BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memperlihatkan pihak Amerika sebagai penyelamat bagi negara-negara lain.

2 yang ditunjukkan para suporternya membuat wajah sepak bola menjadi garang dan sangat mengerikan. Dari fanatisme kemudian lahir bibit-bibit hooligan,

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

Desember 2012 jam wib.

BAB I PENDAHULUAN. sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di. seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang bersifat audio-visual, audio berarti

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikomersilkan. Begitu banyak kompetisi olahraga yang populer di dunia, seperti basket,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

Pengaruh Tayangan Sinetron Ftv Bagi Perkembangan Psikis Remaja Indonesia Saat Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol atas wacana publik. Media juga dapat menjadi alat resistensi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman, film merupakan salah satu media

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan aktivitas kehadiran orang lain. Menurut Johnson (1980, h. 181),

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga dengan penggunaan teknik super slow motion berjudul ASA.

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian dalam industri tersebut. Olahraga menjadi bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan.

BAB I PENDAHULUAN. Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang berisi pesan-pesan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita tahu bahwa Reality Show adalah program televisi termuda yang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

Analisis: penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online.

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita tanpa

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus. 1 Gambar bergerak adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : diakses tanggal 24 Januari 2016 pukul 21:05

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bagi saya, arti sebenarnya menjadi Raja besar, adalah selalu melakukan hal yang benar tanpa sesumbar. Kenny Dalglish

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sepakbola telah menjadi cabang olahraga yang paling multikultural. Syarif

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu bentuk media massa. Secara umum media massa memiliki fungsi sebagai penyalur informasi, hiburan, dan pendidikan. Film merupakan media audio visual yang sangat menarik karena sifatnya yang banyak menghibur khalayak dengan alur ceritanya. James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dalam tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik), dan Movies (sebagai barang dagangan). Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramahceramah penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan, bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit (Effendy, 2003:209). Selain menjadi medium, film merupakan cermin atau jendela masyarakat di mana media massa itu berada (Mulyana, 2008:89), sehingga cerita yang diangkat di dalamnya pun banyak menceritakan kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat serta kesenjangan-kesenjangan yang timbul akibat adanya suatu masalah yang terjadi. Oleh karena itu, fungsi film yang dapat menjadi media ekspresi khalayak masyarakat dari berbagai golongan. Salah satu film yang mengambil kisah tentang kehidupan sosial di masyarakat adalah film Awaydays. Film Awaydays adalah sebuah film drama yang menceritakan tentang kehidupan penggemar sepak bola di Inggris. Film yang mendapatkan rating 5,8 versi Internet Movie Database (IMDb) ini dirilis

pada tanggal 22 Mei 2009 dan disutradarai oleh Pat Holder. Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama oleh Kevin Sampson yang awalnya diterbitkan sebelas tahun sebelumnya pada tahun 1998. Bagi pecinta sepak bola, film ini sangat menarik dengan menceritakan tentang penggemar sepak bola yang sangat kental dalam film ini. Awaydays merupakan salah satu film yang disumbangkan oleh British Council untuk ajang Festival Film Eropa atau Europe On Screen pada tahun 2009 di kota Bandung, Jawa Barat. (http://showbiz.liputan6.com/read/249370/film-peraih-fringe-report-awardramaikan-ffe, diakses tanggal 16 Januari 2016 pukul 22.10 WIB). Film ini hanya diputar sekali di Bandung pada tiga November 2009 dengan pertimbangan biaya yang tinggi dikarenakan film ini dirilis pada 6 bulan sebelumnya, yaitu pada tanggal 22 Mei 2009. Meskipun film ini banyak menyuguhkan adegan kekerasan, film ini berhasil meraih penghargaan sebagai Best Feature Film dalam ajang Fringe Report Award pada tahun 2009 di London, Inggris. (http://www.imdb.com/event/ev0001435/2009?ref_=ttawd_ev_1, diakses tanggal 16 Januari 2016 pukul 22.15 WIB). Film ini mengisahkan tak semata-semata film tentang keberingasan pendukung sepak bola di Inggris. Film ini sesungguhnya lebih menitikberatkan pada pencarian jati diri seorang remaja yang berusaha agar keberadaan dirinya diakui oleh kelompok hooligans (http://www.telegraph.co.uk, diakses tanggal 15 Januari 2016 pukul 20.25 WIB). Film ini berlatar tahun 1979 di kota Merseyside, Inggris. Negara ini merupakan asal mula hooligans lahir dan berkembang. Selama 105 menit menyaksikan film ini, penonton hanya disuguhi sekitar 20 detik adegan permainan sepak bola. Selebihnya isi film ini menampilkan banyak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok hooligans seperti melawan polisi, berkelahi antar hooligans, membuat kerusuhan dikota, dan sebagainya. Film Awaydays juga menampilkan kultur fashion kasual sepak bola yang mulai berkembang di masa itu. Film Awaydays juga memberikan informasi tentang kehidupan suporter sepak bola di Inggris yang cenderung penuh dengan aksi hooliganisme.

Gambar 1.1 Cover Film Awaydays ( https://en.wikipedia.org/wiki/file:awaydays_poster.jpg, diakses 12 Desember 2015 pukul 01:16 WIB) Hooliganisme secara luas dianggap sebagai perilaku nakal dan merusak oleh pendukung tim sepak bola yang terlalu bersemangat. Perilaku ini sering terjadi karena adanya persaingan antara tim yang berbeda dan konflik dapat terjadi sebelum atau setelah pertandingan sepak bola. Para hooligans sering memilih lokasi jauh dari stadion untuk menghindari penangkapan oleh polisi, akan tetapi konflik juga bisa meletus secara spontan di dalam stadion atau di jalan-jalan sekitarnya. Gambar 1.2 Hooligans Inggris dan Rusia Terlibat Bentrok (http://images.detik.com/community/media/visual/2016/06/12/0bd4210f-3d4f- 4d56-9bf8-a017b6580d83_169.jpg?w=780&q=90, diakses 22 Juni 2016 pukul 15:16 WIB) Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu, aksi hooliganisme kembali terjadi pada ajang Euro 2016. Bentrokan antar suporter Euro 2016 terjadi di

Marseille, Perancis untuk kali kedua dalam dua malam berturut-turut. Kericuhan terjadi pada Jumat malam (10/6/2016) jelang laga Inggris melawan Rusia. Kedatangan para hooligans Inggris tersebut untuk mendukung timnas Inggris yang akan bertanding melawan Russia pada Minggu (12/06) WIB (http://www.inddit.com/s-e1lop3/suporter-inggris-kembali-bentrok-denganpemuda-perancis-dan-superter-rusia, diakses tanggal 20 Juni 2016 pukul 02:12 WIB). Sepak bola merusuh atau hooliganisme merupakan stereotip sepakbola yang berasal dari Inggris, tapi kemudian menjadi fenomena global (Wahyudi, 2009:101). Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang telah berpengalaman dalam bepergian, mereka sering menonton pertandingan yang beresiko besar, banyak dari mereka sering keluar-masuk penjara karena terlibat bentrok fisik untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan untuk berkelahi mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim yang mereka dukung dan memilih pakaian asal-asalan agar tak dideteksi oleh polisi. Pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti presentasi hooliganisme yang terdapat di film Awaydays. Menyikapi hooliganisme merupakan salah satu kekerasan gaya baru, hal ini terjadi karena terdapatnya simbol-simbol yang ada dari hooliganisme modern tidak berakar lagi dari ideologi asalnya, melainkan kini hooliganisme sudah menjadi gaya hidup. Bagi peminat olahraga khususnya sepakbola, kata hooligan bukanlah kosakata asing lagi. Hooligan merujuk pada pendukung fanatik Inggris, yang hampir pada setiap pertandingan berbuat kerusuhan sehingga dalam banyak kasus, pendukung fanatik ini kerap berurusan dengan kepolisian karena tidak menunjukan sportivitas dan tidak bisa menerima kekalahan (Wahyudi, 2009: 98). Meskipun negara-negara lain lain juga memiliki hooligan,namun diyakini aksi kekerasan sepak bola ala Inggris lebih dominan karena tiga alasan. Pertama, Inggris mengklaim sebagai penemu sepak bola modern. Kedua, hooligan Inggris selalu tampil sebagai biang huru-hara. Ketiga, Inggris lebih suka melakukan kekerasan di kancah internasional.

Tabel 1.1 Tragedi Di Stadion Sepak Bola Di Kawasan Britania Raya Tahun Lokasi Pertandingan Peristiwa Korban 1902 Ibrox Park Skotlandia melawan Inggris Teras stadion roboh 50 orang tewas, 500 terluka 1914 Hillsborough Sheffield Wednesday Tembok runtuh 80 orang terluka 1914 Turf Moor Burnley FC Para penonton 1 orang tewas ricuh 1946 Burnden Park Bolton Wanderers melawan Stoke City Penonton berdesakan 33 orang tewas, 400 terluka 1957 Shawfield Barrier Celtics melawan Clyde Tribun runtuh 1 orang tewas, 50 terluka 1961 Ibrox Park Glasgow Rangers Pagar pembatas 2 orang tewas runtuh 1971 Ibrox Park Rangers melawan Celtics Pagar pembatas roboh 66 orang tewas, ratusan terluka 1985 Valley Parade Bradford City melawan Lincoln Kebakaran 56 orang tewas, ratusan terluka City 1985 St. Andrews Birmingham Tembok roboh 1 orang tewas melawan Leeds United 1989 Hillsborough Liverpool melawan Nottingham Forest Penonton berdesakan 96 tewas, ratusan terluka (Sumber : Hari Wahyudi, The Land Of Hooligans, 2009:121) Di film Awaydays ini terdapat berberapa sequences yang menampilkan perilaku dan kegiatan hooliganisme. Aksi hooliganisme yang ada di film ini menggambarkan kekerasan kekerasan yang terjadi antar pendukung tim sepak bola di Inggris. Dalam film Awaydays terdeapat empat sequences yang menjadi perhatian peneliti. Pada sequences pertama terdapat seorang hooligans yang

berkelahi di bangku stadion saat pertandingan sedang berlangsung. Sequences kedua terdapat dua kelompok hooligans yang berhadapan di bawah jembatan. Sequences ketiga adanya aksi perkelahian antar dua kubu hooligans di jalan raya. Sequences keempat terdapat adegan para hooligan yang sedang melakukan perayaan kemenangan di kereta api. Pada sequences kelima adanya aksi perkelahian antar dua kelompok hooligan di terowongan. Serta di sequences keenam terdapat aksi perkelahian antar hooligan disebuah jalan kecil dekat stasiun kereta api. Dari enam sequences seperti menunjukan tanda-tanda yang ingin disampaikan oleh film ini terkait aksi hooliganisme. Simbol atau tanda yang terdapat pada sequences tersebut syarat akan pesan dan makna. Dalam kajian ilmu komunikasi, terdapat salah satu metode analisis yang mengkaji tentang simbol atau tanda, yaitu analisis semiotika. Semiotika akan membantu peneliti dalam menelaah simbol atau tanda yang ada di film ini. Tanda itu menunjuk sesuatu, yakni objeknya (Fiske, 2007:60). Sederhananya, semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film Awaydays. Dalam menggunakan teori penelitian, peneliti menggunakan teori John Fiske dikarenakan dalam teori yang dikemukakan oleh Fiske terdapat tiga level yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi unsur hooliganisme yang ada dalam film tersebut. John Fiske dalam bukunya Television Culture merumuskan teori The Codes of Television yang menyatakan peristiwa telah di-enkode oleh kodekode sosial. Pada teori The Codes of Television John Fiske merumuskan tiga level proses pengkodean : 1) Level Realitas, 2) Level Representasi, dan 3) Level Ideologi. Maka dari itu proses pengkodean Fiske tersebut dapat menjadi acuan sebagai pisau analisa peneliti dalam mengungkap presentasi hooliganisme yang terkandung dalam film Awaydays. Berlandaskan dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menganalisis sebuah film berdasarkan teori kode-kode televisi John Fiske yang terdapat dalam film Awaydays. Oleh karena

itu, penelitian ini berjudul: Presentasi Hooliganisme dalam Film (Analisis Semiotika John Fiske dalam Film Awaydays). 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah Bagaimana presentasi hooliganisme dalam film Awaydays?. Dalam penelitian permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hooliganisme ditampilkan pada level realitas dalam film Awaydays? 2. Bagaimanakah hooliganisme ditampilkan pada level representasi dalam film Awaydays? 3. Bagaimanakah hooliganisme ditampilkan pada level ideologi dalam film Awaydays? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah hooliganisme ditampilkan pada level realitas dalam film Awaydays. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah hooliganisme ditampilkan pada level representasi dalam film Awaydays. 3. Untuk mengetahui bagaimanakah hooliganisme ditampilkan pada level ideologi dalam film Awaydays. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan memberi banyak manfaat dalam bidang akademis dan bidang praktis. 1.4.1 Bidang Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, secara khusus untuk yang ingin meneliti menggunakan

semiotika yang membedah makna dan tanda dalam sebuah karya dalam hal ini sebuah film. 1. Peneliti: Penelitian diharapkan berguna sebagai aplikasi ilmu, yaitu mengkaji langsung tentang analisis semiotika dalam sebuah film. Dalam hal ini hooliganisme dapat menjadi pengetahuan sendiri bagi peneliti. 2. Universitas : Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa. Sehingga para peneliti yang ingin meneliti dengan tema yang sama bisa mendapatkan suatu gambaran mengenai film yang ingin diteliti. 1.4.2 Bidang Praktis Selain kegunaan secara akademis, penelitan ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai kalangan. 1. Khalayak : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang kajian semiotika secara menyeluruh mengenai pemaknaan dalam sebuah film. Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi insan persepak bolaan khususnya dalam ranah supporter mengenai hooliganisme dalam sepak bola. 2. Praktisi Perfilman : Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi perfilman terutama untuk memberikan rujukan bagaimana membuat film yang sarat akan muatan makna.

1.5 Tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mengetahui seperti apa tahap tahap dalam penelitian tersebut. Dan seperti yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan penelitian secara sistematis Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Gambar 1.3 Tahapan Penelitian Memilih Topik Menentukan Objek Penelitian Menentukan Metode Pengolahan Mengklasifikasi Data Menganalisis Data Kesimpulan Sumber : Alex Sobur, Analisis Teks dan Media, 2009:15

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dari berbagai sumber, baik buku maupun penelitian terdahulu yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Komunikasi dan Bisnis yang ada di Universitas Telkom dan kediaman penulis sebagai tempat peneliti mengamati film yang berkaitan dengan penelitian. 1.6.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dibutuhkan rentang waktu dari bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Mei 2016. Tabel 1.2 Waktu Penelitian No. Tahapan FEB 2016 MAR 2016 Bulan APR MEI 2016 2016 JUN 2016 JUL 2016 1 Penyusuan proposal skripsi BAB I sampai BAB III 2 Sidang Proposal Skripsi 3 Mempelajari literatur tentang semiotika John Fiske 4 Menganalisis film 5 Membuat kesimpulan Sumber : Olahan Peneliti