Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan"

Transkripsi

1 Dapat disiarkan segera Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan Pemerintahan baru wajib memperhatikan kesejahteraan masyarakat di desa di dalam dan sekitar hutan Jakarta, 16 April Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat telah menghasilkan berbagai kebijakan dan program nasional yang mendukung peningkatan akses dan hak kelola masyarakat atas sumber daya hutan. Berbagai bentuk pengelolaan sumber daya hutan tersebut mencakup kawasan hutan negara dan hutan hak. Instrument penguasaan dan pengelolaan hutan negara telah digulirkan seperti Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di lahan Perum Perhutani, Hutan Kemasyarakatan (HKM), Hutan Desa (HD) dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Sementara itu, perkembangan pesat Hutan Rakyat (HR) yang termasuk hutan hak, dan Hutan Adat juga mengundang perhatian khusus bagi pengambil kebijakan dan pegiat di lapangan. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat ditujukan untuk memberantas kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pengelola hutan. Agar tujuan ini tercapai, diperlukan keterlibatan berbagai pihak termasuk di luar sektor kehutanan untuk dapat melakukan pengembangan kelembagaan usaha, peningkatan kualitas produk dan pemasaran hasil hutan. Pada November 2013, telah diadakan Forum Regional tentang Hutan dan Masyarakat di Bangkok, Thailand. Pada forum regional ini dihasilkan Joint Community Forestry Commitment yang merupakan rekomendasi dan rencana aksi masing-masing negara peserta dalam pengembangan hutan berbasis masyarakat. Sebagai kelanjutan dari regional, serangkaian forum nasional akan diselenggarkan di 6 negara di kawasan Asia antara lain : Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Untuk menindaklanjuti komitmen tersebut The Center for People and Forests (RECOFTC) bersama Kementerian Kehutanan, Kemitraan, Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) mengadakan Forum Nasional untuk Hutan dan Masyarakat: Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat, Status Kini dan Masa Depan. Acara ini ditujukan untuk memperluas keterlibatan dan kepemilikan dari pemangku kepentingan di tingkat nasional dalam menyusun prioritas Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dan mengimplementasikan rencana aksi tersebut. Lebih dari 60 orang dari perwakilan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, organisasi masyarakat, akademisi, kelompok usaha dan organisasi internasional dari negeri ini telah berkumpul di Jakarta menyelenggarakan Forum Nasional Untuk Masyarakat dan Hutan yang pertama. Forum ini bertujuan untuk menguatkan Perhutanan Sosial di Indonesia dengan mengembangkan lebih lanjut Rencana Aksi Bersama Perhutanan Sosial. Rencana aksi ini memprioritaskan peningkatan wilayah kelola; menguatkan kontrol masyarakat dan memastikan perbaikan tata kelola yang lebih baik dari lembaga

2 pemerintah di tingkat pusat, daerah hingga masyarakat. Untuk itu pendampingan dan kerjasama antar kementerian dan berbagai pihak perlu mendukung upaya ini. Hadir di acara tersebut sebagai narasumber James Bampton, RECOFTC Regional - Program Coordinator; Y. Arihadi, RECOFTC Indonesia Country Program Coordinator; Hasbi Berliani, Program Coordinator, Kemitraan; dan Andri Santosa, Sekretaris Eksekutif, FKKM (Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat). James Bampton, Program Coordinator RECOFTC Regional mengatakan, Saat ini kurang dari 2% kawasan hutan Indonesia dikelola oleh masyarakat. RECOFTC mendorong dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah dan mitra lainnya agar Perhutanan Sosial lebih efektif dalam pengentasan kemiskinan. Wilayah kelola perhutanan sosial perlu diperluas dan fokusnya perlu dialihkan dari pemenuhan kebutuhan subsisten ke arah komersialisasi produk hutan bagi masyarakat setempat. Laporan RECOFTC yang baru, 'Community forestry in Asia and the Pacific: Pathway to inclusive development, menjelaskan, bahwa berdasarkan pengalaman di beberapa Negara di wilayah Asia Pasifik, Perhutanan Sosial dapat memberi kontribusi bagi penghidupan dan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kwalitas hutan dan proses demokrasi yang lebih baik, kata dia. Hasbi Berliani Program Coordinator Kemitraan mengatakan, Dalam Pekan Raya Pehutanan Sosial Maret lalu di Lampung, Menteri Kehutanan menyampaikan rasio alokasi lahan bagi konsesi besar-masyarakat adalah 97%: 3%. Data ini dengan jelas menunjukkan ketimpangan yang sangat besar. Sampai akhir 2013, Pengelolaan Hutan Berbasis Masyaraakat melalui Hutan kemasyaraatan dan Hutan Desa hanya mencapai 15 persen dari target yang ditetapkan. Bottleneck utama pada dasarnya bukan pada aspek teknis, tetapi pada kebijakan dan implementasinya. Jika Pemerintah memang serius dan berkomitmen untuk memberikan akses bagi masyarakat yang lebih adil maka diperlukan 3 upaya strategis: 1).Menyederhanakan proses birokrasi penetapan areal dan perijinan, 2) Peningkatan koordinasi/kerjasama kemenhut pemerintah daerah, dan 3)menyediakan anggaran yang memadai. Andri Santosa, Sekretaris Eksekutif, FKKM (Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat) mengatakan, Persoalan kemiskinan masyarakat di sekitar hutan bisa didekati dengan kehutanan masyarakat. Akses masyarakat terhadap hutan, selayaknya disetarakan dengan pihak pihak lain, baik pemerintah maupun swasta, karenanya alokasi 30% kawasan hutan untuk masyarakat/rakyat. Walau demikian dukungan para pihak, baik pemerintah masyarakat sipil dan swasta penting diberikan dan diraih agar hutan lestari, masyarakat sejahtera. Pemerintahan baru, presiden baru, parlemen baru, wajib memperhatikan hal ini agar sumber daya alam, dalam hal ini hutan benar benar untuk kesejahteraan masyarakat di desa di dalam dan sekitar hutan. Ir. Wiratno, MS. Direktur PPS Kementerian Kehutanan RI mengatakan, Perhutanan Sosial dapat menjadi pemecahan masalah yang efektif bagi konflik agraria, sarana pengentasan kemiskinan, pengurangan deforestasi dan penguatan tata kelola kehutanan dengan memasukkan kebutuhan, pengetahuan dan praktek local.

3 Myrna Safitri, Epistema Institute mengatakan, Anggota DPR terpilih, presiden dan kabinet yang akan terbentuk perlu secara sungguh-sungguh mengalokasikan paling tidak 30% kawasan hutan negara untuk masyarakat. Kebijakan reforma agraria di bidang kehutanan perlu diperkuat dengan sejumlah anggaran yang harus dialokasikan. Forum untuk Masyarakat dan Hutan yang pertama ini adalah upaya kolaboratif antara Kementerian Kehutanan, Perhutani, RECOFTC The Center for People and Forests, Kemitraan dan FKKM. Untuk informasi lebih lanjut silahkan menyimak website: Forum-for- People-and-Forests.php Untuk Informasi lebih lanjut: Y. Arihadi, RECOFTC Country Program Coordinator Hasbi Berliani, Program Coordinator, Kemitraan Andri Santosa, Sekretaris Eksekutif, FKKM (Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat)

LAPORAN PENYELENGGARAAN FORUM NASIONAL UNTUK HUTAN DAN MASYARAKAT PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT STATUS KINI DAN MASA DEPAN

LAPORAN PENYELENGGARAAN FORUM NASIONAL UNTUK HUTAN DAN MASYARAKAT PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT STATUS KINI DAN MASA DEPAN LAPORAN PENYELENGGARAAN FORUM NASIONAL UNTUK HUTAN DAN MASYARAKAT PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT STATUS KINI DAN MASA DEPAN Jakarta, 15 16 April 2014 FORUM NASIONAL UNTUK HUTAN DAN MASYARAKAT PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN

PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN REVISI MATRIKS KOMENTAR DAN TANGGAPAN TENTANG RENCANA INVESTASI KEHUTANAN INDONESIA 11 Februari 2013 Isi 1 PENDAHULUAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 2 KOMENTAR

Lebih terperinci

Climate Change PILIHAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Climate Change PILIHAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Climate Change PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Diterbitkan oleh: Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Forests and Climate Change Programme

Lebih terperinci

Mendayai Masa Depan. Studi Kasus. Rencana Indonesia untuk Kekayaan Minyaknya yang Baru. Ringkasan. Oleh Bramantyo Prijosusilo.

Mendayai Masa Depan. Studi Kasus. Rencana Indonesia untuk Kekayaan Minyaknya yang Baru. Ringkasan. Oleh Bramantyo Prijosusilo. Mendayai Masa Depan Rencana Indonesia untuk Kekayaan Minyaknya yang Baru Oleh Bramantyo Prijosusilo Februari 2012 Ringkasan Setelah terjadi ledakan besar desentralisasi Indonesia pada tahun 2001, pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Inisiatif Tata Kelola Kehutanan Indonesia. Proses dan Hasil Penelitian Kondisi Tata Kelola Kehutanan Indonesia.

Ringkasan Eksekutif. Inisiatif Tata Kelola Kehutanan Indonesia. Proses dan Hasil Penelitian Kondisi Tata Kelola Kehutanan Indonesia. Pendahuluan Ringkasan Eksekutif Inisiatif Tata Kelola Kehutanan Indonesia Proses dan Hasil Penelitian Kondisi Tata Kelola Kehutanan Indonesia Disusun oleh: Jaringan Masyarakat Sipil untuk Tata Kelola Kehutanan

Lebih terperinci

Tata Guna Lahan di Kalimantan Tengah

Tata Guna Lahan di Kalimantan Tengah Pangan, Bahan Bakar, Serat dan Hutan Tata Guna Lahan di Kalimantan Tengah Menyatukan tujuan pembangunan dan keberlanjutan untuk optimalisasi lahan CIFOR Dialog Hutan (The Forests Dialogue/TFD), Maret 2014

Lebih terperinci

Analisis Lintas Sektor untuk Kerangka Hukum dan Kebijakan yang Terkait dengan Implementasi REDD+ di Sulawesi Tengah, Indonesia

Analisis Lintas Sektor untuk Kerangka Hukum dan Kebijakan yang Terkait dengan Implementasi REDD+ di Sulawesi Tengah, Indonesia Analisis Lintas Sektor untuk Kerangka Hukum dan Kebijakan yang Terkait dengan Implementasi REDD+ di Sulawesi Tengah, Indonesia UN-REDD P R O G R A M M E Empowered lives. Resilient nations. UNEP Kementerian

Lebih terperinci

Governance Brief. Anggaran Berbasis Kinerja: Tantangannya Menuju Tata Kelola Kehutanan yang Baik

Governance Brief. Anggaran Berbasis Kinerja: Tantangannya Menuju Tata Kelola Kehutanan yang Baik C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Forests and Governance Programme Anggaran Berbasis Kinerja: Tantangannya Menuju Tata Kelola Kehutanan yang Baik Nugroho Adi Utomo

Lebih terperinci

Rehabilitasi hutan di Indonesia

Rehabilitasi hutan di Indonesia Tinjauan Rehabilitasi Hutan Pelajaran dari Masa Lalu Rehabilitasi hutan di Indonesia Akan kemanakah arahnya setelah lebih dari tiga dasawarsa? Editor Ani Adiwinata Nawir Murniati Lukas Rumboko Center for

Lebih terperinci

Dewan Kehutanan Nasional dan UN-REDD Programme Indonesia. Disusun dari hasil konsultasi dengan multi pihak pemangku kepentingan

Dewan Kehutanan Nasional dan UN-REDD Programme Indonesia. Disusun dari hasil konsultasi dengan multi pihak pemangku kepentingan Dewan Kehutanan Nasional dan UN-REDD Programme Indonesia Rekomendasi Kebijakan: Instrumen Free, Prior Informed Consent (FPIC) Bagi Masyarakat Adat Dan Atau Masyarakat Lokal Yang Akan Terkena Dampak dalam

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERENCANAAN TATA RUANG SECARA PARTISIPATIF

PERENCANAAN TATA RUANG SECARA PARTISIPATIF PERENCANAAN TATA RUANG SECARA PARTISIPATIF Sebuah Panduan Ringkas dengan Pengalaman dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat Tim Penulis Martua T. Sirait, Feri Johana, Ujjwal Pradhan /ICRAF Leonie Wezendonk

Lebih terperinci

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN KOMISI SUMBER DAYA GENETIK UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang: a. bahwa pelaksanaan pembangunan berkelanjutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa Tanggung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK)

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) Daftar Isi Sekapur Sirih 3 Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) PPKK & Upaya Penanggulangan Kemiskinan & 8 Kerentanan di Indonesia Kebijakan & Landasan Hukum 15

Lebih terperinci

Organisasi Perburuhan Internasional. PROGRAM PEKERJAAN LAYAK NASIONAL untuk INDONESIA 2012-2015

Organisasi Perburuhan Internasional. PROGRAM PEKERJAAN LAYAK NASIONAL untuk INDONESIA 2012-2015 Organisasi Perburuhan Internasional PROGRAM PEKERJAAN LAYAK NASIONAL untuk INDONESIA 2012 - PROGRAM PEKERJAAN LAYAK NASIONAL untuk INDONESIA 2012 - Daftar Singkatan Program Pekerjaan Layak Nasional untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam

Lebih terperinci

Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan

Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan Kolaborasi Masyarakat Sipil dan Lembaga ODA di Asia Tenggara Oleh David Winder dan Rustam Ibrahim Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci