REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU

dokumen-dokumen yang mirip
Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Pembangunan Kehutanan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I - 1

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

Pokok-Pokok Pikiran DPRD Provinsi Jawa Tengah Untuk Pembangunan Jawa Tengah Tahun

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Rencana Strategis (RENSTRA)

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

INDONESIA NEW URBAN ACTION

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

Joint Working Group II

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Transkripsi:

Nov - Des 2010 Volume 11 REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU S peedboad Pak Rehan yang Kami pakai untuk menuju Pulau Derawan, perlahan menepi begitu sampai di bibir pantai Pulau Derawan. Walau telah melalui perjalanan yang cukup melelahkan mungkin, peserta tetap tampak bersemangat begitu menginjakkan kaki di jetty Derawan Beach Cottage yang menjadi tempat persinggahan di pulau Derawan yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya ini. Peserta yang mesti melakukan perjalanan naik bis selama 2 jam ke Pelabuhan Tanjung Batu dan kemudian dilanjutkan dengan 20 menit naik speedboat ini cukup lega begitu sampai di pulau tersebut. 20 orang peserta yang merupakan anggota Pokja REDD Berau selama 3 hari dari hari Selasa (14/12/2010) sampai hari Kamis (16/12/2010) akan berdiskusi dan membahas rancangan strategis program karbon hutan di berau. Inside Issue: Workshop Internasional Dan Pelatihan Teknis Pada Metode Estimasi Biomass Di Kawasan Tropis................................................ 2 Penjangkauan & Konsultasi Masyarakat tentang Isu Perubahan Iklim & PKHB 3 Saling Berbagi Informasi Program Kampanye Sesama Penggiat Konservasi di Berau............................................................ 4 Program Karbon Hutan di Berau yang diinisiasi tahun 2007 telah memasuki periode penting dalam tahap pemulaan ujicoba/demonstrasi. Terbentuknya Dewan Pengarah diawal 2009 telah memberikan energy yang besar bagi terselenggaranya kemitraan yang kuat diantara para pemangku kepentingan di tingkat nasional, provinsi KALTIM dan kabupaten Berau. Sementara Rancangan Rencana Strategis Program yang telah dirumuskan dalam sebuah forum multi pihak Kelompok Kerja Bersama selama 2008-2009 perlu segera diselesaikan sebelum memasuki tahun 2011 dimana proses implementasi dari phase Demonstrasi akan segera dimulai hingga 2015. Diskusi selama 3 hari ini diharapkan adanya pemahaman yang seragam bagi anggota POKJA tidak hanya terhadap dokumen Rencana Strategis yang telah diringkas dalam Ringkasan Eksekutif, (bersambung ke hal. 7) Menyusun Rencana Pembangunan Melalui Musrenbang RPJMD Kabupaten Berau 2011-2015................................................ 5 Bank Of America Merrill Lynch Mendukung The Nature Conservancy Dalam Proyek Hutan Inovatif Di Kalimantan................................. 6 Sosialisasi KPH Di Kabupaten Berau Dan Propinsi Kaltim................. 8

Volume 11 Hal. 2 WORKSHOP INTERNASIONAL DAN PELATIHAN TEKNIS PADA METODE ESTIMASI BIOMASS DI KAWASAN TROPIS S alah satu hal penting yang menjadi perhatian dalam upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan atau biasa disebut dengan Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation (REDD) adalah bagaimana metode pendugaan biomassa karbon yang tersimpan di dalam hutan. Dengan penggunaan metode pendugaan yang akurat tentunya akan meningkatkan validitas data yang digunakan dalam program REDD. Berbagai lembaga penelitian, lembaga konservasi dan kalangan perguruan tinggi telah banyak mengembangkan metode-metode pendugaan ini. Walaupun hingga sekarang belum ada standarisasi metode yang digunakan sehingga tidak membuat kajian dan penelitian di bidang ini terhenti. Yang dilakukan pun adalah sharing informasi terhadap berbagai metode yang dikembangkan. Salah satu sarana sharing informasi tersebut dilakukan melalui workshop internasional terkait dengan metode estimasi (pendugaan) biomassa di kawasan tropis. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama The Center for Climate Change Studies (C3S) Universitas Mulawarman dengan The Woods Hole Research Center (WHRC) yang dilaksanakan di Ruang Ruhuy Rahayu Kantor Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 8 Nopember 2010. Berbagai perwakilan negara-negara di kawasan Asia mengikuti kegiatan ini antara lain Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja, Papua New Guniea, Vietnam, USA dan tentunya Indonesia. Pada dasarnya kegiatan ini membuka rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda yaitu Pelatihan Program Pendugaan Biomass di kawasan tropis dengan menggunakan metode LIDAR-GLAS yang dilaksanakan mulai tanggal 9-12 Nopember 2010. Dalam sambutannya, Gubernur Kaltim banyak menjelaskan upaya dan komitmen Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur melalui Program Kaltim Hijau yang saat ini sedang dijalankan. Program ini memiliki visi bahwa Kalimantan Timur dapat menjadi provinsi hijau yang menerapkan pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi. Selain itu, program ini juga memiliki misi menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan kelestarian, menurunkan dampak lingkungan yang merusak, berperan aktif dalam menurunkan emisi karbon, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan. Untuk Kaltim juga telah menetapkan beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam penurunan emisi karbon untuk mendukung program pemerintah RI yang telah berkomitmen dalam penurunan emisi nasional. Strategi ini dikembangkan dengan penerapan pembangunan rendah karbon, pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik, intergasi berbagai isu perubahan iklim dalam program-program pemerintah. Tak lupa, Gubernur juga mengajak seluruh peserta untuk dapat menikmati keindahan alam dan budaya yang dimiliki Kalimantan Timur. Workshop internasional ini dibuka secara resmi oleh ibu Dr. Nur Masripatin dari Kementerian Kehutanan mewakili Menteri Kehutanan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apreasiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini terutama kepada C3S dan WHRC. Tentunya kegiatan ini dapat menjadi bagian dalam upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan komitmennya yang akan menurunkan emisi sebesar 26% dengan pendanaan sendiri dan akan ditingkatkan hingga 41% sejalan dengan bantuan dari pihak lain. Disampaikan pula bahwa upaya penurunan emisi memerlukan metode yang akurat untuk melihat hal tersebut dan ini seharusnya dapat menjadi kerjasama yang baik dengan semua negara yang terlibat. PRESENTASI dan DISKUSI Melalui kegiatan ini banyak dipaparkan persiapan implementasi REDD+ di Indonesia yang disampaikan langsung oleh ibu Nur Masripatin mulai dari komitmen resmi Indonesia, upaya yang dilakukan dalam fase persiapan termasuk kerja sama yang dibangun dengan beberapa negara. Dilanjutkan dengan pembangunan sistem pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) dengan beberapa tingkat akurasi yang disampaikan oleh Syaiful Rahman dari Kemenhut RI. Program Karbon Hutan Berau juga menjadi salah satu materi yang disampaikan oleh Alfan Subekti sebagai pembelajaran persiapan program REDD+ yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah termasuk didalamnya bagaimana membangun sistem MRV di tingkat kabupaten. Sesi berikutnya disampaikan pula hasil dari penelitian yang dilakukan seperti penelitian tingkat penyerapan karbon pada beberapa jenis tumbuhan di Kalimantan Timur dan metodologi pendugaan karbon yang disampaikan oleh Dr Syahrinuddin dan Dr Fajar Pambudhi. Alessandro Baccini Wayne Walker juga menyampaikan pengembangan metode pendugaan biomass dengan menggunakan LIDAR-GLAS yang dikembangkan oleh WHRC dan diterapkan pada kawasan tropis. Hamdan Omar, salah satu peserta dari Malaysia menyampaikan penelitian yang (bersambung ke hal. 7)

Volume 11 Hal. 3 PENJANGKAUAN DAN KONSULTASI MASYARAKAT TENTANG ISU PERUBAHAN IKLIM DAN PROGRAM KARBON HUTAN BERAU I su-isu perubahan iklim saat ini telah menjadi isu yang hangat bagi dunia. Berbagai informasi tentang hal tersebut bisa diperoleh darimana saja, mulai dari media elektronik, cetak, dunia maya hingga diskusi warung kopi. Namun pertanyaannya, apakah informasi tentang hal ini juga bisa diperoleh masyarakat di sekitar hutan yang nota bene akan sangat berkaitan erat dengan isu hangat tersebut? Kenapa mesti terkait dengan hutan dan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan?. Hutan dan perubahan iklim tentunya akan sangat berkaitan erat, begitu pula dengan kaitan hutan dengan masyarakat yang hidup di dalam maupun di sekitar hutan. Apa dan bagaimana kaitannya, bagaimana perubahan iklim terjadi dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat yang nun jauh ada di tepi sungai Kelay?. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang coba dibahas dan didiskusikan bersama dengan masyarakat di kampung Long Duhung dan Long Boi pada 6-8 Desember 2010 lalu. Sekretariat POKJA REDD Kabupaten Berau bekerjasama dengan tim Community Development TNC berinisiatif untuk menyebarluaskan berbagai informasi terkait dengan isu perubahan iklim, hutan dan fungsinya, upaya mengatasi dampak perubahan iklim melalui kegiatan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta peran apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mengatasi dampak tersebut. Selain itu juga digali harapan dan masukan dari masyarakat terkait dengan pola-pola pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan ini maka dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu-isu perubahan iklim dan dampaknya terutama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sekitar hutan; memberikan pandangan posisi dan peran masyarakat dalam upaya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan; serta untuk mendapatkan masukan terhadap polapola pemanfaatan lahan masyarakat yang dapat berdampak pada upaya pengurangan emisi melalui deforestasi dan degradasi hutan. Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan sebagai rangkaian menyebarluaskan komitmen Berau sebagai salah satu daerah yang ditunjuk sebagai daerah ujicoba persiapan Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation (REDD) di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan upaya Pemerintah RI sebagaimana disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang telah berkomitmen menurunkan emisi-nya sebanyak 26% dengan pendanaan mandiri dan akan meningkat hingga 41% dengan bantuan pendanaan pihak lain. Berau yang mengembangkan Program Karbon Hutan Berau telah melakukan berbagai upaya persiapan diantaranya melakukan berbagai kajian yang salah satunya tentang keterlibatan masyarakat. Untuk itulah dengan dilaksanakan kegiatan ini juga dapat memberikan gambaran secara lebih jelas berbagai strategi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan serta pelibatan masyarakat dalam Program Karbon Hutan Berau. (*iw)

Volume 11 Hal. 4 SALING BERBAGI INFORMASI PROGRAM KAMPANYE SESAMA PENGGIAT KONSERVASI DI BERAU. C afé Kampus Singkuang yang biasanya ramai dengan pengunjung yang ingin rehat ataupun menjadi tempat berkumpulnya muda-mudi, hari ini (30/11/2010) berubah menjadi ajang lokalatih bersama. Lokalatih ini yang dihadiri oleh 30an orang penggiat-penggiat konservasi yang ada di Berau. LSM Bestari, Menapak, Radio BBS, English Learning Community, Mahasiswa MAPALA (STIEM, STIT, dan STIPER), Kelompok Teater Bumi, Yayasan Penyu Berau, Kelompok Blom Melhing, Nemdoh Nemkay, Jaringan Masyarakat Nelayan Berau, TNC Terrestrial Berau, dan Sekretariat Pokja REDD Berau terlihat serius dan semangat berbagi pengalaman di hari pertama kegiatan ini. Pelatihan konservasi yang digagas oleh TNC Berau ini dilaksanakan selama 4 hari dengan tema Lokalatih Pendidikan Konservasi di Kabupaten Berau. Harus diakui bahwa keanekaragaman hayati sedang terancam kelestariannya, sehingga diperlukan upayaupaya yang sangat mendasar menyentuh jiwa setiap masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan, salah satunya melalui pendidikan konservasi untuk penggiat lapangan. Di hari pertama kegiatan lokalatih pendidikan konservasi ini diisi dengan saling berbagi pengalaman di lembaga masing-masing bagaimana kampanye konservasi dan aktifitas yang berkaitan dengan penyebaran informasi, kampanye konservasi dan perlindungan lingkungan hidup yang pernah dilakukan. Di hari kedua dan selanjutnya lokalatih ini diisi dengan materi pendukung untuk mengoptimalkan produk dan kegiatan kampanye yang dilakukan seperti bagaimana memasarkan pesan dan mengubah sikap, merancang goal dan objektif yang diinginkan, bagaimana merancang slogan, pesan kunci, serta bagaimana membuat rencana kerja yang efektif untuk keberhasilan kampanye konservasi yang diinginkan. Singgih, salah satu peserta dari Mapala STIT Tanjung Redeb, mengungkapkan kesannya bahwa kegiatan ini perlu terus dilanjutkan untuk waktu mendatang. Disamping bisa mendapat teman dan informasi baru, ada hal yang paling penting yaitu pengalaman dari semua peserta yang dapat memacu untuk mengembangkan potensi kita mengenai konservasi baik dalam persiapan yang dilakukan serta tujuan yang ingin dicapai. Lokalatih Pendidikan Konservasi ini diharapkan dapat saling memperlengkapi dan meningkatkan kapasitas penggiat kampanye di Kabupaten Berau agar secara kolektif dapat membangun kemampuan dan keahlian dalam merancang dan mengimplementasikan program kampanye yang efektif dan efisien satu sama lain pada masing-masing lembaga. Lokalatih ini selain digagas sebagai salah satu cara untuk menularkan pengetahuan juga diharapkan sebagai wadah untuk meningkatkan rasa kepemilikan program-program seluruh mitra konservasi Berau sebagai tujuan besar bersama. Lokalatih dirancang partisipatif dimana antara peserta, nara sumber dan fasilitator saling berbagi pengalaman dan teknik dalam melakukan pendidikan konservasi di Kabupaten Berau. (*mf)

Volume 11 Hal. 5 MENYUSUN RENCANA PEMBANGUNAN MELALUI MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN BERAU 2011-2015 U ntuk melengkapi konsep, materi dan program pada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Berau, pemerintah Kabupaten Berau melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melaksanakan kegiatan Musrenbang draft RPJMD Kabupaten Berau Tahun 2011 2015 dan sekaligus menjaring aspirasi masyarakat secara luas. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari pada tanggal 27 28 Desember 2010 dan diikuti oleh Kepala Dinas beserta staf dari masing-masing SKPD yang ada di lingkup Pemerintah Kabupaten Berau juga diikuti oleh perwakilan perusahaan, perguruan tinggi dan berbagai elemen masyarakat seperti MUI, Dewan Pendidikan, dan LSM termasuk di dalamnya Pokja REDD Berau. Musyawarah RPJM Daerah Kabupaten Berau ini perlu dilakukan bersama sama untuk dapat menyikapi perkembangan yang terjadi di tengah tengah masyarakat saat ini serta perkiraan perkembangan jauh kedepan apa yang akan kita lakukan. Dalam RPJM dirumuskan visi, misi dan arah kebijakan jangka panjang Kabupaten Berau melalui prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang mengacu pada tugas pokok dan tanggung jawab daerah, dibarengi dengan usaha yang semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta mengakomodir masukan dari berbagai aspirasi masyarakat. Harapannya kebijakan yang disusun ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi dokumen sebagai acuan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Berau hingga tahun 2015. Dalam pemaparan visi dan misi pembangunan Kabupaten Berau yang disampaikan langsung oleh Bupati Berau Bapak Drs. H. Makmur HAPK yang telah terpilih untuk kali kedua pada Pemilukada tahun 2010 yang lalu. Dijelaskan bahwa visi kabupaten Berau adalah Mewujudkan Kabupaten Berau sebagai daerah unggulan di bidang Agribisnis dan Tujuan Wisata, serta Energi Terkemuka menuju Masyarakat Sejahtera. Untuk mencapai visi tersebut telah disusun pula tujuh misi utama yang diemban antara lain mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, terampil dan berahlak mulia; membangun, mengembangkan dan meningkatkan kawasan sentra produksi pertanian dalam arti luas dalam menunjang ekowisata dan agribisnis; mewujudkan pemenuhan infrastruktur dasar; mewujudkan perbaikan subsidi, perlindungan sosial dan pengentasan masyarakat miskin; mewujudkan pemberdayaan dan kemandirian kelembagaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif; mewujudkan struktur ekonomi yang berdaya saing dan pro kerakyatan dengan konsep pembangunan berkelanjutan serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Pemaparan tentang strategi dan arah kebijakan untuk melaksanakan visi misi tersebut disampaikan secara lugas oleh Bapak Drs. Syamsul Abidin selaku Ketua Bappeda. Secara umum, strategi yang digunakan adalah strategi peningkatan kapasitas, strategi perluasan kesempatan dan strategi penataan kemitraan. Terkait dengan arah kebijakan telah disusun dalam draft RPJMD pada berbagai sektor mulai dari pendidikan, kesehatan, pengelolaan sumber daya alam, pemberdayaan masyarakat dan lain sebagainya. Sebagai pengaya diskusi dihadirkan pula narasumber dari Bappenas, Agus Mansyur, SE. MA., dari Departemen Dalam Negeri Dr. Herie Saksono, dari Bappeda Propinsi Dr. Rusmadi, dari Universitas Indonesia Dr. Uka Wikarya dan dari Unmul Ibu Sopialena, Ph.D. dan Dr. H.Zainal Ilmi. Nara sumber ini hadir untuk memberikan masukan dan sekaligus koreksi terhadap draft RPJMD Berau. Untuk mempertajam dan menurunkan arah kebijakan yang ada diskusi dilanjutkan dengan diskusi kelompok berdasarkan 4 bidang (tema) penting yaitu kelompok bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang fisik dan bidang pemerintahan. Diskusi kelompok ini dilaksanakan pada hari kedua.. Pada kesempatan ini, Pokja REDD bersama dengan TNC juga memberikan masukan terhadap draft RPJMD ini. Dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Berau perlu juga memperhatikan upaya dan komitmen pemerintah Republik Indonesia terkait dengan isu perubahan iklim dimana Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisinya sebesar 26% pada tahun 2020. Selain itu juga adanya komitmen Pemerintah Propinsi Kaltim dengan program Kaltim Hjaunya. Oleh karenanya (bersambung ke hal. 7)

Volume 11 Hal. 6 BANK OF AMERICA MERRILL LYNCH MENDUKUNG THE NATURE CONSERVANCY DALAM PROYEK HUTAN INOVATIF DI KALIMANTAN Upaya di Indonesia Bagian dari Hibah $2 Juta dari Yayasan Amal Bank of America Guna Mengatasi Perubahan Iklim Global melalui Pelestarian Hutan. Yayasan Amal Bank of America mendukung kemitraan The Nature Conservancy dengan Pemerintah Kabupaten Berau dan masyarakat lokal dalam melakukan pelestarian hutan yang secara langsung dapat menurunkan emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim di Kabupaten Berau, dan dalam saat bersamaan melindungi keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Bank of America akan menyediakan dana sebesar 300.000 dolar AS untuk mendukung program karbon hutan di Berau, Kalimantan Timur. Pendanaan di Indonesia ini adalah bagian dari hibah sejumlah total 2 juta dolar AS untuk mendukung upaya pelestarian hutan inovatif di Cina dan Brasil, yang didasarkan atas hubungan kerjasama antara Bank of America Merril Lynch dan The Nature Conservancy yang telah berlangsung selama 20 tahun. Perusakan hutan menghasilkan sekitar 15 persen dari emisi gas rumah kaca sedunia lebih banyak dari total emisi semua pesawat terbang, kereta api, dan kendaraan bermotor. Saat ini, banyak negara tidak memiliki cukup insentif ekonomi untuk melestarikan hutan. Mengatasi perubahan iklim memerlukan pengembangan insentif finansial untuk melindungi hutan yang masih ada dan menemukan ragam kegiatan pembangunan lestari yang dapat mengurangi emisi karbon. Dukungan dari Bank of America Merrill Lynch untuk memajukan pelestarian hutan dan membantu membuka pelbagai peluang pengembangan ekonomi yang lestari dan selaras dengan alam merupakan bagian dari prakarsa bisnis perusahaan senilai 20 milyar dolar selama 10 tahun yang terkait dengan lingkungan untuk mengatasi perubahan iklim melalui pinjaman, investasi, produk dan jasa, filantropi dan operasi lainnya. Ini merupakan proyek terobosan yang dapat membantu upaya perlindungan hutan dan pengurangan emisi, ujar Brian J. Brille, Presiden Bank of America Merrill Lynch se-asia Pasifik. Indonesia menunjukkan kepemimpinan penting dalam hal konservasi dan kami bangga bermitra dengan The Nature Conservancy dalam menjalankan sebuah proyek yang tidak hanya dapat mengatasi perubahan iklim, namun juga membantu masyarakat lokal guna meningkatkan kualitas hidup mereka. Kabupaten Berau yang meliputi sekitar 2,2 juta hektar lahan, di mana 75 persen darinya merupakan hutan sedang berusaha untuk menjadi kabupaten pertama di bawah program nasional yang menerapkan strategi baru pelestarian hutan dan secara terukur mengurangi jumlah karbon yang dikeluarkan ke atmosfir. Berau adalah satu dari empat proyek demonstrasi REDD (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) yang dipilih oleh Pemerintah Indonesia. Ini adalah proyek demonstrasi pertama di Indonesia yang beroperasi dalam skala yang mencakup keseluruhan kabupaten. ujar Dicky Simorangkir, Direktur Program Kehutanan TNC Indonesia. Proyek berskala kabupaten akan benar-benar membantu mendemonstrasikan bagaimana sebuah sistem dapat bekerja dalam skala nasional. Dengan insentif finansial yang tepat, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari melindungi hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya yang sama besarnya dengan keuntungan dari merusak mereka. Dengan bekerja sama menggandeng mitra seperti The Nature Conservancy, masyarakat setempat termasuk masyarakat adat pribumi, instansi pemerintah, dan dengan dukungan dari pelaku bisnis global seperti Bank of America Merrill Lynch, Kabupaten Berau tengah mengembangkan rencana untuk menggabungkan konservasi di lapangan, pelibatan masyarakat, insentif finansial, pengawasan ilmiah, dan aktivitas ekonomi lestari untuk: Melindungi dan memperbaiki pengelolaan kurang lebih 800 ribu hektar hutan; Mengurangi emisi karbon setidaknya sebesar 10 juta ton selama lima tahun ke depan; Melindungi salah satu populasi orangutan terbesar di dunia; Menstimulasi ekonomi daerah dan nasional; dan Menjamin kesehatan jangka panjang sumber air dan makanan yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk dapat bertahan hidup. Dengan memperbaiki berbagai praktik pengelolaan hutan dan pelestarian hutan guna mengurangi emisi karbon dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, Berau bisa menjadi contoh bagaimana negara berkembang dapat berpartisipasi di pasar kredit karbon global untuk meraup keuntungan dari melindungi hutan mereka, ketimbang alihalih merusaknya. Meningkatkan ekonomi Indonesia dan memenuhi tujuan pembangunan, sementara secara bersamaan menangani ancaman perubahan iklim membutuhkan jenis perencanaan ekonomi dan pengambilan keputusan baru. Mencapai tujuan tersebut tidak akan mudah. Namun pencapaian tujuan ini dapat dan harus dipenuhi, kata Agus Purnomo, Asisten Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Perubahan Iklim. Sukses akan membutuhkan upaya bersama dan kontribusi pemerintah, masyarakat sipil, bisnis dan komunitas lokal di semua tingkatan. Kemitraan Publik-Swasta untuk Konservasi, oleh karena itu, adalah cara inovatif untuk melindungi hutan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia, tambah Agus yang juga mengepalai Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim.(***) Sumber: Siaran Pers The Nature Conservancy Indonesia, 3 Desember 2010.

Volume 11 Hal. 7 Sambungan dilakukan oleh RIM (sebuah lembaga riset Malaysia) dalam pengukuran biomass dan monitoring karbon di kawasan hutan Malaysia. Kajian tentang Strategi Pembangunan Rendah Karbon di Kalimantan Timur juga disampaikan oleh McKinsey yang merupakan mitra kerja Pemerintah Propinsi Kaltim untuk menyusun upaya yang dapat dilakukan oleh Kaltim dalam mendorong pembangunan rendah karbon sebagai cikal bakal program Kaltim Hijau. Beberapa negara yang mengikuti kegiatan ini juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan upaya yang dilakukan dalam pengembangan REDD di negaranya masing-masing. Hingga saat ini, negara di Asia yang sedang mengembangkan program REDD antara lain Lao PDR, Vietnam, Papua New Guinea, Malaysia dan Thailand. PELATIHAN TEKNIS Estimasi Biomass dari Hal.2 Pelatihan teknis merupakan upaya yang dilakukan oleh WHRC untuk menyebarluaskan metode yang dikembangkan dengan LIDAR-GLAS dalam pendugaan dan monitoring biomass di kawasan tropis. Kegiatan ini dilaksanakan di kampung Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman selama empat hari. Selain pemberian materi di dalam ruangan, peserta pelatihan juga diajak untuk mempraktekkan metode ini dengan melakukan pengambilan data lapangan. Praktek lapangan ini dilakukan di kawasan Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Dalam praktek lapangan ini disimulasikan pengambilan data berupa diameter dan tinggi pohon yang masuk ke dalam plot penelitian. Plot ini ditentukan berdasarkan data GLAS yang sudah ditentukan. Materi yang disampaikan lebih banyak berbasis GIS (geographic information system) dimana memang pada dasarnya LIDAR-GLAS juga berbasis GIS. Peserta diberikan dasar-dasar pengolahan data lapangan untuk menentukan dan pendugaan biomass dengan menggunakan beberapa software yang telah ada dan dikembangkan oleh WHRC. Diharapkan dengan pelatihan ini dapat menambah referensi peserta dalam penerapan dan pengolahan data sehingga dapat pula meningkatkan akurasi data yang dihasilkan sebagai salah dasar dalam implementasi program REDD. (*iw) RPJMD Berau dari Hal.5 perlu juga adanya upaya untuk mengadopsi semangat dan respon terhadap isu global terutama berkaitan dengan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk dijabarkan secara jelas dalam arah kebijakan pembangnan Kabupaten Berau. Hal lain yang mendorong upaya ini adalah dengan ditunjuknya Kabupaten Berau sebagai salah satu kabupaten yang menjadi lokasi Demostration Activities (DA) REDD+ atau pengurangan emisi melalui deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia. Bagi Kabupaten Berau hal ini dapat dilihat sebagai peluang dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola sumber daya alamnya dengan good governance yang lebih baik. Bersama dengan para pihak yang memiliki komitmen tinggi dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam, Pemerintah Kabupaten Berau mengembangkan Program Karbon Hutan Berau (biasa juga disebut dengan Berau Forest Carbon Program). Program ini disiapkan untuk melaksanakan pembangunan yang rendah karbon melalui pengelolaan hutan lestari yang pada gilirannya akan mendukung pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) dimana Kabupaten Berau akan melakukan transformasi pengelolaan serta pengaturan sumber daya alam termasuk didalamnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kapasitas kelembagaan serta mekanisme koordinasi. Diharapkan dengan masukan di atas kemudian dapat diwujudkan dan dintergrasikan ke dalam program dan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing SKPD di Kabupaten Berau ini.(*mf) Refleksi PKHB dari Hal.1 tetapi juga mendiskusikan pola-pola komunikasi & koordinasi dengan program-program lain yang akan diejawantahkan di Berau pada 2011. Diskusi di hari pertama dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Berau Ir. Darwis Syukur, MP. Beliau ini yang sekaligus Ketua 1 Pokja REDD Berau menyampaikan kepada semua peserta yang hadir untuk dapat memberikan masukan dan kritis terhadap penyempurnaan dokumen Rencana Strategis PKHB. Dari 20 peserta ini masing-masing terdiri dari perwakilan SKPD terkait di Kabupaten Berau seperti Dinas Kehutanan, Bappeda Berau, BLH Berau, Dinas Tata Ruang dan Perumahan, BKSDA Wilayah I Berau, LSM Bestari, perwakilan perusahaan HPH; PT Sumalindo LJ IV, PT Amindo Wana Persada, dan PT Aditya, TNC, dan secretariat Pokja REDD Berau. Dari kegiatan ini diperoleh beberapa kesepakatan yang meliputi penyempurnaan dan diskusi lebih lanjut di tapak terhadap dokumen rencana strategis PKHB, konsep pembangunan rendah emisi dalam rencana pembangunan daerah dengan langkah awal untuk dapat memasukkan dalam point-point RPJMD Berau, dan pengembangan kelembagaan PKHB berikut tugas dan fungsinya. (*mf)

Volume 11 Hal. 8 SOSIALISASI KPH DI KABUPATEN BERAU DAN PROVINSI KALTIM T antangan dan tekanan terhadap sumber daya hutan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia akan kebutuhan lahan dalam berbagai kegiatan. Hingga tahun 2007, total luas deforestasi yang direncanakan mencapai 4.609.551 ha (Dirplan, 2008) dan hingga akhir 2009, hampir separuh kawasan hutan di Indonesia atau sekitar 46,5% setara dengan 55,93 juta hektare tidak dikelola dengan intensif (DKN, 2009). Belum lagi ditambah dengan degradasi hutan yang juga semakin meningkat dimana terdapat + 54% saja dari 324 unit IUPHHK Hutan Alam (luas 28.271.043 ha) yang melakukan dan menerapkan kaidahkaidah kelestarian dalam pelaksanaan kegiatan usahanya. Selain itu masih ditambah dengan banyak konflik di kawasan hutan berupa tumpang tindih dan saling klaim antar masyarakat, perusahaan. Intensitas dan kapasitas pemerintah dalam mengelola kawasan konservasi dan hutan lindung juga masih sangat rendah. Dan masih banyak lagi tantangan dan tekanan yang dihadapi. Dibutuhkan upaya konkrit dari semua pihak bila ingin sumber daya hutan yang dimiliki Indonesia dapat terjamin kelestariannya. Bagi Kabupaten Berau, pembangunan KPH merupakan salah satu strategi Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan upaya pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak yang amanatkan dalam UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dikelola secara efisien dan lestari. Oleh karenanya berdasarkan fungsinya KPH dapat terbagi menjadi KPH Konservasi, KPH Lindung dan KPH Produksi. Dalam menjalankan upaya pengelolaan maka setiap KPH akan memiliki organisasi KPH yang bertugas melaksanakan pengelolaan hutan yang mencakup tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan dan konservasi alam. yang dikembangkan untuk menerapkan tata kelola sumber daya hutan yang lebih baik dan lestari. Propinsi Kalimantan Timur telah mengajukan rancang bangun KPH yang terdiri dari 33 unit KPH kepada Menteri Kehutanan RI dimana salah satunya adalah KPH Model yang akan dibentuk di Kabupaten Berau sebagai KPH produksi. Sedangkan KPH Lindung Model telah ditetapkan oleh Menhut adalah KPHL Model Tarakan pada tahun 2009. Informasi ini disampaikan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim pada kegiatan Sosialisasi Pembangunan KPH di Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur yang dilaksanakan pada tanggal 23 Des 2010 di ruang Sangalaki Setda Berau dan tanggal 29 Des 2010 di Hotel Jamrud Samarinda. Sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain dari Dirjen Bina Rencana Pemanfaatan Kawasan dan Usaha Kawasan, Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim, BP2HP wilayah XIII Samarinda dan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Bagi Kabupaten Berau, pembangunan KPH merupakan salah satu strategi yang dikembangkan untuk menerapkan tata kelola sumber daya hutan yang lebih baik dan lestari. Oleh karenanya, Kabupaten Berau melalui Dinas Kehutanan Berau telah mengajukan pembangunan 4 unit KPH Produksi yaitu KPH Berau Barat, KPH Berau Utara, KPH Berau Tengah dan KPH Berau Pesisir. Salah satu KPH tersebut kemudian diusulkan menjadi KPH Model yaitu KPHP Berau Berau yang berada di Kecamatan Segah, Kelay, Sambaliung dan Teluk Bayur seluas + 775.521,37 ha. Dalam kegiatan sosialisasi ini juga disampaikan tantangan pembangunan KPH dimana ternyata tidak seluruh pemerintah daerah memberi dukungan dalam pembentukan organisasi KPH dengan alasan utama perlunya anggaran untuk menghidupkan organisasi KPH tersebut. Masih terbatasnya pengertian dan pemahaman terhadap fungsi dan manfaat KPH bagi pembangunan kehutanan. Hal ini didasari adanya kenyataan bahwa penetapan kewenangan pemerintah maupun pembentukan organisasi daerah tidak dipertimbangkan pentingnya pengelolaan wilayah atau organisasi berbasis teritorial, kerangka kerja pemerintah hanya didasarkan pada pemanfaatan komoditas dari sumberdaya alam. Selain itu tantangan lain adalah masih terbatasnya sumber daya manusia yang memahami dan mempunyai kapabilitas untuk menjalankan organisasi KPH. Diharapkan dengan terbentuknya KPH akan menjamin penyelenggaraan pengelolaan hutan akan tepat lokasi, tepat sasaran, tepat kegiatan dan tepat pendanaan; menjadi salah satu bagian dalam menjalankan fungsi MRV dalam proses mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta menjembatani optimalisasi pemanfaatan potensi pendanaan perubahan iklim sektor kehutanan untuk kepentingan pembangunan masyarakat.(*iw) Redaksi Updates Media & Komunikasi Sekretariat Pokja REDD Berau fajri Iwied Adji Emi Iwied Wahyulianto Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau Telp/Fax. 0554-21232 Email: iwe13009@gmail.com Hamzah As-Saied Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb Email: hazbrou@gmail.com Photo-Photo: Adjie R (hal 1, 4, ), Fajri (hal5), Iwied (hal 3) Updates Versi Online dapat Anda Akses melalui Web: www.karbonhutanberau.org Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak : Ir. Suparno Kasim Ketua Umum Pokja REDD Berau Email: suparno@karbonhutanberau.org Fakhrizal Nashr Berau Program Leader The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 07/RW 07 Berau 77311 Tel. +62-554 23388; Hp.: +62-812-5408141 Email : fnashr@tnc.org Alfan Subekti REDD Field Manager The Nature Conservancy Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112, Telp.: +62-542-442896 Email : asubekti@tnc.org