BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

Pemerintah Provinsi Bali

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

BAB V PENDANAAN DAERAH

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

5.1 ARAH PENGELOLAAN APBD

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keuangan Daerah APBD BAB VI EKONOMI

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara satu dan lainnya. Perubahan perekonomian nasional akan berdampak pada perubahan perekonomian regional dan daerah atau sebaliknya. Perekonomian Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari negara Indonesia perkembangannya sangat dinamis menyesuaikan dengan apa yang terjadi baik di daerah, regional maupun nasional, bahkan internasional. Kondisi tahun 2015 dan proyeksi perekonomian di tahun 2017-2018 digambarkan melalui Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah yang sekaligus merupakan penjelasan atas analisis statistik perekonomian daerah. Selanjutnya berdasarkan gambaran kerangka ekonomi yang menggambarkan potensi daerah tersebut akan disusun prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan, kebijakan yang harus ditetapkan untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan harapan arah pembangunan tahun 2017 dapat dicapai sesuai dengan sasaran program dan kegiatan yang ditetapkan. Dalam hal kemampuan keuangan daerah, perkiraan potensi sumber dan besaran pendapatan dari seluruh sektor merupakan dasar kebijakan perencanaan anggaran yang berbasis kinerja secara berdayaguna dan berhasilguna. 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman pada tahun 2015 terbesar disumbangkan dari sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 12,73%, sedangkan sektor yang paling sedikit memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang yaitu sebesar 0,05%. Penyerapan tenaga kerja yang terbesar ada pada sektor pertanian yaitu sebanyak 123.073 orang sedangkan penyerapan tenaga kerja yang paling rendah ada pada sektor pertambangan/penggalian yaitu sebanyak 9.913 orang. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 1

Berdasarkan pada perkembangan ekonomi daerah, nasional dan global termasuk kebijakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) serta tantangan yang masih akan dihadapi maka arah kebijakan ekonomi daerah tahun 2017 adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan menitikberatkan pada pertumbuhan sektor primer untuk memperkecil ketimpangan. Pertumbuhan ekonomi inklusif adalah pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak signifikan, luas dan merata bagi semua stakeholder dan lingkungan. Penerapan kebijakan tersebut dalam konsep yang lebih implementatif adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional Program dan kegiatan diarahkan pada: a. Peningkatan daya saing produk dan tenaga kerja; b. Peningkatan investasi yang memperhatikan aspek lingkungan dan berdampak langsung pada perekonomian masyarakat; c. Peningkatan peran BUMD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat; d. Peningkatan inovasi dan pemanfaatan teknologi; e. Akselerasi pertumbuhan ekonomi; f. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur, sarana dan prasarana ekonomi; g. Pengembangan sektor pariwisata, pertanian, perindustrian, perdagangan dan koperasi; h. Pengembangan industri, perdagangan, koperasi dan UMKM; i. Penyediaan lapangan dan kesempatan kerja yang berkualitas melalui regulasi, dan fasilitasi pengembangan kewirausahaan. 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor ekonomi lokal potensial dan strategis. Program dan kegiatan diarahkan pada: a. Menuju kemandirian pangan; b. Peningkatan akses dan fungsi intermediasi bagi pengembangan ekonomi lokal potensial dan strategis; c. Pengembangan sektor ekonomi potensi lokal potensial dan strategis dari hulu sampai dengan hilir. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 2

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2015 dan Perkiraan Tahun 2016 Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indikator ekonomi makro serta perkembangan perekonomian daerah. Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dari perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Terdapat faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Selain itu juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah, dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang berdampak pada kelesuan pasar ekspor. Capaian indikator ekonomi daerah adalah sebagai berikut : a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010 (ADHB 2010) Kabupaten Sleman sebesar Rp30,812 trilyun pada tahun 2014, kemudian meningkat menjadi Rp33,136 trilyun pada tahun 2015, dan diperkirakan meningkat lagi menjadi Rp35,495 trilyun pada tahun 2016. PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 (ADHK 2010) Kabupaten Sleman sebesar Rp26,740 trilyun pada tahun 2014, kemudian meningkat menjadi Rp28,168 trilyun pada tahun 2015, dan diperkirakan meningkat lagi menjadi Rp29.524 trilyun pada tahun 2016. Struktur perekonomian daerah selama lima tahun terakhir cenderung tidak berubah. Pada tahun 2015 sektor terbesar disumbangkan dari sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 12,73%, sedangkan sektor yang paling sedikit memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang yaitu sebesar 0,05%. Lima sektor pendukung utama perekonomian Kabupaten Sleman adalah sektor Industri Pengolahan, Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, Jasa Pendidikan, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman pada tahun 2014 mencapai 5,41%, namun pada tahun 2015 terjadi penurunan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 3

menjadi sebesar 5,34%. Sedangkan pada tahun 2016 target pertumbuhan ekonomi ditngkatkan lagi menjadi sebesar 5,40% (tahun dasar 2010). b. Inflasi Pada tahun 2015 inflasi sebesar 4,21%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 9,12% dan inflasi terendah pada kelompok Sandang, sebesar 0,01%. Sedangkan inflasi pada tahun 2016 diperkirakan 5,00%. d. Investasi Investasi merupakan salah satu kekuatan penting untuk mengakselerasi pembangunan daerah. Disamping untuk mendorong perekonomian daerah, peningkatan investasi juga diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Nilai investasi PMA pada tahun 2015 sebesar US$233.545.997,32 sedangkan pada tahun 2016 sebesar Rp250.782.467,82 dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 8.350 orang. Nilai investasi PMDN pada tahun 2015 sebesar Rp3.159.444.380.915,95 sedangkan nilai investasi PMDN pada tahun 2016 Rp3.254.227.712.342 dengan tenaga kerja yang terserap sejumlah 10.083 orang. Nilai investasi non fasilitas tahun 2014 sebesar Rp3.895.422.000 dengan tenaga kerja 268.779 orang dan tahun 2015 naik menjadi Rp4.756.616.000,- dengan menyerap tenaga kerja 282.872 orang. Pada tahun 2016 masih dibutuhkan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kebutuhan investasi tersebut lebih diarahkan kepada investasi yang mengakomodir sumber daya lokal baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia serta yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Diharapkan investasi itu dapat dibiayai oleh pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. e. Ekspor Nilai ekspor pada tahun 2015 sebesar US$44,840,906.73 dari target sebesar US$41,000,000.00 dan pada tahun 2016 diperkirakan sebesar US$42,000,000.00 Komoditi ekspor tertinggi pada komoditi tekstil dan produk tekstil, dengan asumsi kondisi perekonomian Indonesia membaik. Perkembangan indikator makro ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut : RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 4

NO Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI 2015 PROYEKSI 2016 A Pertumbuhan Ekonomi* Pertumbuhan Ekonomi % 5,34*) 5,40 B Inflasi % 4,21 5,00 C Investasi 1 Nilai Investasi PMDN Rp. 3.159.444.380.915,95 3.254.227.712.342,00 2 Nilai Investasi PMA US$ 233.545.997,32 250.782.467,82 3 Nilai investasi Non fasilitas Rp. 4.756.616.758.844 5.009.128.407.000 4 Penyerapan TK. Investasi PMDN Orang 11.913 12.151 5 Penyerapan TK Investasi PMA Orang 8.479 8.649 6 Penyerapan TK Investasi Non fasilitas Orang 282.872 288.529 7 Tingkat Pengangguran Terbuka % 6,12 6,00 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sleman, 2016 (tahun dasar 2010) *)angka sementara 3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017 dan Tahun 2018 Seiring dengan perkembangan kondisi, maka kebijakan ekonomi daerah tetap diarahkan dan diupayakan dengan cara-cara: (1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) Menekan laju inflasi agar tidak melebihi satu digit, (3) Meningkatkan pemerataan pembangunan antar wilayah dan pemerataan pendapatan antar penduduk, (4) Memperbesar akses warga miskin untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian Kabupaten Sleman serta mempertimbangkan kondisi lingkungan internal dan eksternal, maka tantangan dan prospek perekonomian daerah yang dihadapi pada Tahun 2017 dan 2018 adalah sebagai berikut : a. Tantangan Diperkirakan perekonomian Kabupaten Sleman masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari dinamika internal maupun lingkungan perekonomian nasional dan global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang perlu disikapi secara arif RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 5

dan komprehensif serta dengan langkah-langkah yang lebih nyata. Tantangan dimaksud antara lain masih mencakup: 1) Menurunkan angka kemiskinan; 2) Menurunkan angka pengangguran; 3) Memperkecil Ketimpangan. 4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensi lokal dan strategis; 5) Meningkatkan pemerataan pembangunan ekonomi antar wilayah; 6) Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan konstruktif; 7) Menyediakan infrastruktur yang memadai dan berkualitas; 8) Meningkatkan daya saing produk dan sumber daya manusia agar dapat bersaing di pasar global; dan 9) Meningkatkan peran pemerintah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi. b. Prospek Perekonomian Daerah Adanya situasi keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan diatas serta mendasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2017 dan perkiraan tahun 2018 serta tantangan yang dihadapi pada masa mendatang maka usahausaha yang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah adalah: 1) Menyediakan infrastruktur perekonomian yang memadai dan berkualitas untuk menunjang pertumbuhan dan distribusi ekonomi daerah; 2) Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan usaha; 3) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor ekonomi lokal dan strategis; dan 4) Meningkatkan aksesibilitas dan sinergitas antara masyarakat, dunia usaha dan lembaga pendidikan dengan pemerintah daerah. 5) Mendorong investasi yang berbasis sumber daya lokal baik SDA maupun SDM dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan kondisi perekonomian daerah tahun 2015 dan perkiraan tahun 2016, maka prospek perekonomian pada Tahun 2017-2018 sebagai berikut : RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 6

1) Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,40% dan pada tahun 2017 mampu tumbuh 5,46%. Target tahun 2018 sebesar 5,50%. 2) Inflasi pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,00%, target pada tahun 2017 sebesar 5,00% dan tahun 2018 sebesar 5,00%. 3) Nilai ekspor daerah pada tahun 2016 diperkirakan sebesar US$42,000,000.00 dan tahun 2017 diperkirakan sebesar US$42,500,000.00 dan target tahun 2018 sebesar US$43,000,000.00 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Efektivitas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam RKPD Tahun 2017 sebagai pelaksanaan agenda RPJPD tahun 2006-2025 di tahun keduabelas, tidak terlepas dari kapasitas anggaran yang dapat terkelola oleh pemerintah daerah. Untuk itu, kebutuhan belanja pembangunan daerah selalu mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi RKPD, yang akan selalu berdampingan dengan sumbersumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR). APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Keuangan daerah dikelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dengan menganut azas tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, pendanaan penyelenggaraan pemerintahan telah diatur sesuai kewenangan yang diserahkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan yang menjadi tanggungjawab Pemerintah dibiayai dari APBN, baik RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 7

kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama. Berdasarkan pada hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah yang terdiri dari kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan. Kebijakan-kebijakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2017. 3.2.2. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Untuk pendapatan daerah bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Alokasi Dana Desa dari APBN; 3) Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Pemerintah Provinsi, dan Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya dan Dana insentif daerah. Selanjutnya untuk pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Perencanaan pendapatan daerah pada Tahun 2017 dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1) Pendapatan asli daerah dihitung dengan memperhatikan realisasi perkembangan pendapatan, serta prakiraan masing-masing potensi jenis pendapatan asli daerah; 2) Proyeksi pendapatan diasumsikan naik sebesar 7,1% dari tahun 2016 khusunya kenaikan dari komponen PAD; 3) Dana perimbangan berupa bagi hasil pajak/bukan pajak dihitung dengan memperhatikan potensi masing-masing jenis pajak. DAU dan Dana Desa dari APBN diasumsikan naik dengan mempertimbangkan kebutuhan gaji pegawai dan pemenuhan prosentase Dana Desa. Dana Alokasi Khusus diasumsikan sama dengan tahun 2016. 4) Lain-lain pendapatan yang sah sementara diperhitungkan pada sumber-sumber pendapatan yang dapat dipastikan. Untuk mewujudkan peningkatan Pendapatan Daerah di Kabupaten Sleman, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 8

1) Meningkatkan manajemen tata-kelola pemungutan dan penerimaan Pendapatan Daerah sesuai dengan mekanisme dan standar baku serta memanfaatkan teknologi terkini; 2) Meningkatkan Pendapatan Daerah melalui perluasan obyek dan intensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara optimal; 3) Pendayagunaan asset daerah; 4) Optimalisasi hasil usaha Badan Umum Milik Daerah (BUMD) agar memberikan kontribusi yang optimal kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada khususnya dan Penerimaan Daerah pada umumnya; dan 5) Mengadakan peninjauan kembali (annual-review) atas berbagai Peraturan Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan memperumit biokrasi guna mempermudah investasi. Adapun realisasi dan proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Sleman tahun 2014-2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Tahun 2014 s.d Tahun 2018 No Uraian Realisasi Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Anggaran Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 Proyeksi Tahun 2018 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 4.1 Pendapatan asli daerah 573.337.600.000,00 643.130.080.000,00 643.526.000.000,00 847.769.000.000,00 926.116.000.000,00 4.1.1 Pajak daerah 326.034.000.000,00 373.137.770.000,00 376.700.000.000,00 567.953.000.000,00 624.708.000.000,00 4.1.2 Retribusi daerah 42.632.200.000,00 45.052.210.000,00 42.213.000.000,00 53.521.000.000,00 57.402.000.000,00 4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (Bagian laba BUMD) 23.654.900.000,00 34.330.600.000,00 41.793.000.000,00 39.212.000.000,00 41.957.000.000,00 4.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 181.016.500.000,00 190.609.510.000,00 182.820.000.000,00 187.083.000.000,00 202.049.000.000,00 4.2 Dana perimbangan 1.034.404.520.000,00 1.080.162.450.000,00 1.501.468.000.000,00 1.604.313.000.000,00 1.691.989.000.000,00 4.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 45.797.110.000,00 38.281.940.000,00 51.833.000.000,00 68.209.000.000,00 74.586.000.000,00 4.2.2 Dana alokasi umum 952.102.502.000,00 984.410.612.000,00 1.014.310.630,00 1.065.030.000.000,00 1.118.280.000.000,00 1.2.3 Dana alokasi khusus 36.504.910.000,00 29.421.080.000,00 372.311.000.000,00 380.011.000.000,00 380.011.000.000,00 1.2.4. Alokasi Dana Desa dari APBN - 28.048.820.000,00 63.014.717.000,00 91.063.000.000,00 119.112.000.000,00 4.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 469.078.020.000,00 571.330.240.000,00 221.994.000.000,00 239.260.000.000,00 257.114.000.000,00 4.3.1 Pendapatan Hibah 4.334.140.000,00 8.389.430.000,00 6.654.102.299,00 6.654.000.000,00 6.654.000.000,00 4.3.2 4.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya**) 165.068.470.000,00 194.832.060.000,00 199.092.000.000,00 215.795.000.000,00 233.059.000.000,00 25.013.690.000,00 27.241.950.000,00 11.248.000.000,00 11.811.000.000,00 12.401.000.000,00 4.3.4 BOSNAS - - - - - 4.3.5 Dana Tunjangan Pendidikan 248.783.210.000,00 340.866.800.000,00 - - - 4.3.6 DPIPD - - - - - 4.3.7 Dana Insentif Daerah 25.878.510.000,00-5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 2.076.820.140.000,00 2.294.622.770.000,00 2.366.988.000.000,00 2.691.342.000.000,00 2.875.219.000.000,00 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sleman, 2016 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 9

3.2.3. Arah Kebijakan Belanja Daerah Perencanaan belanja daerah pada Tahun 2017 dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1) Proyeksi belanja daerah diasumsikan naik sebesar 8,00% dari tahun 2016; 2) Perhitungan gaji menggunakan basis data tahun 2016 dengan acress 1,5%. Berkaitan dengan kondisi pendapatan sebagaimana diuraikan di atas dan dikaitkan dengan permasalahan/isu yang dihadapi maka kebijakan-kebijakan belanja daerah masih diarahkan sebagai berikut : a. Belanja daerah yang bersifat tetap dan mengikat seperti belanja pegawai menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku pada tahun berkenaan. b. Belanja daerah berupa hibah dan bantuan sosial diberikan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah serta berpedoman pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. c. Dana Desa, Alokasi Dana Desa dan Belanja bagi hasil pajak dan retribusi daerah pada pemerintahan desa merupakan bentuk distribusi fiskal yang ditentukan berdasarkan proporsi besaran dana perimbangan (DAU dan pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah dan retribusi daerah serta menyesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. d. Belanja daerah berupa bantuan keuangan kepada desa diarahkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan beserta aturan pelaksanaannya. e. Belanja tidak terduga diarahkan untuk menyediakan anggaran siaga (standby budget) terutama disiapkan untuk antisipasi dan penanganan bencana alam maupun sosial. f. Belanja daerah berupa belanja langsung setiap SKPD diarahkan untuk mendukung operasional dan peningkatan kinerja SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang melekat serta pencapaian sasaran program pembangunan yang telah ditetapkan. g. Belanja daerah berupa belanja langsung urusan wajib dan pilihan digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan dan pemulihan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. Belanja RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 10

langsung program diutamakan untuk membiayai 9 (sembilan) prioritas pembangunan Tahun 2017. h. Mendukung program/kegiatan strategis yang terkait dengan agenda provinsi dan nasional, dengan tetap memprioritaskan pembangunan daerah dan turut serta mendukung skala pelayanan regional maupun nasional. Adapun realiasi dan proyeksi belanja daerah Kabupaten Sleman tahun 2014-2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2014 s.d. Tahun 2018 No Uraian Realisasi Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Anggaran Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 Proyeksi Tahun 2018 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 5.1 Belanja Tidak Langsung 1.094.875.630.000,00 1.304.179.280.000,00 1.604.422.000.000,00 1.649.223.000.000,00 1.626.875.000.000,00 5.1.1 Belanja pegawai 966.774.940.000,00 1.021.454.820.000,00 1.291.150.000.000,00 1.272.055.000.000,00 1.186.614.000.000,00 5.1.2 Belanja bunga 12.340.000,00 258.765.334,00 4.106.423.611,00 4.106.000.000,00 4.106.000.000,00 5.1.3 Belanja subsidi - - - - - 5.1.4 Belanja hibah 17.015.660.000,00 68.645.420.000,00 44.404.000.000,00 15.150.000.000,00 25.500.000.000,00 5.1.5 Belanja bantuan sosial 40.214.260.000,00 38.703.750.000,00 31.839.000.000,00 40.046.000.000,00 41.046.000.000,00 5.1.6 5.1.7 5.1.8 Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* 34.793.260.000,00 41.101.800.000,00 41.891.000.000,00 52.147.000.000,00 68.211.000.000,00 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Daerah 35.224.010.000,00 133.725.020.000,00 - Bagi hasil dana perimbangan - - 106.614.000.000,00 113.323.000.000,00 119.286.000.000,00 - Sharing TPA Piyungan, IPAL Sewon, Bantuan keuangan Parpol - - 2.679.000.000,00 5.165.000.000,00 5.625.000.000,00 - Dana desa dari APBN - - 63.015.000,000,00 91.063.000.000,00 119.112.000.000,00 Bantuan keuangan khusus kepada desa 46.168.000.000,00 47.375.000.000,00 5.1.9 Belanja tidak terduga 841.160.000,00 289.700.000,00 18.724.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 5.2 Belanja Langsung 801.601.746.559,29 1.024.572.640.000,00 1.227.540.000.000,00 1.431.691.000.000,00 1.443.275.000.000,00 5.2.1 Belanja pegawai 143.285.096.349,00 176.067.610.000,00 170.421.000.000,00 203.820.000.000,00 214.011.000.000,00 5.2.2 Belanja barang dan jasa 375.454.600.951,29 421.722.200.000,00 611.605.000.000,00 602.568.000.000,00 632.696.000.000,00 5.2.3 Belanja modal 282.862.049.259,00 426.782.830.000,00 445.514.000.000,00 625.303.000.000,00 656.568.000.000,00 TOTAL JUMLAH BELANJA 1.896.477.377.488,36 2.328.751.930.000,00 2.831.962.000.000,00 3.080.914.000.000,00 3.070.150.000.000,00 3.2.4. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Perencanaan pembiayaan daerah pada Tahun 2017 dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1) Proyeksi pembiayaan daerah tahun 2017 diasumsikan naik sebesar 62,85% dari tahun 2016. 2) Proyeksi penyertaan modal (investasi) daerah diasumsikan tetap dikarenakan penyertaan modal ke BPD DIY dan PD Bank Sleman RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 11

sudah memenuhi target dan belum dikeluarkannya perda lebih lanjut tentang penyertaan modal, sehingga hanya investasi ke PDAM dan menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan untuk investasi (bussines plan). Kebijakan anggaran untuk pembiayaan daerah dibagi atas dua bagian yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Penerimaan Pembiayaan dapat bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun anggaran 2016, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengeluaran pembiayaan diarahkan yaitu untuk penyertaan modal pada perusahaan daerah serta penyediaan fasilitas kredit bagi pelaku KUMKM. Kebijakan Pembiayaan Daerah pada Tahun 2017 di Kabupaten Sleman antara lain diarahkan untuk : a. Menjaga agar keuangan daerah tetap dalam kondisi surplus anggaran, dan jika terjadi defisit anggaran sedapat mungkin ditutup dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun lalu; b. Mengembangkan investasi daerah dan penyertaan modal dengan prinsip kehati-hatian (prudential). Adapun realiasi dan proyeksi pembiayaan daerah Kabupaten Sleman tahun 2014-2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2018 No Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Realisasi Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Anggaran Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 Proyeksi Tahun 2018 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 6.1 Penerimaan pembiayaan 431.359.469.619,86 530.486.039.524,23 479.232.000.000,00 426.572.000.000,00 231.931.000.000,00 6.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) 431.359.469.619,86 499.724.664.810,23 479.232.000.000,00 426.572.000.000,00 231.931.000.000,00 6.1.2 Penerimaan pinjaman daerah 0 0 0 0 0 6.1.3 Penerimaan piutang daerah 0 30.761.374.714,00 0 0 0 6.2 Pengeluaran pembiayaan 111.977.813.477,00 17.835.252.500,00 14.255.000.000,00 37.000.000.000,00 37.000.000.000,00 6.2.1 Pembentukan dana cadangan 0 0 0 0 0 6.2.2 Penyertaan modal (Investasi) daerah 111.839.813.477,00 17.835.252.500,00 7.255.000.000,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 6.2.3 Pembayaran pokok utang 138.000.000,00 0 7.000.000.000,00 7.000.000.000,00 7.000.000.000,00 PEMBIAYAAN NETTO 319.381.656.142,86 352.133.514.524,23 464.977.000.000,00 389.572.000.000,00 194.931.000.000,00 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2017 III - 12