PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN

dokumen-dokumen yang mirip
KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

Kemampuan yang ingin dicapai:

PENENTUAN KADAR AIR LAPIS TUNGGAL MENGGUNAKAN PERSAMAAN BRUNAUER-EMMETT-TELLER (BET) DAN GUGGENHAIM-ANDERSON-deBOER (GAB) PADA BUBUK TEH

UJI VARIASI SUHU PENGERINGAN BIJI KAKAO DENGAN ALAT PENGERING TIPE KABINET TERHADAP MUTU BUBUK KAKAO SKRIPSI

HISTERESIS PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI LENGAS KAKAO BUBUK SKRIPSI

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

DARl KELAPA KMINA-1, KHINA-2 DAN KHINA-3

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

BAB IV HASIL PENGAMATAN. Natrium Asetat Hari Berat Alufo Berat Awal sampel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG MERAH (Alium Ascalonicum. L) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ERK (Greenhouse)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan a w dalam Pendugaan dan Pengendalian Umur Simpan

PERPINDAHAN MASSA PADA PENGERINGAN JAHE MENGGUNAKAN EFEK RUMAH KACA *

Devi Yuni Susanti 1), Joko Nugroho Wahyu Karyadi 1), dan Setiawan Oky Hartanto 2) Mada Jl. Flora No 1. Bulaksumur, Yogyakarta 55281; ABSTRACT

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

THE MOISTURE CONTENT INCREASE OF DRIED COCOA BEANS DURING STORAGE AT ROOM TEMPERATURE

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengolahan Abon Ikan Karandang (Channa pleurophthalmus) dengan Penambahan Kelapa Parut

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU AKIBAT PERBEDAAN SUHU PENGERINGAN

Larutan garam jenuh (Saturated salt) CH 3 COOK MgCl 2 K 2 CO 3 NaBr NaNO 3

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

MODEL MATEMATIKA KADAR AIR KESEIMBANGAN DUA PARAMETER UNTUK LADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

SUATU KAJIAN TENTANG PENGAWETAN IKAN MENGGUNAKAN LARUTAN GARAM DINGIN SKRIPSI. Oleh: KORNEL LUMBANTORUAN / THP

Campuran udara uap air

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PADA PENYIMPANAN DINGIN TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PENGEMASAN VAKUM MENGGUNAKAN MODEL ARRHENIUS

PENGARUH BAHAN KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN KADAR AIR KOPI BUBUK (Coffea sp.) PADA BERBAGAI SUHU DAN RH UDARA

SKRIPSI OLEH : HONDY HARTANTO

PENGERINGAN KERUPUK SINGKONG MENGGUNAKAN PENGERING TIPE RAK. Joko Nugroho W.K., Destiani Supeno, dan Nursigit Bintoro ABSTRACT

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

PENGARUH KONSENTRASI BUSA

PROSESSING BENIH. Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN KACANG TANAH. (Implementation Of DCS System and Appliance Rotary Dryer for

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Lampiran 2.Rataan persentasi perkecambahan (%)

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

PERUBAHAN KADAR LEMAK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SELAMA PROSES FERMENTASI SPONTAN PADA BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

Keywords : Drying bamboo shoots, drying, drying rate, temperature of drying.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 1, Maret 2015

EFEK SUHU TERHADAP MOISTURE SORPTION ISOTHERM DARI IKAN KERAPU (Epinephelus merra) ASIN KERING DAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) ASAP

MODEL MATEMATIS PENGERINGAN LAPISAN TIPIS BIJI KOPI ARABIKA (Coffeae arabica) DAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffeae cannephora) ABSTRAK

UJI UNJUK KERJA ALAT PENGERING TIPE RAK MODEL TETA 17 PADA PENGERINGAN BIJI PALA. Dosen Program Studi Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

STUDI PENGARUH JUMLAH FORMULASI RAGI INOKULUM DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP MUTU BIJI KOPI

PENGEMBANGAN DAN EVALUASI TEKNIS ALAT PENGERING KOPRA JENIS TRAY DRYER

Air. Shinta Rosalia Dewi

Determination of Thin Layer Drying Characteristic of Globefish (Rastrelliger sp.)

Pengeringan Untuk Pengawetan

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

DAFTAR TABEL. 1. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g Karakteristik amilosa dan amilopektin... 11

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PKM-P PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MUTU IKA KAKAP MERAH YA G DIOLAH DE GA PERBEDAA KO SE TRASI LARUTA GARAM DA LAMA PE GERI GA

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

Transkripsi:

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN Sri Widata Dosen DPK Pada Politeknik LPP Yogyakarta E-mail: swidhata@yahoo.co.id ABSTRAK Kakao merupakan produk yang dapat mengalami proses pelepasan lengas (desorpsi) ketika kadar lengasnya lebih tinggi dibanding lengas setimbangnya. Proses pelepasan lengas ini umumnya mengakibatkan adanya aktivitas mikroorganisme yang selalu dapat menurunkan kualitas produk. Proses desorpsi ini perlu dipelajari dan diketahui agar ketika disimpan, kakao tetap berkualitas tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya nilai desorpsi yang terjadi pada produk kakao fermentasi pada berbagai suhu dan kelembaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,8% sampel, telah mengalami proses desorpsi, hal ini terjadi pada semua suhu yaitu 20 C, 30 C dan suhu 50 C. Nilai desorpsi tertinggi adalah 0,1473 terjadi pada suhu 50 C, dengan kelembaban 11%. Sedangkan nilai desorpsi terendah adalah 0,0133 terjadi pada suhu 20 C dengan kelembaban 54%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan naiknya suhu maka menyebabkan proses desorpsi semakin besar. Sebaliknya dengan naiknya kelembaban maka menyebabkan proses desorpsi yang terjadi semakin menurun. Kata kunci: desorpsi, fermentasi kokoa, temperature dan kelembaban ABSTRACT Cocoa is product of can to experience desorptions process, when moisture content more than equillibrium moisture content. This of moisture desorptions process, as usually to result in unbelievable activity of microorganism. That is often can to drop of product quality. Desorptions process necessary to study and to know so that if to preserve, cocoa fixed of high quality. The obyectives of this research is known bigness of desorptions value is happen at cocoa fermented of product. The result of research was shown that 77,8% sample, to experience desorptions prosess. This to happen at temperature 20 C, 30 C and 50 C. Highest of desorptions value is 0,1473 and to happen at temperature 50 C with humidity 11%. Just low of desorptions value is 0,0133 and to happen at temperature 20 C with humidity 54%. The result of research also shown that increase of temperature cause to heighten of desorptions process. Just with increase of humidity cause to decrease of desorptions process. Key words: desorptions, fermented cocoa, temperature and humidity PENDAHULUAN Tanaman kakao (Theobroma Cacao L) merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai prospek menjanjikan, tetapi apabila faktor pemeliharaan tanaman serta penanganan pasca panennya tidak diperhatikan dengan baik maka tingkat produksi dan kualitasnya akan rendah. Buah kakao dipanen pada umur (5,5 6) bulan, biji kakao yang sudah dikeluarkan dari kulitnya selanjutnya akan mengalami proses fermentasi, hal ini bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak (Anonim, 2008). Bahan hasil pertanian apabila diletakkan dalam udara terbuka maka pada suhu dan kelembaban tertentu, kadar lengasnya akan mencapai kesetimbangan dengan sekelilingnya (Equilibrium Moisture Content). Setiap kelembaban nisbi pada suhu tetap, dapat menghasilkan kadar lengas setimbang tertentu, menurut Henderson dapat dibuat dalam parameter dan suatu rumus empiris yang menghubungkan antara besarnya kelembaban nisbi, suhu dengan kadar lengas setimbang tersebut. (Hall, 1980). n - kt (M) (1 Aw) = e parameter: Aw : aktifitas air (%) k, n : Konstanta T : Suhu absolute (ºK) M : Kadar lengas setimbang (%) E : 2,303 157

Dari rumus empiris di atas akan tampak bahwa kekhususan masing masing produk terletak pada perbedaan konstanta k dan n dan setiap suhu akan mempunyai kadar lengas setimbang tersendiri. Produk dengan lengas lebih rendah dari kadar lengas setimbang akan menyerap lengas (adsorpsi) sampai dicapai kesetimbangan, sedangkan produk dengan lengas lebih tinggi dari kadar lengas setimbang akan melepas/menguapkan lengas (desorpsi) sehingga tercapai kesetimbangan. Jumlah kandungan air bebas produk yang mengalami absorpsi lengas, akan mempengaruhi daya tahan produk tersebut terhadap serangan mikroorganisme, karena besar kecilnya absorpsi lengas yang terjadi pada produk akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini disebut dengan water activity (Aw) yaitu jumlah air bebas produk yang dapat dimanfaatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme (Winarno, 1984). Desorpsi lengas merupakan mobilitas molekul molekul air dari keadaan terikat dalam produk ke keadaan air bebas di udara lingkungan. Gerakan molekul air ini akan berhenti apabila telah terjadi kesetimbangan antara lengas produk dengan lingkungan (Gunarif, 1988). Besar dan kecilnya proses desorpsi ini akan sangat tergantung pada kadar lengas produk, suhu dan kelembaban nisbi, artinya bahwa suatu produk pada kelembaban tertentu akan mengalami proses desorpsi yang berbeda pada berbagai tingkatan suhu. Kakao merupakan salah satu produk hasil pertanian yang mempunyai sifat higroskopis. Hal ini berarti, untuk mencapai kesetimbangannya, produk kakao dapat mengalami proses desorpsi. Penanganan pasca panen khususnya penyimpanan produk harus dilakukan dengan hati hati, karena bersamaan dengan adanya aktifitas air bebas yang terjadi pada proses desorpsi, sering disertai dengan aktifitas pertumbuhan mikroorganisme. Aktifitas mikroorganisma akan dapat menurunkan kualitas produk yang disimpan. Sesuatu yang lebih diperhatikan dalam penanganan pasca panen kakao adalah berusaha mengetahui besar kecilnya proses sorpsi yang terjadi pada biji kakao tersebut dan kemudian berusaha mengurangi kadar lengas biji kakao sampai mencapai kadar lengas setimbang dengan lingkungannya, sehingga ketika mengalami penyimpanan, maka produk tetap berkualitas tinggi. (Harsono, 1979). Proses desorpsi harus diminimalkan, hal ini untuk menekan aktifitas pertumbuhan mikroorganisme sehingga produk yang disimpan tetap berkualitas tinggi. Beberapa teori telah dikemukakan untuk menggambarkan proses desorpsi suatu bahan/ produk hasil pertanian, namun untuk produk kakao masih jarang dilakukan, oleh karena itu penelitian tentang hal ini perlu dilakukan, dengan tujuan untuk mempelajari ada dan tidaknya proses desorpsi serta mengetahui besar kecilnya nilai desorpsi yang terjadi pada biji kakao diberbagai suhu dan kelembaban. Nilai desorpsi biji kakao pada berbagai suhu dan kelembaban dapat digunakan untuk menentukan nilaiu kadar lengas yang aman jika kakao tersebut akan disimpan. METODE Bahan dan Alat Bahan yang dipakai adalah biji kakao terfermentasi basah dengan kadar lengas 19%. Kemudian larutan garam jenuh, hal ini digunakan untuk membuat variasi kelembaban nisbi (RH) yaitu LiCL untuk RH 11%; MgCL2.6H2O untuk RH 33%; Mg(NO3)2.6H2O untuk RH 54%; NaCL untuk RH 75%; KCL untuk RH 85% dan KNO3 untuk RH 95%. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol timbang untuk tempat kakao fermentasi yang diteliti, toples untuk kondisi ruang dengan RH tertentu, thermometer, thermostat dan timbangan analisis. Peralatan yang lain adalah inkubator dengan elemen pendingin untuk membuat suhu 20 C dan inkubator dengan elemen pemanas berfungsi untuk membuat suhu 30 C dan 50 C, Cara Penelitian Penelitian ini dimulai dengan menyediakan sampel biji kakao fermentasi basah yang masih segar dengan kadar lengas awal 19%. Selanjutnya kakao fermentasi dengan kadar lengas awal 19% ini diletakkan dalam masing-masing botol timbang. Bersamaan dengan itu, disiapkan enam buah toples yang masing-masing diisi dengan larutan garam jenuh. Toples pertama berisi LiCL sehingga mempunyai RH 11%; toples kedua berisi MgCL2.6H2O sehingga mempunyai RH 33% dan seterusnya sampai toples keenam berisi KNO3 sehingga mempunyai RH 95%. Masing-masing toples tersebut berisi tiga buah botol timbang yang di dalamnya terdapat biji kakao fermentasi dengan kadar lengas 19%. Selanjutnya masing masing toples tersebut secara acak diletakkan ke dalam inkubator yang bersuhu 50 C untuk diuji kadar lengas setimbangnya. Proses desorpsi produk akan diketahui dan dipelajari dari pengamatan tersebut. Cara yang sama dengan langkah tersebut, diulang pada inkubator dengan suhu 30 C dan suhu 20 C. 158 Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 157 161

Analisa Data Pada penelitian ini akan diperoleh data kadar lengas setimbang pada berbagai variasi suhu dan kelembaban (RH). Dari data kadar lengas setimbang tersebut dapat diketahui proses desorpsi yang terjadi pada biji kakao fermentasi tersebut. Hipotesa dari penelitian ini adalah akan terjadi proses desorpsi dengan variasi yang berbeda pada berbagai tingkatan suhu dan kelembaban (RH). Validasi hipotesa ini, perlu dibuktikan dengan suatu analisa statistik dan suatu kurva desorpsi pada berbagai tingkatan suhu. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses desorpsi terjadi apabila kadar lengas setimbang produk kakao fermentasi mempunyai nilai yang lebih rendah dari kadar lengas awal produk. Dengan demikian besar kecilnya nilai desorpsi dapat dilihat dari kadar lengas setimbang suatu produk kakao tersebut. Hasil penelitian dari nilai kadar lengas setimbang desorpsi produk kakao fermentasi terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Kadar lengas setimbang pada proses desorpsi produk kakao fermentasi Suhu ( C) Kelembaban (RH)% 0,11 0,33 0,54 0,75 0,85 0,95 20 0,0867 0,0950 0,1767 0,2250 0,3102 0,4370 30 0,1106 0,1312 0,1698 0,1764 0,1764 0,3326 50 0,0427 0,0538 0,0654 0,0848 0,0923 0,0961 Gambar 1. Grafik Kadar lengas setimbang proses desorpsi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nilai kadar lengas setimbang produk kakao fermentasi, nilainya lebih kecil dari nilai kadar lengas awal produk yaitu 19%. Hal ini menunjukkan bahwa produk kakao fermentasi telah mengalami proses desorpsi. Demikian pula dari Gambar 1 tampak bahwa dengan naiknya suhu akan semakin memperkecil nilai kadar lengas kesetimbangan produk, artinya bahwa nilai desorpsi yang terjadi semakin besar pada produk kakao tersebut. Sementara pada suhu tetap, dari penelitian di atas terlihat bahwa dengan semakin naiknya kelembaban (RH) maka akan memperbesar nilai kadar lengas kesetimbangan. Hal ini berarti nilai desorpsi yang terjadi pada produk kakao tersebut semakin kecil. Hasil penelitian tentang nilai desorpsi (pelepasan lengas) pada berbagai suhu dan kelembaban terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Nilai Desorpsi Produk Kakao Fermentasi Suhu ( C) Kelembaban (RH)% 0,11 0,33 0,54 0,75 0,85 0,95 20 0,1033 0,0950 0,0133-0,0350-0,1202-0,2470 30 0,0794 0,0588 0,0202 0,0136 0,0136-0,1426 50 0,1473 0,1362 0,1246 0,1052 0,0977 0,0939 Hasil penelitian seperti ditunjukkan pada tabel 2, terlihat bahwa lebih kurang 77,8% sampel biji kakao fermentasi mengalami proses pelepasan lengas dari produk biji kakao ke udara bebas (lingkungan). Pada suhu 20 C tampak bahwa 50% sampel mengalami proses desorpsi. Sementara untuk suhu 30 C tampak bahwa 83% dari sampel biji kakao fermentasi mengalami proses desorpsi, kemudian untuk suhu 50 C seluruh sampel biji kakao (100%) mengalami proses desorpsi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses desorpsi telah/dapat terjadi pada biji kakao fermentasi, sampai dicapai lengas setimbang dengan lingkungan. Biji kakao yang terfermentasi, daging buahnya (pulp) yang masih menempel pada kulit lebih mudah hilang (Harsono, 1979), sehingga biji kakao akan bersifat permeabel yaitu mudah ditembus. Oleh karena itu jika biji kakao diletakkan pada lingkungan dengan lengas lebih rendah dari lengas biji kakao maka akan terjadi mobilitas molekul-molekul air (lengas) dari dalam biji kakao ke udara lingkungan sampai dicapai lengas setimbang antara biji kakao dengan lingkungan. Hal inilah yang disebut proses desorpsi yang dialami oleh biji kakao fermentasi tersebut. Hasil analisa pengaruh suhu dan kelembaban (RH) terhadap nilai desorpsi, lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2. Dari data dan grafik pada gambar 2 terlihat bahwa pada kelembaban (RH) yang sama, maka dengan naiknya suhu, proses pelepasan lengas (desorpsi) biji kakao fermentasi yang terjadi adalah semakin besar. Selanjutnya sesuatu terjadi sebaliknya di mana pada suhu tetap, dengan semakin naiknya kelembaban (RH) maka nilai pelepasan lengas (desorpsi) yang terjadi akan semakin kecil. Widata: Perubahan Nilai Desorpsi Produk Kakao Fermentasi 159

Tabel 4. Analisa statistik pengaruh kelembaban (RH) terhadap nilai desorpsi pada biji kakao Fermentasi F. tabel SK DB JK KT F. hitung 5% 1% Kelompok 2 0,0719 0,0359 9,7027 4,10 7,56 RH 5 0,0869 0,0174 4,7027* 3,33 5,64 Galat 10 0,0365 0,0037 Total 17 0,1953 Keterangan: * : nyata Gambar 2. Grafik pengaruh suhu dan kelembaban (RH) terhadap nilai desorpsi Hal ini sesuai dengan teori Hall bahwa dengan semakin naiknya suhu maka kadar lengas setimbang akan semakin rendah (Hall, 1980), sehingga dengan demikian proses pelepasan lengas (desorpsi) yang terjadi akan semakin besar. Sementara pada kondisi suhu tetap, kenaikan kelembaban (RH) akan menaikkan nilai kadar lengas setimbang sehingga proses pelepasan lengas (desorpsi) biji kakao fermentasi akan semakin kecil. Suatu analisa statistik sangat diperlukan untuk menguji hipotesa adanya variasi nilai desorpsi lengas biji kakao karena pengaruh suhu. Uji statistik dilakukan pada tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Analisa statistik pengaruh suhu terhadap nilai desorpsi pada biji kakao fermentasi F. tabel SK DB JK KT F. hitung 5% 1% Kelompok 5 0,0869 0,0174 4,7027 3,33 5,64 Suhu 2 0,0719 0,0359 9,7027** 4,10 7,56 Galat 10 0,0365 0,0037 Total 17 0,1953 Keterangan: ** : Sangat nyata Hasil analisa statistik pengaruh suhu terhadap nilai desorpsi biji kakao fermentasi terlihat bahwa Fhitung > F table, dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata dari perlakuan suhu 20 C, 30 C dan 50 C terhadap hasil nilai desorpsi lengas biji kakao fermentasi tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa variasi suhu dapat berpengaruh terhadap nilai desorpsi produk. Hasil analisa statistik untuk uji pangaruh kelembaban terhadap nilai desorpsi biji kakao fermentasi terlihat pada tabel 4. Hasil uji statistik pengaruh kelembaban (RH) terhadap nilai desorpsi pada taraf uji 5%, menunjukkan bahwa Fhitung > F table, sedangkan pada taraf uji 1%, menunjukkan bahwa F hitung < F table. Analisa ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata akan variasi kelembaban (RH), terhadap nilai desorpsi biji kakao fermentasi. Hal ini menunjukkan bahwa variasi kelembaban berpengaruh nyata terhadap nilai desorpsi lengas yaitu semakin besar kelembaban (RH) maka akan menyebabkan nilai desorpsi produk kakao fermentasi akan semakin kecil. Secara keseluruhan hasil analisa di atas semakin menunjukkan bahwa nilai desorpsi produk kakao dipengaruhi oleh suhu, kelembaban (RH), kadar lengas awal produk dan nilai kadar lengas setimbang. Nilai desorpsi ini,menyebabkan adanya aktifitas lengas bebas yang berasal dari produk ke udara lingkungan. Aktifitas lengas bebas perlu diperhatikan karena fluktuasi lengas bebas ini, akan dimanfaatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme. Lengas bebas harus diminimalkan sehingga pertumbuhan mikroorganisma dapat ditekan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas produk kakao fermentasi tersebut. SIMPULAN Proses desorpsi (pelepasan lengas) dapat terjadi pada biji kakao fermentasi. Hal ini terlihat dari sekitar 77,8% sampel biji kakao fermentasi mengalami proses desorpsi. Analisa Statistik menunjukkan bahwa suhu berpengaruh sangat nyata terhadap nilai desorpsi biji kakao fermentasi yaitu kenaikan suhu akan memperbesar nilai desorpsi yang terjadi pada biji kakao tersebut. Variasi kelembaban (RH) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai desorpsi biji kakao fermentasi yaitu adanya kenaikan kelembaban (RH) akan memperkecil nilai desorpsi produk. 160 Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 157 161

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Budidaya Kakao/Coklat (Theobroma Cacao) Edisi I PT. Natural NusantaraDonald, dkk. 1992. Drying and Storage of Grains and Oil Seeds. Published by Van Nostrand Reinhold. New York Gunarif. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Hall. C.W. 1980. Drying and Storage of Agriculture Crops. AVI Publishing Company. Inc. Westport connecut. Harsono. 1979. Pengolahan Kakao. Yayasan Pembina Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta. Winarno F.G. 1984. Kimia Pangan. PT. Gramedia Jakarta. Widata: Perubahan Nilai Desorpsi Produk Kakao Fermentasi 161