BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

Asisten : Robby Hidayat / Tanggal Praktikum :

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

Dioda-dioda jenis lain

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

DIGITAL TO ANALOG CONVERTER

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL KARAKTERISASI LED

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

PERCOBAAN DAC TANGGA R-2R ( DAC 0808 )

Prinsip Semikonduktor

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

BAB II LANDASAN TEORI

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

BAB III KONSEP DASAR PERANCANGAN

TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

3.1 Pendahuluan Dioda mempunyai dua kondisi atau state: - Prategangan arah maju - Prategangan arah mundur

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda

MATERI IV DIODA : PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ADC dan DAC Rudi Susanto

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

BAB V RANCANGAN ALAT PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

- Medan listrik yang terbentuk pada junction akan menolak carrier mayoritas.

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. perlu lagi menekan saklar untuk menyalakan lampu, sensor cahaya akan bernilai 1

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

SIMBOL DAN STRUKTUR DIODA

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM III DAN IV KARAKTERISTIK DIODA DAN TRANSFORMATOR

'$&'LJLWDOWR$QDORJ&RQYHUWLRQ

Modul 2. Asisten : Widyo Jatmoko ( ) : Derina Adriani ( ) Tanggal Praktikum : 17 Oktober 2012

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping

Karakterisasi XRD. Pengukuran

BAHAN KULIAH FISIKA SEMIKONDUKTOR

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Investigasi Terhadap Kemampuan 2 Tipe ADC

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL BOX UV SEBAGAI MEDIA STERILISASI MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

Elektronika Lanjut. Sensor Digital. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

Antiremed Kelas 10 FISIKA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1 Skematik Perangkat Pelayangan Magnetik Bola

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS HAMBATAN DAN KESULITAN PENGGUNAAN I-V METER ELKAHFI 100 UNTUK MENGKARAKTERISASI KOMPONEN ELEKTRONIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ

Pengukuran dan Alat Ukur. Rudi Susanto

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

Teori Semikonduktor. Elektronika (TKE 4012) Eka Maulana. maulana.lecture.ub.ac.id

SKSO OPTICAL SOURCES.

PENGERTIAN THYRISTOR

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan tertentu. LED terbuat dari bahan semikonduktor tipe-p (pembawa muatan bebas mayoritas adalah lubang (hole)) dan tipe-n (pembawa muatan bebas mayoritas adalah elektron). Jika bahan tipe-p disambungkan dengan bahan tipe-n maka akan terbentuk daerah pengosongan pada daerah sambungan (Gambar 2.1). Hal ini disebabkan oleh adanya elektron bebas pada bahan tipe-n yang berdifusi dan masuk ke bahan tipe-p dan menyebabkan proses rekombinasi dengan lubang yang ada dalam bahan tipe-p. Hal yang sama juga terjadi pada daerah tipe-p, lubang pada bahan tipe-p akan berdifusi dan masuk ke bahan tipe-n dan berekombinasi dengan elektron dan saling meniadakan muatan. Pada daerah pengosongan, muatan positif yang terpisah dari muatan negatif akan menyebabkan terjadinya medan listrik. Medan listrik ini mengakibatkan terjadi beda potensial antara daerah p dan daerah n. Distribusi muatan, kuat medan listrik dan potensial listrik pada daerah sambungan ditampilkan pada Gambar 2.2. 5

Gambar 2.1 Muatan listrik pada sambungan p-n. Gambar 2.2 (a) Sambungan p-n. (b) Distribusi rapat muatan (c) Distribusi kuat medan listrik (d) Distribusi potensial V; V ho = bukit potensial. 6

Elektron dalam bahan n dapat menyeberangi daerah sambungan jika memiliki energi yang lebih besar dari bukit potensial ev h0. Pada keadaan ini, terjadi aliran arus minoritas, yaitu lubang yang ada di bahan tipe-n dan elektron bebas yang ada di bahan tipe-p tidak terhalang bukit potensial dan mampu menyeberangi sambungan. Pada saat yang sama, lubang yang ada di bahan tipe-p juga mempunyai cukup banyak energi untuk menyeberangi sambungan. Pada keadaan mantap, kedua aliran arus ini saling meniadakan, sehingga tanpa tegangan luar, arus dioda sama dengan nol [6]. Jika pada bahan tipe-p diberi tegangan postif dan bahan tipe-n diberi tegangan negatif (dibias maju) maka distribusi potensial pada sambungan akan terlihat seperti Gambar 2.3. Dengan diberi bias maju, bukit potensial (V h ) menjadi kurang daripada tinggi bukit potensial awalnya (V h0 ). Dengan berkurangnya tinggi bukit potensial, elektron dari bagian-n dan lubang dari bagian-p akan mudah menyeberangi sambungan, sehingga terjadi arus listrik. Penurunan bukit potensial menyebabkan penyempitan daerah pengosongan pada sambungan p-n. Jika tegangan positif diberikan ke bahan tipe-n dan tegangan negatif diberikan ke bahan tipe-p (dibias mundur), distribusi potensial sambungan p-n akan terlihat seperti pada Gambar 2.4. Dengan adanya bias mundur pada sambungan p-n, bukit potensial bertambah tinggi, sehingga muatan ekstrinsik (elektron dalam bahan tipe-n dan lubang dalam bahan tipe-p) akan susah mengalir, karena tidak memiliki energi yang cukup untuk mengatasi bukit potensial. Peninggian bukit potensial ini diikuti dengan pelebaran daerah pengosongan pada sambungan p-n. 7

Gambar 2.3. Distribusi potensial listrik jika LED dibias maju. Gambar 2.4. Distribusi potensial listrik jika LED dibias mundur 8

Karakteristik LED adalah hubungan antara arus LED dan beda tegangan antara kedua ujung LED. Untuk LED sambungan p-n, lengkung karakteristiknya diperlihatkan pada Gambar 2.5. I D = 0 jika V D = 0. Jika diberi bias maju, V D > 0, arus I D mula-mula mempunyai nilai I D = 0, sehingga V D = V potong. Setelah itu arus dioda naik dengan cepat terhadap perubahan tegangan LED, V D. Pada tegangan bias mundur arus yang mengalir amat kecil, dan sampai batas tertentu tidak bergantung pada tegangan dioda. Arus ini terdiri dari arus pembawa muatan minoritas, mengalir dari anoda ke katoda dan arus jenuh dioda. Pada tegangan bias mundur tertentu lengkung ciri turun dengan curam. Keadan ini disebut keadaan dadal (breakdown). Teganagan mundur pada keadaan ini disebut tegangan dadal atau tegangan balik puncak (peak inverse voltage, PIV) [6]. Gambar 2.5 Kurva karakteristik LED. 9

Jika tegangan bias maju diberikan ke LED, elektron-elektron pada pita konduksi di daerah n akan mempunyai energi yang cukup untuk melewati sambungan. Begitu juga dengan lubang pada pita valensi di daerah p, akan bergerak melewati sambungan (Gambar 2.6). Pada sambungan, elektron dan lubang akan berekombinasi dan melepaskan foton dengan energi [3,7]. E= hν, (2.1) dengan h adalah konstanta Planck (6,626 x 10-34 J.s) dan ν adalah frekuensi foton. Gambar 2.6. Proses rekombinasi elektron dan lubang. Energi foton ini sama dengan beda energi antara pita konduksi dan pita valensi (energi bandgap, E g ), dimana Eg = ev, (2.2) dengan V adalah tegangan yang diberikan pada LED. 10

Pers. (2.1) dan pers. (2.2) dapat ditulis menjadi hc E= hν = = ev (2.3) λ λ adalah panjang gelombang yang berhubungan dengan dengan persamaan λ= c / ν. Pers. (2.3) dapat disederhanakan menjadi h c V = (2.4) e λ Kemiringan (gradient) plot tegangan V terhadap rasio kecepatan cahaya terhadap panjang merupakan rasio konstanta Planck terhadap muatan listrik (h/e). 2.2. DAC (Digital to Analog Converter) DAC adalah divais yang berfungsi untuk mengubah data digital menjadi besaran analog. Gambar 2.7 memperlihatkan salah satu bentuk rangkaian DAC 8-bit. Rangkaian ini terdiri dari suatu sekuensi R-2R, sebuah op-amp dan sebuah resistor umpan balik R. Rangkaian ini juga dikenal dengan R-2R ladder [8,9]. 1 dan 0 menyatakan posisi saklar. 1 menyatakan on sedangkan 0 menyatakan off. Jika tegangan V ref diberikan, arus i akan mengalir dalam rangkaian dimana arus i/2 masuk ke R1, arus i/4 masuk ke resistor R3 dan seterusnya hingga arus i/256 masuk ke resistor R15 dan R16. 11

Gambar 2.7. Digital to Analog Converter 8-bit R 2R Ladder. Arus i/2, i/4 dan seterusnya dapat dijelaskan dengan prinsip pembagi tegangan sebagaimana terlihat pada Gambar 2.8. Resistor R15 dan R16 membentuk rangkain paralel, sehingga hambatan pengganti dua resistor ini adalah 2Ri2R R1516 = R15 // R16= = R 2R+ 2R (2.5) R 1516 seri dengan R14, hambatan pengganti (Rp1) untuk kedua resistor adalah Rp1 = R1516 + R14= R+ R= 2R (2.6) Begitulah seterusnya hingga sampai ke R2. Resistor-resistor ini akan mempunyai hambatan pengganti Rp = 2R yang pararel terhadap R1. Hambatan total rangakain ini adalah R tot = Rp // R1 = R. Arus yang mengalir dalam rangkaian memenuhi hukum Ohm i V ref = (2.7) Arus i akan bercabang dua, setengah (i/2) akan masuk ke R1 dan setengahnya lagi akan masuk ke Rp. Ini disebabkan karena R1 mempunyai nilai yang sama dengan Rp. Arus i/2 yang masuk ke Rp akan bercabang dua juga, setengahnya (i/4) akan R tot 12

masuk ke R3 dan setengahnya lagi akan masuk ke rangkaian pengganti. Beginilah seterusnya, hingga arus yang masuk ke R15 dan R16 akan sama dengan i/256. Gambar 2.8 Prinsip kerja DAC R-2R Ladder Jika bit 7 (MSB, most significant bit) berlogika 1 dan bit-bit yang lain diberi logika 0, arus i/2 mengalir ke resistor umpan balik R. Tegangan keluaran (V out ) akan bernilai V = i / 2 i R= ir / 2 = V / 2 (2.8) out ref 13

2.3 ADC (Analog to Digital Converter) ADC adalah divais yang mengubah tegangan analog menjadi tegangan digital. Salah satu arsitektur analog-to-digital converter (ADC) yang sering digunakan adalah successive approximation register (SAR). SAR bekerja berdasarkan prinsip algoritma pencarian biner (binary search algorithm). Gambar 2.9 memperlihatkan arsitektur ADC SAR [10]. Tegangan input analog, V IN berasal dari rangkaian track/hold. Untuk mengimplementasi algoritma pencarian biner, register N-bit diset ke nilai tengahnya (yaitu, 100....00, most significant bit (MSB) diset '1'). Hal ini menyebabkan output DAC (V DAC ) menjadi V REF /2, dimana V REF adalah tegangan referensi yang diberikan ke ADC. Perbandingan dilakukan untuk menentukan apakah V IN lebih kecil atau lebih besar dari V DAC. Jika V IN lebih besar dari V DAC, output komparator berlogika high atau '1' dan MSB register N-bit tetap bernilai '1'. Sebaliknya, jika V IN lebih kecil dari V DAC, output komparator berlogika low dan MSB register diset berlogika '0'. Logika kontrol SAR kemudian pindah ke bit berikutnya, dan mengset bit tersebut berlogika high, dan perbandingan dilakukan lagi. Perbandingan akan terus dilakukan hingga sampai pada bit LSB. Jika perbandingan pada bit LSB telah selesai, perbandingan telah selesai dilakukan, dan digital N-bit disimpan dalam register tersebut. 14

Gambar 2.9. Arsitektur ADC SAR N-bit. Gambar 2.10 memperlihatkan contoh konversi 4-bit. Sumbu vertikal menyatakan tegangan output DAC. Bit-3 DAC diset berlogika 1, 1000 2. Perbandingan memperlihatkan bahwa V IN < V DAC. Karena itu, bit 3 diset '0'. DAC kemudian diset menjadi 0100 2 dan perbandingan kedua dilakukan. Karena V IN > V DAC, bit 2 tetap '1'. DAC kemudian diset menjadi 0110 2, dan perbandingan ketiga dilakukan. Bit 1 diset '0', karena V IN < V DAC. Kemudian DAC diset ke 0101 2 untuk perbandingan terakhir. Bit 0 tetap '1' karena V IN > V DAC. Sehingga tegangan input, V IN akan mempunyai nilai digital 0101 2. 15

Gambar 2.9. Operasi SAR untuk ADC 4-bit. 2.4. Pengubah Arus ke Tegangan (I to V Converter) Pengubah arus ke tegangan (Current-to-Voltage Converter, disingkat I to V Converter) adalah rangkaian yang melakukan pengubahan arus menjadi tegangan. Rangkaian ini sering digunakan dalam beberapa aplikasi antara lain, mengontrol torsi pada motor, membuat sumber arus konstan (current source) alat-alat ukur seperti elektrometer dan ph meter. Pada penelitian ini pengubah arus ke tegangan digunakan untuk mengubah arus yang terbaca dari LED menjadi tegangan untuk dikirim ke mikrokontroler dan selanjutnya ditampilkan di komputer. Pengubah arus ke tegangan bekerja berdasarkan hukum Ohm [11], dimana dalam suatu rangkaian, arus yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap 16

sebanding dengan beda potensial antara kedua ujung konduktor dan berbanding terbalik dengan resistansinya (Gambar 2.11). Secara matematis dapat ditulis V I = (2.9) R dimana I adalah arus yang mengalir dalam rangkaian (Ampere), V adalah beda potensial (Volt) dan R adalah resistansi (Ohm). Gambar 2.11. Rangkaian tertutup dengan sumber tegangan dan sebuah resistor R. Pengubah arus ke tegangan juga dapat diimplementasi menggunakan sebuah opamp. Pada rangkaian ini, salah satu ujung resistor R dihubungkan ke input inverting op-amp dan ujung lainnya dihubungkan ke output op-amp. Input noninverting op-amp dihubungkan ke ground (Gambar 2.12). Oleh karena virtual ground pada titik A, arus yang masuk ke input inverting akan mengalir ke resistor R. Tegangan keluaran op-amp ini adalah V = I R (2.10) o IN 17

I IN A V out = -I IN R Gambar 2.12. I-to-V converter menggunakan op-amp. 18