Novelina dan Diana Sylvi 2

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPE DENGAN DIVERSIFIKASI PRODUK MENJADI NUGGET. Novelina dan Diana Sylvi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

METODOLOGI PENELITIAN

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

PEMBUATAN NUGGET IKAN (FISHNUGGET) SEBAGAI SALAH SATU USAHA DEFERENSIASI PENGOLAHAN IKAN DI BANDA ACEH

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Mustika Murni #1. Diterima Juli 2014; Revisi Oktober 2014; Disetujui terbit November 2014

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

WIRAUSAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK UDANG BERSERAT PEMASOK WARUNG MAKAN PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN NILAI JUAL IKAN NON EKONOMIS MELALUI USAHA CEMILAN CFC CRISPY FISH CARAAGE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK TEMPE

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

MODUL 7 STICK IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang renyah.

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

NUGGET DAN KERUPUK IKAN TONGKOL SEBAGAI ALTERNATIF USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (daucus carota) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA BAKSO IKAN DI DESA SETAPUK HULU KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BERBISNIS NUGGET SAYUR

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Bisnis Tempe Bakar

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

BAB III METODE PELAKSANAAN

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

IbM Kelompok Tani Buah Naga

PERENCANAAN USAHA PENGOLAHAN NUGGET IKAN TENGGIRI NIGI DENGAN KAPASITAS 50 CUP PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB III METODE PENELITIAN

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

PERENCANAAN USAHA PENGOLAHAN SIOMAY CAMPURAN DAGING BABI DAN UDANG DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 150 BUAH SIOMAY per Hari

Transkripsi:

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPE DENGAN DIVERSIFIKASI PRODUK MENJADI NUGGET 1 Novelina dan Diana Sylvi 2 ABSTRACT Tempeh is a lot of food products known throughout Indonesia, is a fermented soybean using molds Rhyzopus sp. After the fermentation process, nutritional value of tempeh protein increased due to the liberation of amino acids by proteolytic enzyme activity of tempeh. Problems in the use of tempeh as food is a perishable nature, fresh tempeh stand stored only 1-2 days, after which it will be rotten tempeh.the weakness in this tempeh cause the use and marketing is very limited. In order to overcome these problems need to be diversified into products that tempeh is more attractive and more durable and thus more desirable, one of which is the form of nuggets. During this regular nuggets made from minced chicken meat with a coating process with a seasoned flour mixture, then frozen. Aim is to provide knowledge on the owner of tempeh industry and surrounding communities about the technology in the processing of tempeh nuggets that added value can be further increased tempeh. Method carried out in this activity is to provide counseling, training making tempeh nuggets made with chicken nuggets for it, then followed by a discussion and assessment of products. Results showed activity on average gave judgments participants liked the organoleptic properties of tempeh nuggets products that have been made and they are also willing to treat nuggets as their business development Keywords: Nugget, Diversification, Fermentation PENDAHULUAN Tempe merupakan makanan sumber gizi protein yang banyak dikenal masyarakat di berbagai daerah seluruh Indonesia. Makanan ini dibuat dengan cara fermentasi atau peragian menggunakan kapang Rhyzophus sp pada kedele, sehingga membentuk masa yang padat dan kompak (Sarwono, 1996). 1 Dibiayai oleh Dana DP2M Dikti Depdiknas Program IPTEKS TA 2009 2 Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas

Meningkatkan Nilai Tambah Produk 179 Nilai gizi protein tempe meningkat setelah proses fermentasi, karena terjadinya pembebasan asam amino hasil aktivitas enzim proteolitik dari tempe. (Cahyadi 2007). Fermentasi tempe mampu menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan yang terdapat pada kedele. Kapang yang tumbuh pada kedelai dapat menghidrolisis senyawasenyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Beberpa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain memberikan pengaruh hipokolesterolemik, antidiare khususnya karena bakteri E. coli enteropatogenik. Beberapa jenis peptide yang terdapat pada tempe merupakan senyawa bioaktif yang mempunyai fungsi penting bagi kesehatan, misalnya untuk meningkatkan penyerapan kalsium, menurunkan kolesterol, meracuni sel tumor dan sebagainya (Cahyadi, 2007). Masyarakat yang mengkonsumsi tempe jarang terkena penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari segi medis tempe merupakan salah satu dasar untuk mengembangkan bahan makanan campuran bagi golongan penyakit kurang protein (KKP) (Ismiatun, 1999). Permasalahan dalam pemanfaatan tempe sebagai bahan pangan adalah sifatnya yang mudah rusak. Tempe segar yang baru jadi hanya tahan disimpan 1-2 hari, setelah itu tempe akan busuk. Kelemahan pada tempe ini menyebabkan penggunaan dan pemasarannya sangat terbatas. Disamping itu tempe relatif kurang disukai didaerah luar pulau Jawa, jika dibandingkan dengan makanan sumber protein lainnya seperti ikan, daging sapi, daging ayam, telur dan sebagainya.

180 Warta Pengabdian Andalas Volume XVI, Nomor 25 Desember 2010 Di kelurahan Parak Kerakah banyak terdapat industri tempe skala rumah tangga. Mereka tidak berani meningkatkan produksinya karena takut tidak terjual. Produk tempe yang mereka hasilkan dijual hanya di pasar-pasar dalam kota Padang saja. Biasanya penjualan tempe ini akan meningkat apabila ikan segar tidak banyak dipasar, tetapi hal seperti ini jarang terjadi di Kota Padang yang terletak di pinggir pantai. Disamping itu selain ikan laut, didaerah ini banyak ditemui kolam-kolam air tawar yang produksi ikannya cukup tinggi. Produk tempe yang dihasilkan industri rumah tangga di kelurahan Parak Kerakah ini dari segi mutu sudah cukup baik, miselia kapangnya rapat dan kompak serta berwarna putih seperti kapas. Tetapi apabila didak habis terjual dalam 1 hari warna miselia kapang akan menjadi hitam, dan aroma tempe akan berobah menjadi tidak disenangi. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan diversifikasi produk tempe menjadi nugget. Dengan adanya produk nugget yang lebih awet ini pemasarannya dapat diperluas, penjualannya juga bisa di supermarket atau sebagai makanan ringan yang dapat disuguhkan pada tamu-tamu hotel berbintang. Adanya diversifikasi produk ini otomatis dapat meningkatkan pendapatan pengusaha karena nugget mempunyai harga yang cukup tinggi dari tempe, yaitu sekitar Rp 25.000-Rp 30.000 per kgnya. Nugget merupakan produk olahan dalam bentuk beku yang bersifat siap untuk dimasak. Setelah penggorengan didalam minyak panas selama 5 menit, maka nugget sudah bisa disajikan untuk dimakan. Nugget biasanya diolah dari bahan daging giling (daging ikan atau daging ayam) yang diberi bumbu, dipipihkan dan dicetak dengan berbagai bentuk seperti segi empat, oval, bintang dan sebagainya. Potongan ini dilapisi tepung berbumbu, kemudian dikemas dan dibekukan (Syamsir, 2006).

Meningkatkan Nilai Tambah Produk 181 Produk nuget dalam bentuk beku mempunyai umur simpan yang panjang, mencapai lebih dari satu tahun. Mutu produk nugget beku lebih seragam bila dibandingkan dengan tempe segar dan penyiapan untuk dikonsumsi lebih cepat dan mudah. Penggunaan nugget lebih praktis karena dapat disajikan sebagai lauk atau camilan setelah digoreng ulang lagi, misalnya di hotel, rumah makan atau pada acara-acara tertentu di rumah. Dalam hal ini penyiapannya lebih sederhana dan menguntungkan Teknologi pembuatan nugget merupakan teknologi yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan nugget adalah sama dengan peralatan yang umumnya dipunyai dalam rumah tangga. Sehingga teknologi ini dapat diterapkan mulai dalam skala industri rumah tangga. Apabila masyarakat telah mengenal dan menyukai nugget tempe, industri ini pun dapat dikembangkan seperti industri nugget yang telah komersial lainnya. Hal terpenting diharapkan dengan diversifikasi produk ini bagi pengusaha tempe (yang masih dalam skala industri rumah tangga) di kelurahan Parak Kerakah ini akan dapat meningkatkan keuntungan mereka. Dengan demikian usaha ini dapat mengangkat popularitas industri tempe dan menjamin kehidupan mereka. Tujuan kegiatan adalah memberi pengetahuan tentang teknologi pengolahan nugget tempe dan cara pengemasan yang menarik, supaya makanan dari tempe bisa dipasarkan dipasar swalayan, restoran moderen dan hotel berbintang.

182 Warta Pengabdian Andalas Volume XVI, Nomor 25 Desember 2010 METODE PENGABDIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan telah dilakukan adalah pada hari Sabtu tanggal 16 Agustus 2009, mulai jam 10.00 di rumah yang sekaligus tempat industri tempe H. Joni Efendi di Parak Kerakah No 5B. Pelaksanaan kegiatan adalah berupa penyuluhan atau ceramah dan dilanjutkan dengan pelatihan atau praktek membuat nugget. Acara dihadiri oleh sekitar 20 peserta yang terdiri dari pengrajin tempe, ibu-ibu anggota PKK dan ibu-ibu anggota pengajian mesjid Darul Sakinah perumahan Filano Asri Parak Kerakah. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada kegiatan terdiri dari bahan pembuat nugget, tempe, yaitu tempe segar, tepung maizena, tapioka tepung panir, bumbu-bumbu, minyak goreng dan garam. Sedangkan alat yang digunakan adalah pisau, kukusan, baskom, loyang, sendok, kemasan plastik, piring, gorengan, freezer, kompor gas dll. Metode Pelaksanaan Kegiatan 1. Penyuluhan Dalam pelaksanaan kegiatan dan penyuluhan sebelumnya disiapkan makalah tentang cara pembuatan Nugget Tempe dengan metode yang sederhana dengan kemasan yang menarik. Makalah pelatihan diberikan kepada peserta sebelum pelaksanaan penyuluhan berlangsung. Selama penyluhan peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dan diskusi tentang tema ceramah. 2. Pelatihan dan Percontohan Formulasi bahan-bahan dalam pembuatan nugget tempe dapat dilihat pada bagan alir proses pembuatan nugget Gambar 1 mengacu pada Syamsir

Meningkatkan Nilai Tambah Produk 183 (2006). Kegiatan praktek ini diikuti oleh hampir semua peserta pelatihan. Setelah pelatihan peserta diminta untuk mencicipi dan menilai nugget tempe goreng yang telah disiapkan dan dan selanjutnya diminta untuk menilai tentang kesukaan mereka, yakni dengan mengisi beberapa pertanyaan pada lembaran kuisioner yang telah disiapkan. TEMPE Pengukusan T:100ºC ±10 Menit Penggilingan Pengadonan Pengukusan T:100ºC ±10 Menit 70 ml air 30 gr garam 5 g bawang putih 5 g ketumbar Pendinginan suhu ruang 15 menit Masukkan dalam freezer T:0ºC ±2 jam Pemotongan Pj=3Cm, L=3Cm, T=0,5Cm Pembaluran tepung terigu Pencelupan adonan better Pembaluran± 250 g tepung roti 150 g tepung terigu 150 g tepung maizena 1,5 g CMC Nugget Tempe Disimpan didalam Freezer Gambat 1. Diagram Alir Pembuatan Nugget Tempe

184 Warta Pengabdian Andalas Volume XVI, Nomor 25 Desember 2010 Cara pengumpulan dan analisis data Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuisioner yang berisikan pengetahuan peserta tentang tema dan materi pelatihan. Jawaban yang diberikan peserta pelatihan ditabulasikan dan disajikan dalam bertuk Tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan pengabdian, penelitian tentang cara pengolahan nugget telah dilaksanakan di laboratorium Teknologi Pengolahan, program studi THP Fateta Unand. Adapun komposisi gizi produk tempe sebagai bahan baku dan nugget yang dihasilkan, serta dibandingkan dengan data Depkes dan SII adalah sebagai berikut Tabel 1. Komponen Gizi Produk Komponen gizi Tempe segar (bahan baku nugget) Tempe DepKes RI (1995) Nugget tempe hasil penelitian Nugget ayam (SII) No. 01-0222-1995 Kadar air (%) 55,20 55,60 51.02 Maks 60 Kadar Abu (%) 0,67 1,60 1.73 - Kadar protein (%) 22,57 20,80 14.02 Min 12 Kadar lemak (%) 8,40 8,80 9.10 Maks 20 Sedangkan hasil uji organoleptik terhadap rasa, warna, aroma dan tekstur berkisar dari suka sampai sangat suka. Bentuk produk nugget yang dihasilkan pada kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Meningkatkan Nilai Tambah Produk 185 Gambar 2. Nuget sebelum digoreng (kiri) dan setelah digoreng (kanan) Hasil pengisian kuisioner dari peserta pelatihan diketahui sebagian besar dari jumlah peserta belum mengenal produk nugget, tetapi sebagian kecil sudah mengenal produk nugget dari daging ayam. Akan tetapi mereka sendiri belum pernah mengetahui proses pengolahan produk nugget tersebut, apalagi tentang proses pengolahan produk yang beasal dari tempe. Berdasarkan tingkat keterampilan peserta dalam menghasilkan produk olahan dari tempe diketahui bahwa seluruh peserta (100%), belum memiliki keterampilan atau belum pernah mengolah produk nugget. Hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan peserta terhadap aneka produk olahan dari tempe. Peserta hanya mengetahui produk nugget beku yang dibeli di Supermarket, dan nugget goreng yang dibeli direstoran cepat saji seperti di KFC dan CFC. Selanjutnya setelah pelatihan peserta diminta mencicipi dan menilai hasil produk nugget tempe. Berdasarkan hasil pengujian kesukaan ini peserta juga sangat berminat untuk melakukan usaha pengolahan nuget tempe ini Keinginan peserta untuk membuat produk nuget adalah 100 %, akan tetapi untuk berwirausaha hanya 80 %, semua dari mereka yang masih raguragu untuk berwirausaha mengeluhkan akan keterbatasan modal.

186 Warta Pengabdian Andalas Volume XVI, Nomor 25 Desember 2010 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Program atau kegiatan ini sangat efektif dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat pada umumnya dan pemilik industri tempe pada khususnya. Dengan teknologi pembuatan nugget tempe dapat meningkatkan kesukaan masyarakat terhadap tempe dan dapat menjadi kegiatan pada industri rumah tangga atau menengah untuk dijadikan mata pencaharian dalam rangka meningkatkan penghasilan. Secara khusus dapat meningkatkan pendapatan pemilik industri tempe dengan semakin meningkatnya kesukaan masyarakat terhadap produk olahan tempe seperti nugget tempe. Saran Berdasarkan pengamatan yang diperoleh dari kegiatan ini, maka perlu dilanjutkan dengan pembinaan yang berkesinambungan dan memberi pembekalan tentang teknik pengemasan yang menjual dan manajemen pemasaran. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional 2. Lembaga Pengabdian Masyarakat, Universitas Andalas 3. Lurah Parak Kerakah, Kecamatan Padang Timur 4. Bapak H. Joni Efendi, pemilik Industi Tempe di Parak Kerakah 5. Kelompok Ibu-ibu PKK dan Pengajian Mesjid Darul Sakinah Perumahan Filano Atas segala bantuan moril, materil, partisipasi dan kerjasamanya dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Meningkatkan Nilai Tambah Produk 187 DAFTAR PUSTAKA Cahyadi. W. 2007. Kedelai, Kasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta. Sarwono, B. 1996. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya Jakarta Syamsir, E. 2006. Panduan Praktkum Pengolahan Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fateta IPB. Bogor.