APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

ETHANOL D Jurusan Teknik Kimia. Abstrak. cukup tinggi tersebut, memproduksi etanol. sebagai. fermentasi sebesar 3,21%.

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

LIMBAH. Veteran Jatim A Abstrak. sebagai. hidrolisa yang. menggunakan khamir. kurun waktu. beberapa tahun hingga lain seperti pembuatan

YUWIDA KUSUMAWATI A

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

ANALISIS KUALITATIF FORMALIN PADA TAHU MENTAH YANG DIJUAL DI PASAR KALINDO, TELUK TIRAM DAN TELAWANG BANJARMASIN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: PENGARUH PEMANASAN SARI BUAH JERUK TERHADAP TINGKAT KEHILANGAN VITAMIN C

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Hasil Uji Kimia, Fisik, Mikrobiologi, dan Organoleptik Tahu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan inovasi dan kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi roti yang terus

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

I. PENDAHULUAN. negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia.

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU Suprihatin, Lucky Indrati Utami Progdi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jawa Timur RINGKASAN Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet makanan, maka dirasakan perlu untuk mencari alternatif lain yang aman untuk mengawetkan makanan. Cara mengawetkan tahu dengan cara yang aman, mudah dan murah perlu diketahui oleh masyarakat luas. Tahu bersifat mudah rusak (busuk). Disimpan pada kondisi biasa (suhu ruang) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam lalu berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak dikonsumsi lagi. Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Sayuran ini bersifat mudah layu, rusak dan busuk, sehingga menghasilkan limbah (bau) yang menjadi suatu permasalahan lingkungan. Llimbah kubis mampu untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat Asam laktat yang bisa digunakan sebagai pengawet makanan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan umur simpan tahu dengan menggunakan asam laktat yang diperoleh dari fermentasi limbah kubis. Metode Penelitian : Membuat Asam Laktat dari limbah kubis dengan cara menfermentasikan limbah kubis dengan penambahan NaCl dengan waktu fermentasi 3 hari. Hasil Asam Laktat dari fermentasi dengan kadar 7,2 mg/l tersebut kemudian digunakan untuk mengawetkan tahu dengan variabel waktu perendaman dan suhu penyimpanan. Hasil dari penelitian ini adalah tahu mampu bertahan hingga 5 hari dengan perendaman Asam laktat dan digunakan suhu untuk penyimpanannya. Kata kunci : Asam Laktat, limbah kubis. PENDAHULUAN Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet makanan, maka dirasakan perlu untuk mencari alternatif lain yang aman untuk mengawetkan makanan. Penggunaan formalin dilarang karena bahan kimia itu dapat membahayakan kesehatan. Formalin merupakan bahan kimia yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker) dan mutagen (menyebabkan perubahan sel fungsi hati dan jaringan) (BPOM 1993). Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengganti formalin sebagai pengawet makanan. Cara mengawetkan tahu dengan cara yang aman, mudah dan murah perlu diketahui oleh masyarakat luas Seperti kita ketahui, tahu bersifat mudah rusak (busuk). Disimpan pada kondisi biasa (suhu ruang) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam lalu berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak dikonsumsi lagi. Akibatnya banyak usaha yang dilakukan produsen tahu untuk mengawetkannya, termasuk menggunakan bahan pengawet yang dilarang, misalnya formalin. Kubis (Brassica oleracea) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Sayuran ini bersifat mudah layu, rusak dan busuk, sehingga menghasilkan limbah (bau) yang menjadi suatu permasalahan lingkungan. Namun, dengan sentuhan teknologi, limbah kubis mampu mendatangkan keuntungan tinggi. Kandungan vitamin, mineral, karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam kubis sangat memungkinkan untuk memanfaatkan limbah kubis tersebut sebagai bahan baku untuk membuat Asam laktat (Pracaya, 1994). Asam laktat merupakan bahan kimia serbaguna yang digunakan sebagai : 1) asidulan, aroma, dan pengawet dalam industri makanan, obat-obatan, industri kulit dan tekstil ; 2) untuk produksi bahan kimia dasar ; 3) dan untuk polimerisasi bahan yang mudah dirombak poly lactic acid (PLA) (Nur Hidayat dkk., 2006). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan umur simpan tahu dengan menggunakan asam laktat yang diperoleh dari fermentasi limbah kubis. (II-7) Mandiri 1

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium. Data dikumpulkan dengan mempelajari peubah-peubah kondisi operasi. Bahan, prosedur kerja dan perhitungan yang akan dilakukan dijelaskan berikut ini : 1. Bahan Bahan bahan yang digunakan untuk membuat asam laktat yaitu : Limbah kubis dari limbah pasar sayur dan NaCl serta tahu. 2. Cara Penelitian Alat untuk proses pembuatan asam laktat dengan cara fermentasi adalah menggunakan tangki fermentasi (fermentor). 3. Variabel penelitian Kondisi yang ditetapkan : Ukuran tahu/ Berat tahu : 4 x 4 x 3 / ± 50 gram Waktu fermentasi : 3 hari Penambahan NaCl : 25 % Kondisi yang dikerjakan : Jenis tahu : tahu rakyat dan tahu takwa Suhu penyimpanan : suhu ruang dan suhu. Waktu perendaman (hari) : 1, 2, 3, 4, 5 4. Prosedur penelitian Pembuatan Asam Laktat Proses pembuatan Asam laktat dari limbah kubis mula-mula mencuci limbah kubis hingga bersih kemudian menghaluskan tanpa penambahan air. Selanjutnya menimbang limbah kubis sebanyak 2000 gr dan memasukkan kedalam fermentor dan menambahkan NaCl 25% (500 gr) kedalam fermentor Proses fermentasi berlangsung pada kondisi anaerob dan pada suhu kamar yaitu sekitar 30 o C. Prosedur pengawetan tahu Tahu segar yang diperoleh dari pabrik tahu dengan ukuran yang homogen,yaitu 4x4x3 cm dan berat ratarata 50 g, direndam dalam 100 ml larutan Asam Laktat dalam kantung plastik. Tahu yang telah dikemas selanjutnya disimpan pada suhu ruang dan suhu. Diamati pada hari ke 1, 2, 3, 4, 5. Pengamatan dilakukan setiap hari bertujuan agar rata-rata perubahan yang terlihat lebih dapat diamati secara jelas. Kriteria pengamatannya mencakup jumlah mikroba, ph, tekstur, pengujian mutu inderawi yang meliputi tekstur, aroma khas tahu dan warna tahu. Analisa hasil Asam laktat yang didapatkan dari proses fermentasi dianalisa kadarnya dengan menggunakan alat HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Waktu simpan tahu bisa dilihat dengan membandingkan antara tahu yang diberi asam laktat dengan tahu yang tidak diberi asam laktat. Evaluasi Mutu Tahu (A) Penilaian mikrobiologi (B) Penilaian ph (C ) Pengamatan mutu inderawi Pengamatan perubahan mutu inderawi tahu selama penyimpanan dilakukan dengan pengamatan visual kerusakan tahu. Pengamatan visual yang dilakukan meliputi karakteristik tekstur, aroma khas tahu serta warna putih pada tahu. Skala penilaian yang digunakan adalah dari 1 sampai 9.. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan fermentasi terhadap limbah kubis selama 3 hari dan dilakukan penyaringan didapatkan asam laktat dengan ph 4,5 dan kadar asam laktat 7,20 mg/l. (II-7) Mandiri 2

Dilakukan pengenceran Asam Laktat dengan perbandingan (volume) 1 : 1 ; 2 : 1 ; 3 : 1 ; 4 : 1 dan 5 : 1 dan dilakukan perendaman terhadap tahu yang akan diawetkan ternyata didapatkan hasil tahu yang sama dengan tanpa perendaman Asam Laktat. Sehingga ditetapkan Asam Laktat yang digunakan untuk perendaman adalah Asam Laktat hasil fermentasi dengan kadar 7,20 mg/l. (A). Pengamatan Jumlah Bakteri. Gambar 1. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap jumlah bakteri pada suhu ruang dan suhu dari tahu takwa(tahu Malang) dengan dan tanpa penambahan asam laktat. Daya simpan tahu sangat erat kaitannya dengan keadaan sanitasi pada waktu tahu tersebut diproduksi dan ditangani. Hal ini terkait dengan kontaminasi mikroba yang dapat mempengaruhinya. Pada awal penyimpanan total mikroba pada tahu rakyat yang digunakan berjumlah 60000. Hal ini menunjukkan bahwa tahu yang diproduksi sudah menunjukkan mutu mikrobiologi yang buruk. Faktor penyebabnya disebabkan oleh kondisi sanitasi pada industri tahu yang buruk. Tetapi pada penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengamati efektivitas dari suatu bahan pengawet yang diujikan. Jadi walaupun nilai total mikroba pada tahu di awal penyimpanan sudah tinggi diharapkan, perubahan nilai yang diujikan masih dapat dikorelasikan untuk mengukur efektivitas dari suatu bahan pengawet yang diujikan pada tahu. Pada penelitian ini, kedua kondisi penyimpanan sampai akhir pengamatan (5 hari pada penyimpanan suhu ruang dan suhu ) pertumbuhan mikroba juga masih mencapai tahap tumbuh, yaitu tumbuh lebih lambat untuk tahu yang disimpan pada suhu. Penyimpanan tahu pada suhu ruang menyebabkan mikroba cepat tumbuh. Hal ini dikarenakan suhu optimum bakteri gram positif yang menyebabkan kerusakan pada tahu adalah 30-37 C.. Pada suhu optimum tersebut, bakteri memperbanyak diri dengan cepat (Fardiaz,S. 1993). B).Pengukuran ph tahu. Gambar 2. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap ph pada suhu ruang dan suhu dari tahu takwa(tahu Malang) dengan dan tanpa penambahan asam laktat. Pada hasil penelitian rata-rata ph tahu tanpa penambahan dan dengan penambahan asam laktat semakin menurun dalam waktu penyimpanan. Penyimpanan pada suhu ruang lebih cepat penurunannya dibandingkan penyimpanan pada suhu. Terdapat kecenderungan dengan semakin lama penyimpanan maka ph tahu (II-7) Mandiri 3

semakin menurun bila dilakukan penambahan asam laktat. Penurunan nilai ph ini mungkin disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil penguraian protein oleh mikroba yang bersifat asam, sehingga aktivitas mikroba semakin berkurang. Pada tahu rakyat penyimpanan dengan penambahan Asam Laktat pada suhu ruang maupun suhu menunjukkan nilai ph yang hamper sama. Penyimpanan dengan Asam Laktat selama 2 hari pada suhu ruang dengan 3 hari pada suhu nilai ph tetap seperti pada tahu diawal penambahan Asam Laktat. Pada tahu Takwa (tahu Malang) penyimpanan dengan penambahan Asam Laktat baik pada suhu ruang maupun suhu nilai ph sedikit berubah dan terbaik pada penyimpanan hari ke-2 untuk suhu ruang dan hari ke- 3 untuk suhu. ( C ). Pengamatan mutu inderawi. Tekstur. 8 tekstur tahu rakyat 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 waktu penyimpanan (hari) tanpa (+) s. ruang dgn(+) s.ruang tanpa(+) s dgn(+) s Gambar 3. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap tekstur tahu rakyat pada suhu ruang dan suhu dengan dan tanpa penambahan asam laktat. Pengamatan terhadap tekstur tahu dilakukan dengan mengamati tekstur bagian luar tahu dengan cara dipijit oleh tangan dan skala pengamatan mulai dari 1 sampai dengan 9. Selama masa penyimpanan suhu tekstur tahu lebih baik dari pada penyimpanan pada suhu ruang. Pada penyimpanan dengan penambahan Asam Laktat tekstur tahu akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan tanpa penambahan Asam Laktat. Semakin lama penyimpanan tekstur tahu akan menurun dibandingkan dibandingkan pada awal penyimpanan. Hal ini terlihat pada penyimpanan setelah hari ke-3 tekstur tahu mulai menurun. Aroma khas tahu. 8 aroma khas tahu rakyat 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 tanpa (+) s. ruang dgn(+) s.ruang tanpa(+) s dgn(+) s waktu penyimpanan (hari) Gambar 4. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap aroma khas tahu dari tahu rakyat pada suhu ruang dan suhu dengan dan tanpa penambahan asam laktat. Tahu mengeluarkan aroma sangat khas yang membedakannya dengan produk pangan olahan kedelai lainnya. Penyimpanan tanpa penambahan asam laktat pada suhu ruang mempercepat aroma khas tahu berubah (II-7) Mandiri 4

menjadi asam. Sedangkan pada penambahan asam laktat pada penyimpanan suhu akan mempertahankan aroma khas tahu sedikit lebih lama. Aroma khas tahu rakyat akan berubah pada hari ke-2 untuk suhu ruang meskipun telah dilakukan penambahan Asam Laktat, sedang pada suhu akan bertahan aromanya pada hari ke-3. Untuk tahu Takwa (tahu Malang) aroma khas tahu bertahan hingga hari ke-3 pada suhu ruang dan hari ke-4 pada suhu. Warna tahu 6 warna tahu rakyat 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 waktu penyimpanan (hari) tanpa (+) s. ruang dgn(+) s.ruang tanpa(+) s dgn(+) s Gambar 5. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap warna tahu dari tahu rakyat pada suhu ruang dan suhu dengan dan tanpa penambahan asam laktat. Pengamatan warna tahu rakyat tanpa penambahan Asam Laktat pada suhu ruang semakin lama warna tahu semakin keruh mendekati kecoklatan. Sedang pada suhu sedikit lebih baik dibandingkan disimpan pada suhu ruang. Pengamatan warna tahu dengan penambahan Asam laktat baik pada tahu rakyat maupun tahu takwa (Malang) relatif stabil seperti pada awal penyimpanan bila disimpan pada suhu. Warna tahu mulai terlihat berubah pada hari ke-3 dengan penambahan Asam Laktat pada suhu ruang dan pada hari ke- 5 dengan penambahan Asam Laktat pada suhu. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Asam Laktat yang dihasilkan dari limbah kubis mempunyai kadar 7,20 mg/l. 2. Penggunaan Asam Laktat dengan kadar yang kecil (kurang dari 7,20 mg/l) tidak berpengaruh terhadap tahu yang akan diawetkan. 3. Penggunaan Asam Laktat sebagai bahan pengawet bisa dilakukan pada tahu rakyat maupun tahu takwa (Malang) dan tahu bisa bertahan hingga 5 hari pada tahu takwa (tahu Malang) dan 4 hari pada tahu rakyat. 4. Kondisi penyimpanan sangat berpengaruh, pada suhu pertumbuhan mikroba juga masih mencapai tahap tumbuh, yaitu tumbuh lebih lambat untuk tahu yang disimpan pada suhu dan tumbuh lebih cepat untuk tahu yang disimpan pada suhu ruang. DAFTAR PUSTAKA Agus Krisno, 2004, Mikrobiologi Terapan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Apriyanto, 1984, Pengolahan Berbagai Macam Tanaman, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Buckle, Edwards, Fleet, Wooton, 1987, Ilmu Pangan (Terjemahan), Universitas Indonesia Press, Jakarta. Eti Widayati, 1997, Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar, Penebar Swadaya, Jakarta. Fardiar,S,1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, PT Radja Grafindo, Jakarta. Leni, 2004, Keunggulan Makanan Fermentasi, Cakrawala-Pikiran Rakyat Cyber Media. Munas Martynis dan Ellyta Sari, 2003, Pemanfaatan Limbah Kubis Menjadi Asam Laktat, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses, ISSN : 1411 4216. (II-7) Mandiri 5

Nur Hidayat, Masdiana, Sri, 2006, Mikrobiologi Industri, ANDI, Yogyakarta. Pracaya, 1994, Kol Alias Kubis, Penebar Swadaya, Jakarta Stainer R,y, E A, Aldelberg, J.L. Ingraham, 1976, Microbial Word, Prentice Hall Inc, New Jersey. Stephen, A.M, 1998, Regulatory Aspects of Functional Product Foods, Biochemical and Processing Aspects, technomic Publishing Co.Inc. Lancaster. Suharto, 1991, Teknologi Pengawetan pangan, Rineka Tjipta, Jakarta. Winarno, 2004, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. http:// www.tabloidnova.com http://en.wikipedia.org/wiki/lactic_acid http://id.wikipedia.org/wiki/kubis http://www.gatra.com (II-7) Mandiri 6