Total (Kg) Alat Angkut OMH (Rp/m) Jarak Total Ongkos (Rp) Ukuran jarak Terdapat beberapa system pengukuran jarak yang dipergunakan. beberapa jenis system pengukuran jarak antar departemen ini digunakan sesuai dengan kebtuhan dan karekteristik perusahaan yang menggunakanya. Beberapa system pengukuran jarak yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jarak Euclidean Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Sistem pengukuran dengan jarak euclidean sering digunakan karena lebih mudah dimengerti dan mudah digunakan. Contoh aplikasi dari jarak euclidean misalnya pada beberapa model conveyor, dan juga jaringan transportasi dan distribusi. Untuk menentukan jarak euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya menggunakan formula sebagai berikut. d ij = [(x i x j ) 2 + (y i y j ) 2 ] 1/2... (2.3) Di mana: X i = koordinat x pada pusat fasilitas i Y i = koordinat y pada pusat fasilitas i d ij = jarak antara pusat fasilitas i dan j Perhitungan jarak euclidean antara i dan j seperti pada gambar 2.5 adalah sebagai berikut: d ij = [(4 1) 2 + (3 1) 2 ] 1/2 = 3,6 4 y 3 (Xi,Yi ) 2 1 (Xj,Yj ) 1 2 3 4 5 Gambar 2.5 Jarak euclidean x b. Jarak Rectilinear Jarak rectilinear sering juga disebut dengan Jarak Manhattan, merupakan jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Disebut dengan Jarak Manhattan, mengingatkan jalan-jalan di kota Manhattan yang membentuk garis-garis paralel dan saling tegak lurus antara satu jalan dengan jalan lainnya. Pengukuran dengan jarak rectilinear sering digunakan karena mudah perhitungannya, mudah dimengerti dan untuk beberapa masalah lebih sesuai, misalkan untuk menentukan jarak antar kota, jarak antar fasilitas di mana peralatan pemindahan bahan hanya dapat bergerak secara lurus. Dalam pengkuran jarak rectilinear digunakan notasi sebagai berikut: d ij = x i x j + y i + y j... (2.4) misalkan pada gambar 2.6, jarak antara i dan j adalah sebagai berikut. d ij = 4 1 + 3 1 = 5

4 y 3 (Xi,Yi) 2 1 (Xj,Yj) x 1 2 3 4 5 Gambar 2.6 Jarak rectilinear c. Square Euclidean Sebagaimana namanya, square euclidean merupakan ukuran jarak dengan mengkuadratkan bobot terbesar suatu jarak antara dua fasilitas yang berdekatan. Relatif untuk beberapa persoalan terutama menyangkut persoalan lokasi fasilitas diselesaikan dengan penerapan square euclidean. Formula yang digunakan dalam square euclidean: d ij = [(x i x j ) 2 + (y i y j ) 2 ]... (2.5) d. Aisle Ukuran jarak aisle sangat berbeda dengan ukuran jarak seperti dikemukakan di muka. Aisle distance akan mengukur jarak sepanjang lintasan yang dilalui alat pengangkut pemindah bahan. Dari gambar 2.7 (a) ukuran jarak aisle antara departemen K dan M merupakan jumlah dari a, b dan d. Sedang gambar 2.7 (b) jarak aisle departemen 1 dengan departemen 3 merupakan jumlah dari a, c, f dan h. Aisle distance pertama kali diaplikasikan pada masalah tata letak dari proses manufaktur. Gambar 2.7 Jarak untuk aisle e. Jarak Berdasarkan Luas Departemen Untuk menemukan jarak berdasarkan luas lantai, diperlukan data lintasan yang dilalui oleh setiap komponen dari suatu depertemen ke depertemen tujuanya. Sehingga jarak antar departemen dapat dihitung berdasarkan luas lantai departemen asal, departemen yang dilalui dan departemen tujuan.

Dep 1 Dep 2 Dep 3 Jarak departemen1 ke departemen3 yaitu: Gambar 2.8 Jarak berdasarkan luas departemen ½ luas lantai dep1+ luas lantai dep2+½ luas lantai dep3..(2.6) Sedangkan jika jarak antara depertemen yang berdampingan, misalnya jarak dep1 ke dep2 yaitu: ½ luas lantai dep1+½ luas lantai dep3 (2.7)