II-1 BAB II DASAR TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

proses welding ( pengelasan )

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

MACAM-MACAM CACAT LAS

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH VARIASI TEBAL PELAT DAN BESAR ARUS LISTRIK TERHADAP DISTORSI PADA PENGELASAN MULTILAYER PROSES GMAW DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFER SPRAY

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

DASAR-DASAR PENGELASAN

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB II KERANGKA TEORI

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER. 02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA

BAB VI PROSES PENGELASAN

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

II-1 BAB II DASAR TEORI

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB 1 PROSES PENGELASAN

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB 8. Materi las acetylene

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

LAB LAS. Pengelasan SMAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PERBAIKAN METODE PENGELASAN SMAW (SHIELD METAL ARC WELDING) PADA INDUSTRI KECIL DI KOTA MEDAN

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Studi Kekuatan Sambungan Las Baja AISI 1045 dengan Berbagai Metode Posisi Pengelasan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

MAKALAH TENTANG WELDING REPAIR / PERBAIKAN LAS UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH APLIKASI LAS

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

MENGELAS TINGKAT LANJUT

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

WELDING ENGINEERING WELDING DEFECTS WELDING TECHNOLOGY POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. Moh. Syaiful Amri, S.ST., MT

Transkripsi:

II-1 BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Dasar Pengelasan Pengelasan adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni : bahwa benda padat tersebut dapat cair/ lebur oleh panas; bahwa antara benda-benda padat yang disambung tersebut terdapat kesesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan sambungan tersebut; bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungannya. [6] Proses pengelasan yang dapat diaplikasikan dalam reparasi pengelasan dalam API 5L antara lain: - Las listrik busur terpendam (submerged arc welding /saw), - Las listrik gas pelindung metal (gas metal arc welding /gmaw), dan - Las busur listrik (shielded metal arc welding /smaw). [1] 2.1.1. Las listrik busur terpendam (saw) Las listrik busur terpendam menggunakan panas busur listrik untuk mencairkan logam logam yang dilas. Bedanya adalah bahwa pada jenis las ini busur nyala listrik keseluruhannya terpendam didalam butir butir fluks sehingga sama sekali tidak tampak, sehingga pengelasan tidak memerlukan topeng atau kacamata pelindung. Butir butir fluks mempunyai fungsi menstabilkan busur nyala, meningkatkan mutu mekanis maupun kimiawi bahan las yang terdeposisi, mengendalikan mutu pengelasan. Arus yang digunakan dalam pengelasan ini dapat mencapai 2000 amper, ac maupun dc, sedangkan elektrodanya dapat berupa kawat las tunggal maupun berganda atau berupa lempengan pipih yang panjang sekali dan tergulung. Kedua jenis arus dapat digunakan untuk jalur las yang sama dan dalam waktu yang bersamaan pula. Kawat elektroda dipasok terus menerus melalui piranti pemasok (wire feeder) dengan kecepatan tertentu, demikian pula butir butir fluks ditumpahkan dari tempat penampungnya

II-2 (hopper) melalui talang atau corong di seputar elektroda sehingga menguruk busur nyala. Walaupun teruruk, kolam las tidak terganggu mengingat fluks berberat jenis lebih ringan dari logam sehingga mengapung diatas kolam las dan sekaligus melindungi cairan logam dari proses oksidasi. Setelah mendingin fluks yang mencair tersebut melingkupi jalur las berupa terak atau slag. Butir - butir fluks yang tidak ikut mencair akan dihisap kembali dengan menggunakan alat hisap yang terpasang dibelakang pasangan elektroda untuk dikembalikan kedalam hopper sehingga tidak berceceran kemana mana. Biasanya butir - butir fluks dapat digunakan hingga dua kali selama butir tersebut belum berubah menjadi slag. jika telah berubah menjadi slag maka fluks tersebut tidak digunakan lagi (dibuang). [7] Sumber Referensi : PT. BKI Gambar 2.1. Skema proses las listrik busur terpendam [7] 2.1.2. Las listrik gas metal (gmaw) Las listrik gas metal adalah proses las listrik yang menggunakan busur listrik yang berasal dari elektroda, yang dipasok terus menerus secara tetap dari suatu mekanisme ke kolam las. Untuk mencegah terjadinya oksidasi, pengelasan ini dilindungi oleh aliran gas lindung yang dapat berupa gas aktif, misalnya CO2, sehingga disebut metal active gas (MAG), atau gas inert (misalnya argon) sehingga disebut metal inert gas (MIG), karenanya las listrik gas metal juga disebut mig mag welding. Pengelasan ini dapat dilaksanakan secara semi

II-3 otomatis atau otomatis sepenuhnya. Jenis las ini dapat digunakan untuk mengelas baja carbon, baja paduan rendah berkekuatan tinggi, stainless steel, aluminium, tembaga, titanium dan paduan nikel dalam segala posisi dengan merubah jenis gas lindung, elektroda dan variabel las lainnya. Tenaga listrik pengelasan ini menggunakan arus bolak balik (AC) mulai dari 230 / 460 VAC dengan frekuensi baik 50 maupun 60 hertz ( hz ). Keuntungan penggunaan adalah : Dapat digunakan untuk berbagai jenis metal komersil. Dapat digunakan mengelas terus menerus tanpa berhenti karena elektroda yang, berupa kawat yang sangat panjang dan tergulung dalam suatu klos, dipasok dengan kecepatan pemasokan yang tetap. Pengelasan dapat dilaksanakan disegala posisi. Laju pendeposisian metal lebih tinggi dari smaw. Kecepatan las lebih tinggi dari smaw Jika digunakan teknik nyala sembur (spray transfer) menghasilkan penetrasi lebih dalam dari smaw, sehingga dapat digunakan kawat las yang lebih kecil dibanding smaw namun memiliki kekuatan yang sama. Hasil pengelasan relatif lebih bersih karena tidak ada slagnya sebagaimana halnya smaw. Karenanya gmaw sesuai untuk fabrikasi yang banyak menggunakan pengelasan dengan produktifitas tinggi apalagi jika dilaksanakan oleh robot. Kekurangan / kerugian penggunaan gmaw adalah : Unitnya lebih mahal, lebih rumit penanganannya, dan kurang portabel. Lebih sulit digunakan dilokasi sempit / terbatas dan susah dicapai dibanding smaw. Pengelasan ini anti tiupan angin sehingga harus selalu terlindung (dalam ruangan), serta moncong obor harus sedekat mungkin dengan benda kerja untuk melindungi gas linding dari tiupan angin (3/8 hingga 3/4 ).

II-4 Pelaksana agak segan mengelas gmaw berhubung radiasi panasnya sangat tinggi. Karena gmaw menggunakan arus tetap dan kecepatan pasok kawat yang tetap pula, maka manakala posisi obor bergerak menjauh elektroda akan memanjang keluar (stick out) bergerak naik pula ampernya, sehingga panjang busur nyala akan selalu tetap. [7] Sumber Referensi : PT. BKI Gambar 2.2. Skema Pengelasan GMAW [7] Sumber Referensi : PT. BKI Gambar 2.3. Mesin las GMAW otomatis [7]

II-5 2.1.3. Las busur listrik (smaw) Busur listrik yang terjadi di antara elektroda dan bahan dasar akan mencairkan elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur listrik dan daerah las di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar (oksidasi). [7] Sumber Referensi : PT. BKI Gambar 2.4. Proses pengelasan SMAW [7] 2.2. Pengujian yang dilakukan pada WPS repair berdasarkan API 5L. Sesuai dengan ketentuan reparasi pengelasan pada pipa PSL 2 berdasarkan API 5l, untuk pipa spiral, cacat di sambungan las dapat direparasi sesuai dengan proses pengelasan sesuai dengan pilihan fabrikator. Pembuatan prosedur ini dilakukan harus dalam posisi datar (1G) yang dikerjakan oleh juru las yang telah terkualifikasi. Dengan mangacu kepada API 5L atau ASME Section IX, WPS repair harus dikualifikasi sebelum diaplikasikan. [1] Metode pengujian untuk prosedur kualifikasi terdiri dari yaitu pengujian merusak dan pengujian tidak merusak. 2.2.1. Pengujian Merusak Dalam pengujian merusak, sebuah spesimen atau batang uji dipotongkan dari daerah las atau sebuah model berukuran penuh dari daerah las dengan pengujian perubahan bentuk dengan dirusak untuk menguji sifat-sifat mekanik

II-6 dan penampilan daerah las tersebut. Dalam metode pengujian merusak, dibutuhkan minimum 2 spesimen pengujian. Metode pengujian daerah las untuk pengujian merusak meliputi : a. Transverse tensile test (uji tarik melintang) Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui kesesuaian elektroda yang dipakai dengan jenis pekerjaan dan kualitas sambungan las. b. Transverse guided bend test (uji bengkok melintang). Tujuan dari pengujian ini untuk mengungkapkan adanya cacat yang tidak terdeteksi dalam pengujian ketegangan. c. Nick break test Tujuan dari pengujian ini untuk menentukan daktilitas pengelasan, tingkat fusi dari sambungan las dan untuk memeriksa permukaan patah untuk cacat internal seperti: kantung gas Terak inklusi Porositas 2.2.2. Pengujian tidak merusak Dalam pengujian tidak merusak, hasil pengelasan diuji tanpa perusakan untuk mendeteksi kerusakan hasil las dan cacat dalam. Metode pengujian daerah las untuk pengujian tidak merusak meliputi : a. Pengujian Ultrasonik Tujuan dari pengujian ini untuk mendeteksi dan menemukan cacat internal seperti retak, porositas, inklusi, kurangnya fusi dan penetrasi yang tidak lengkap. b. Pengujian Radiografi Tujuan dari pengujian ini untuk mendeteksi cacat atau diskontinuitas dalam pengelasan seperti: Celah Porositas dan blow holes Terak, fluks atau inklusi oksida. Kurangnya fusi antara logam las dan logam induk Penetrasi yang tidak lengkap.

II-7 c. Dye Penetrant Test Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi kesalahan yang terbuka ke permukaan misalnya retak dan porositas. 2.3. Prosedur Kualifikasi Pengelasan berdasarkan ASME section IX Usulan Prosedur Pengelasan (propose WPS) adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi pengelasan yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam hal pengetahuan bahan dan teknologi pengelasan itu sendiri serta dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk efesiensi dari suatu aktivitas produksi. Setiap pabrik atau kontraktor harus mempersiapkan prosedur kualifikasi pengelasan yang menjelaskan sebagai berikut : Prosedur kualifikasi WPS dibuat dengan prosedur kualifikasi las sesuai dengan kode dan standar. Prosedur kualifikasi las ini dapat dipakai sebagai acuan seorang welder atau operator las yang menjamin sudah sesuai dengan kode dan standar yang berlaku. Isi dari WPS yang lengkap harus menjelaskan esensial variabel, non esensial variabel dan proses pengelasan yang dilakukan. WPS harus mengacu ke laporan prosedur kualifikasi / procedure qualification record (PQR) Dalam formulir standar WPS menampilkan variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pengelasan yang tercatat dalam PQR yaitu : Proses pengelasan yang dipilih Variabel dari proses pengelasan yang dipilih sesuai dengan QW-253.1 untuk pengelasan yang dipilih [2]

II-8 Tabel 2.1. Variabel las untuk las SMAW [2] Sumber Referensi : API 5L, 2004 2.4. Jenis-jenis kesalahan las dan penyebabnya Yang paling diperhatikan dalam proses pengelasan adalah ada atau tidaknya kesalahan di dalam sambungan las. Adapun kesalahan-kesalahan las dapat dibagi sebagai berikut : Kesalahan yang supervisial (dapat dilihat dengan mata) Kesalahan yang tidak dapat dilihat dengan mata (internal defect) [6]

II-9 2.4.1. Kesalahan yang supervisial a. Undercutting dikarenakan sisi-sisi las mencair dan masuk ke dalam alur las, sehingga terjadi parit di kanan kiri alur las yang mengurangi ketebalan bahan. Hal ini disebabkan oleh tingginya temperatur sewaktu mengelas yang diakibatkan karena pemakaian arus yang terlalu besar dan ayunan elektroda yang terlalu pendek. Gambar 2.5. Undercutting [6] b. Weaving fault merupakan bentuk alur bergelombang sehingga ketebalannya tidak merata. Hal ini disebabkan karena cara pengelasan terlalu bergoyang (gerakan elektroda terlalu besar) Gambar 2.6. Weaving fault [6] c. Surface porosity berupa lubang-lubang gas pada permukaan lasan yang biasanya disebabkan oleh : Elektroda basah Kampuh kotor Udara sewaktu mengelas terlalu basah Gas yang berasal dari galvanisasi

II-10 Gambar 2.7. Surface porosity [6] d. Fault of electrode change (kesalahan penggantian elektroda) merupakan bentuk alur las menebal pada jarak tertentu yang diakibatkan oleh pergantian elektroda. Tukang las yang belum ahli pada permulaan pengelasan, umumnya pada setiap mulai mengelas, gerakan elektroda terlalu pelan. Gambar 2.8. Fault of electrode change [6] e. Weld spatter merupakan (percikan-percikan las) merupakan alur las kasar dan penuh dengan percikan-percikan slag atau las. Hal ini disebabkan oleh : Arus las terlalu besar Salah jenis arus Salah polarisasi Gambar 2.9. Weld spatter [6]

II-11 f. Alur las terlalu tinggi biasanya bentuknya sempit dan menonjol ke atas. Hal ini disebabkan oleh : Arus terlalu rendah Elektroda terlalu dekat dengan bahan Gambar 2.10. Alur las terlalu tinggi [6] g. Alur las terlalu lebar, jika dibanding dengan tebal pelat, alur las terlalu lebar. Hal ini disebabkan oleh kecepatan mengelasnya yang terlalu lamban. Gambar 2.11. Alur las terlalu lebar [6] h. Alur las tidak beraturan yang disebabkan oleh orang yang mencoba mengelas tanpa dasar ketrampilan dan pengetahuan tentang las, sehingga letak elektroda kadang-kadang terlalu menempel bahan. Gambar 2.12. Alur las tidak beraturan [6]

II-12 i. Alur las terlalu tipis (cekung) akibatkecepatan mengelas terlalu tinggi. Gambar 2.13. Alur las terlalu tipis [6] j. Retak longitudinal permukaan, keretakan biasanya terletak di sumbu alur dan memanjang sumbu. Keretakan disebabkan oleh : Pembedaan material yang menyebabkan pertumbuhan Kristal dalam bahan las atau karena terjadinya air hardening sewaktu las mendingin (kerapuhan) Disebabkan oleh besarnya tegangan didalam bahan akibat jenis bahan atau sisa tegangan sebelum pengelasan, serta tegangan akibat pengkerutan. Gambar 2.14. Retak longitudinal permukaan [6] k. Retak transversal (melintang sumbu), disebabkan oleh hal serupa pada retak longitudinal, hanya arah tegangan yang berbeda, juga karena stress corrosion (korosi tegangan).

II-13 Gambar 2.15. Retak transversal [6] l. Dasar concave (cekung) pada pengelasan pertama terjadi pencekungan. Hal ini disebabkan karena arus terlalu besar, sehingga sebagian bahan jatuh ke bawah, atau juga karena kecepatan las terlalu tinggi pada pengelasan pertama. Gambar 2.16. Dasar concave [6] m. Dasar berlubang-lubang pada pengelasan pertama. Hal ini terjadi disebabkan karena posisi elektroda terlalu dalam sewaktu mengelas pertama dan arus terlalu besar. Gambar 2.17. Dasar berlubang-lubang [6] n. Dasar berjanggut, pada dasar las tampak bahan las berlebihan sehingga menyerupai janggut. Juga pad alas overhead dapat terjadi hal yang sama. Untuk hal yang terdahulu disebabkan oleh letak elektroda yang terlalu dalam pada

II-14 pengelasan pertama sementara weld travel terlalu lamban. Untuk hal yang kedua disebabkan karena pergerakan elektroda yang salah dan travel lamban. Gambar 2.18. Dasar berjanggut [6] o. Incomplete penetration adalah pengelasan pertama yang tidak tembus ke bawah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu : Letak elektroda sewaktu pengelasan pertama terlalu tinggi Sewaktu pengelasan pertama, arus yang dipakai terlalu lemah Jara sisi-sisi kampuh terlalu rapat Gambar 2.19. Incomplete penetration [6] p. High low (tinggi rendah), berupa pengelasan yang sisi-sisi kampuh tidak dalam satu bidang datar. Hal ini disebabkan karena dua hal yaitu : Letak bahan yang tidak sama rata Tebal atau ukuran bahan yang berbeda Gambar 2.20. High low [6]

II-15 q. Retak kaki burung (bird claw crack) berupa keretakan yang menerupai bentuk jari-jari pada burung. Hal ini biasa terjadi pada pengelasan pelat tipis, di sini akhir elektroda (sewaku pengelasan dhentikan) tidak dipertebal lagi atau ditambah bahan. Akibatnya sewaktu mendingin terjadi pengerutan yang mengakibatkan bentuk retak tersebut. Gambar 2.21. Retak kaki burung [6] 2.4.2. Kesalahan yang tidak dapat dilihat dengan mata (Internal Deffect) Jenis-jenis kesalahan pengelasan yang tidak dapat dilihat dengan mata, hanya dapat dideteksi dengan mempergunakan radiography dan ultrasonic. Adapun jenis-jenis kesalahan tersebut adalah sebagai berikut : a. Slag inclusion (kemasukan slag/ kotoran). Di dalam las terdapat butiran slag sehingga di dalam X-Ray film tampak sebagai bintik kotoran berwarna hitam yang bentuknya tidak bulat dan tidak memanjang. Hal ini disebabkan karena waktu membersihkan slag sehabis pengelasan pertama, kedua dan seterusnya kurang bersih. Gambar 2.22. Slag inclusion [6]

II-16 b. Slag line (wagon track) atau garis kotoran atau jejak gerobak. Jenis kesalahan ini adalah sama dengan jenis pada a tetapi dengan bentuk yang agak berbeda. Di dalam X-Ray film tampak sebagai garis hitam yang tidak beraturan satu atau dua sejajar. Garis tersebut dapat panjang atau terputus-putus. Hal ini disebabkan oleh pembersihan slag pada alur-alur las yang kurang sempurna. Gambar 2.23. Slag line [6] c. Internal longitudinal crack. Pada X-Ray film tampak sebagai keretakan memanjang sumbu las. Jenis kesalahan ini sering disalahartikan dengan incomplete fusion maupun incomplete penetration. Kesalahan ini disebabkan oleh internal stress yang berada di dalam bahan las. Stress dikarenakan beberapa hal misalnya : Perbedaan jenis bahan las dan bahan dasar Fitting/ penyerahan yang kurang benar sehingga tegangan terlalu besar Terjadinya stress corrosion di dalam bahan las Pembentukan kristal di dalam bahan/ crystal growth Gambar 2.24. Internal longitudinal crack [6]

II-17 d. Transverse crack. Pada X-Ray film tampak sebagai keretakan yang melintang sumbu las. Adapun sebabnya sama dengan item b hanya perbedaannya adalah arah bekerjanya gaya-gaya yang menyebabkan internal stress berbeda. Gambar 2.25. Transverse crack [6] e. Incomplete penetration. Pada X-Ray tampak sebagai garis lurus hitam di tengahtengah jalur las/ atau pada dan sekitar sumbu las. Gambar 2.26. Incomplete penetration [6] f. Incomplete fusion. Pada X-Ray film kadang-kadang sangat sukar untuk mendeteksinya. Jika jelas tampak seperti garis lurus memanjang yang letaknya biasa di pinggir jalur las. Kadang-kadang terbentuk seperti lubang cacing yang bercabang. Pendeteksian akan lebih mudah jika pelaksana pemeriksanya cukup berpengalaman, apalagi jika menguasai sendiri pengelasan secara praktek/ ahli mengelas.

II-18 Gambar 2.27. Incomplete fusion [6] g. Internal porosity. Pada X-Ray film tampak sebagai bintik-bintik hitam yang berbentuk bulat, kadang-kadang jarang, kadang-kadang rapat, kadang-kadang rapat, kadang-kadang besar, kadang-kadang kecil. Gambar 2.28. Internal porosity [6] h. Blow hole. Pada X-Ray film tampak sebagai bulatan-bulatan gelap di tengahtengah alur las. Gambar 2.29. Blow hole [6]

II-19 i. Root concaving. Pada X-Ray film tampak sebagai garis tebal warna hitam yang terputus-putus. Letaknya tengah-tengah jalan las. Kesalahan ini sering disalahartikan dengan incomplete penetration tetapi sebenarnya justru kebalikan sebagai akibat penetrasi yang terlalu besar/ dalam. Gambar 2.30. Root concaving [6] j. Worm hole / piping (lubang cacing). Pada X-Ray film tampak sebagai lubanglubang yang memanjang (berekor) yang biasanya tampak berkelompokkelompok. Hal ini disebabkan oleh hal yang sama dengan porosity, tetapi berhubung kecepatan pengelasan tinggi, maka bentuk-bentuk gelembung gas yang bulat-bulat tertarik/ terulur memanjang sehingga mirip berudu katak yang bergerombol. Gambar 2.31. Worm hole [6] k. Fault of junction. Dalam X-Ray film tampak pada pertemuan antara dua alur las yang membentuk sudut 90 atau huruf T terdapat berbagai jenis kesalahan misalnya incomplete penetration, blow hole, porosity, slag inclusion dan lainlain. Kesalahan ini disebabkan oleh terburu-burunya tukang las dengan menyelesaikan pekerjaannya sehingga persiapan maupun penjelasannya kurang sempurna.

II-20 Gambar 2.32. Fault of junction [6] l. Kombinasi berbagai defect (kesalahan). Sering di dalam satu gambar X-Ray film terdapat beberapa jenis kesalahan sekaligus seperti slag inclusion dengan crack, porosity dengan undercut, piping dengan under dan lain-lain. Selanjutnya bagi para inspector las yang tidak sempat memeriksa las-lasan secara visual untuk mendeteksi surface defect/ kesalahan pada permukaan las dapat pula melihat hal tersebut pada X-Ray film, karena gejala surface defect tersebut akan terlihat jelas pada film, misalnya : undercut sebagai garis hitam terputus-putus pada kedua pinggir jalan las, retak kaki burung sebagai apa adanya di tengah-tengah jalan las dan sebagainya.