STIKES NGUDI WALUYO JURNAL SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin. sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

Kata kunci: lansia, senam lansia, kemampuan fungsional.

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI DALAM HAL MAKAN DAN BERPINDAH PADA LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

STUDI KORELASI DEMENSIA DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN LANSIA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI PELAYANAN SOSIAL LANSIA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN DEMENSIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP FAKTOR RESIKO JATUH PADA LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ARCAMANIK KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

FORMAT PENGKAJAN FISIK KLIEN GERONTIK. Jenis Kelamin : Suku : Agama : Status Perkawinan : Tanggal Pengkajian :

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

GAMBARAN SIKAP KELUARGA TERHADAP FAKTOR RESIKO JATUH PADA LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ARCAMANIK KELURAHAN SUKAMISKIN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.

Mazidatul Faizah*Fitri Rosyida*Priyoto***

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

Ratna Wulandari. Program Studi DIII Keperawatan Blitar. Poltekkes Kemenkes Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

Transkripsi:

STIKES NGUDI WALUYO JURNAL SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITIES DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Oleh : LALU TANJUNG WIRAGUNA NIM : 010109a073 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2014 1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Program Studi Ilmu Keperawatan Skripsi, Februari 2014 Lalu Tanjung Wiraguna 010109a073 Gambaran Tingkat Kemandirian dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan (xvi + 58 halaman + 12 tabel + 2 gambar + 6 lampiran) ABSTRAK Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat kemandirian lansia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemandirian memberikan mereka rasa kehormatan, kebanggaan dan berfungsinya diri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kemandirian dalam Activities Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Leyangan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang yang berjumlah 375. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan besarnya sampel 79. Hasil penelitian didapatkan tingkat kemandirian dalam activity daily living pada lansia di Desa Leyangan yang mandiri 69 orang (87,3%), tidak mandiri 10 orang (12,7%).Mandiri mandi yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%), sebagian dibantu 4 orang (5,1%),dapat mengerjakan sendiri 69 orang (87,3%).Mandiri berpakaian yang seluruhnya dibantu 5 orang (6,3%), sebagian dibantu 5 orang (6,3%),yang dapat mengerjakan sendiri 69 orang (87,4%).Mandiri Pergi ke toilet yang seluruhnya dibantu 5 orang (6,3%),yang sebagian dibantu 5 orang (6,3%),yang dapat mengerjakan sendiri 69 orang (87,4%).Mandiri berpindah tempat, yang seluruhnya dibantu 5 orang (6,3%),yang sebagian dibantu 5 orang (6,3%),yang dapat mengerjakan sendiri 69 orang (87,4%). Mandiri makan yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%),yang sebagian dibantu 4 orang (5,1%),yang dapat mengrjakan sendiri 69 orang (87,3%).Kemandirian berkemih yang dibantu selurunya 6 orang (7,6%),yang kadang mengompol di tempat tidur 3 orang (3,8%),yang dapat mengontrol 70 orang (88,6%) Bagi lansia diharapkan untuk tetap melakukan aktivitas sehari-hari agar bagian tubuh bisa bergerak dan tidak ada gangguan imobilitas, tetap, mengontrol kesehatan ke bidan dan puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Kata Kunci : Tingkat Kemandirian, Activities Daily Living (ADL), Lansia Daftar pustaka : 20 (2005-2013) PENDAHULUAN Usia harapan hidup yang semakin meningkat membawa konsekuensi tersendiri bagi semua sektor yang terkait dengan pembangunan. Tidak hanya sektor kesehatan tetapi tetapi juga sektor ekonomi, sosial budaya, serta sektor lainnya. Oleh sebab itu, peningkatan jumlah penduduk lansia perlu diantisipasi mulai saat ini yang dapat dimulai dari sektor kesehatan dengan mempersiapkan layanan keperawatan yang komprehensip bagi lansia (Efendi dan Makhfudli, 2009). Menurut UN-Population Division, Department of Economic and Social Affairs (1999) jumlah populasi lanjut usia (Lansia) > 60 tahundiperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi2 milyar pada tahun 1

2050. Saat itu Lansia akan melebihi jumlah populasianak (0-14 tahun) pertama kali dalam sejarah umat manusia (Boedhi dan Darmojo, 2009). Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Efendi dan Makhfudli, 2009). Bahkan data biro sensus amerika serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993 dalam Maryam et.,al, 2008). Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal baru (Maryam et.,al, 2008). Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Kemandirian adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sesuorang adalah tujuan paling penting pada sebagian besar lansia tanpa melihat status kesehatannya.kemandirian memberikan mereka rasa kehormatan, kebanggaan dan berfungsinya diri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain (Bastable, 2003). Faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh (Nugroho, 2008). Pengkajian status fungsional sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehariharinya. Kemampuan fungsional ini harus dipertahankan semandiri mungkin. Ganguan status fungsional (baik fisik maupun psikososial) merupakan indikator penting tentang adanya penyakit pada lansia. Aktivitas kehidupan harian disingkat ADL (activity of daily living) adalah merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan. Besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari serta untuk menyusun rencana perawatan jangka panjang (Tamher dan Noorkasiani, 2011). ADL instrumen merupakan aktivitas yang lebih kompleks namun mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi. Termasuk di sini kegiatan belanja, masak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara benar, serta manajemen keuangan. Penilaian ADL instrumen penting dalam rangka menetapkan level bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang, tetapi ia kurang penting bagi lansia di panti dibanding lansia di masyarakat, kecuali (bagi mereka yang berdiam di fasilitas perawatan) yang hendak direncanakan untuk pulang. Bila lansia tidak dapat melakukan ADL instrumen secara mandiri diperlukan peran perawat pembantu (care-giver). Dengan demikian, lansia diharapkan dapat terus bersosialisasi (Tamher dan Noorkasiani, 2011). ADL instrumen yang meliputi kemampuan menggunakan telepon, berjalan, berbelanja, memasak, membenahi rumah, mencuci, dan mengatur konsumsi 2

obat. Pengkajian ADL umumnya mengikuti indeks pengukuran yang dikembangkan oleh Barthel dan Kats. Indeks ini didasarkan pada hasil evaluasi terhadap tingkat kemandirian atau keadaan sebaliknya, yaitu tingkat ketergantungan secara fungsional. Indeks terdiri atas tujuh tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi yang di kaji adalah berapa kali lansia mandi,mengggunakan sabun mandi,shampo,sikat gigi dengan pasta odol bisa dilakukan sendiri atau memerlukan bantuan keluarga atau orang lain, Dalam berpakaian bagaimana saat memakai pakaian dan celana apakah bisa memakai sendiri atau memerlukan bantuan, ke toilet bagaimana saat ke kamar mandi dan membersihkan genetalia apakah dilakukan sendiri atau memerlukan bantuan orang lain, Makan yang dilihat apakah bisa mengamambil makanan seperti mengambil piring di dapur mengambil nasi dan lauk pauk,menyuapi sendiri dan minum, berpindah tempat apakah bisa melakukan sendiri saat mau ke kamar tidur, kekamar mandi,apakah bisa melakukan sendiri, kontinensia mengontrol bab dan bak bisa melakukan ke kamar mandi (Tamher dan Noorkasiani, 2011). METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan waktu cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia berusia (60 75 tahun) di desa leyangan ada 380 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel penelitian analitis kategorik jumlah responden sebanyak 79 orang. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi, yang kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 1. Gambaran Kemandirian Mandi pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) Distribusi frekuensi berdasarkan Kemandirian Lansia ke Toilet dalam Activities Daily Living (ADL) disajikan berikut ini. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Lansia ke Toilet dalam Activities Daily Living (ADL) di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 Kemandirian Ke Toilet Seluruhnya Dibantu Sebagian Dibantu Dapat Mengerjakan Sendiri Freku ensi 6 4 69 Persentase (%) 7,6 5,1 87,3 Jumlah 79 100,0 Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia dapat mengerjakan sendiri saat mandi, yaitu sejumlah 69 orang (87,3%), sedangkan yang seluruhnya dibantu sejumlah 6 orang (7.6%), dan yang sebagian dibantu sejumlah 4 orang (5,1%). 2. Gambaran Kemandirian Berpakaian pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) Distribusi frekuensi berdasarkan Kemandirian Berpakaian pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) disajikan berikut ini. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Berpakaian dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 3

Kemandirian Ke Toilet Seluruhnya Dibantu Sebagian Dibantu Dapat Mengerjakan Sendiri Jumlah 79 100,0 Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia dapat mengerjakan sendiri saat berpakaian, yaitu sejumlah 69 orang (87,4%), sedangkan yang seluruhnya dibantu Frekuensi Persentase (%) 5 6,3 5 6,3 69 87,4 sejumlah 5 orang (6,3%), dan yang sebagian dibantu sejumlah 5 orang (6,3%). 3. Gambaran Kemandirian Pergi ke Toilet pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) Distribusi frekuensi berdasarkan Kemandirian Pergi ke Toilet pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) disajikan berikut ini. Tabel 5.4 Distribusi frekuensi Pergi ke Toilet dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 4. Gambaran Kemandirian Berpindah Tempat pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) Distribusi frekuensi berdasarkan kemandirian berpindah tempat pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) disajikan berikut ini. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi Berpindah Tempat dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 Kemandirian Berpindah Tempat Frekuensi Persentase (%) Seluruhnya Dibantu Sebagian Dibantu Dapat Mengerjakan 5 5 69 6,3 6,3 87,4 Sendiri Jumlah 79 100,0 Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia dapat mengerjakan sendiri saat berpindah tempat, yaitu sejumlah 69 orang (87,4%), sedangkan yang seluruhnya dibantu sejumlah 5 orang (6,3%), dan yang sebagian dibantu sejumlah 5 orang (6,3%). Kemandirian Ke Toilet Frekuensi Persentase (%) Seluruhnya Dibantu Sebagian Dibantu 5 5 6,3 6,3 Dapat Mengerjakan 69 87,4 Sendiri Jumlah 79 100,0 Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia dapat mengerjakan sendiri saat pergi ke toilet, yaitu sejumlah 69 orang (87,4%), sedangkan yang seluruhnya dibantu sejumlah 5 orang (6,3%), dan yang sebagian dibantu sejumlah 5 orang (6,3%). 5. Gambaran Kemandirian Makan pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) Distribusi frekuensi berdasarkan kemandirian makan pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) disajikan berikut ini. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Makan dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 4

Kemandirian Makan Seluruhnya Dibantu Sebagian Dibantu Dapat Mengerjakan Sendiri Frekuensi Persentase (%) 6 7,6 4 5,1 69 87,3 Jumlah 79 100,0 Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia dapat mengerjakan sendiri saat makan, yaitu sejumlah 69 orang (87,3%), sedangkan yang seluruhnya dibantu sejumlah 6 orang (7,6%), dan yang sebagian dibantu sejumlah 4 orang (5,1%). kadang ngompol di tempat tidur sejumlah 3 orang (3,8%). 7. Gambaran Kemandirian Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia Distribusi frekuensi berdasarkan kemandirian dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia disajikan berikut ini. Tabel 5.8 Distribusi frekuensi dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 6. Gambaran Kemandirian Defekasi pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) Distribusi frekuensi berdasarkan kemandirian berkemih pada Lansia dalam Activities Daily Living (ADL) disajikan berikut ini. Tabel 5.7 Distribusi frekuensi Berkemih dalam Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2014 Kemandirian dalam Frekuensi Persentase Activities Daily (%) Living (ADL) Tidak Mandiri Mandiri 10 69 12,7 87,3 Jumlah 79 100,0 Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia mandiri dalam Activities Daily Living (ADL), yaitu sejumlah 69 orang (87,3%), sedangkan yang tidak mandiri sejumlah 10 orang (12,7%). PEMBAHASAN Kemandirian Berkemih Frekuensi Persentase A. Gambaran Tingkat Kemandirian (%) Lansia Dalam Activity Daily Living Dibantu Seluruhnya 6 7,6 1. Kemandirian Mandi dengan Kateter Kadang Ngompol di 3 3,8 dilakukan didapatkan hasil bahwa Tempat Tidur Dapat Mengontrol 70 88,6 responden yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%) dan sebagian Jumlah 79 100,0 tertentu dibantu 4 orang (5,1%) dan dapat mengejarkan sendiri 69 orang Berdasarkan tabel 5.7, dapat (87,3%) diketahui bahwa dari 79 responden lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, sebagian besar lansia Dilihat dari hasil di atas sebagian besar responden dapat mengerjakan sendiri dalam kemandirian mandi dapat mengontrol saat berkemih, yaitu yang meliputi menyikat gigi sejumlah 70 orang (88,6%), sedangkan dengan pasta gigi,memakai sabun yang dibantu seluruhnya dengan kateter pada badan, punggung, dan sejumlah 6 orang (7,6%), dan yang ektremitas bawah mandi, 5

menggunakan shampoo dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarganya. Hal ini dikarenakan fisik fisiologisnya masih normal sehingga aktivitasnya pada saat mandi dapat melakukan mandiri. Responden yang sebagian tertentu dibantu oleh keluarganya sebanyak 4 orang (5,1%), disebabkan karena terpadapat gangguan pada bagian tubuh tertentu sehingga saat mandi dibantu pada satu bagian misalnya saat menyabuni di punggung dan ektremitas bawah yang tidak mampu melakukan sendiri. Responden yang seluruhnya dibantu sebanyak 6 orang (7,6%) seluruhnya dibantu pada keluarganya dalam kemandirian mandi, dikarenakan lansia mengalami keterbatasan fisik pada tubuhnya, kelumpuhan karena stroke pada tubuhnya, di kakinya sehingga tidak bisa berjalan sendiri. Menurut teori Lueckenotte, (2008) ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas (Lueckenotte, 2008) Menurut Boedhi Darmojo (2004) Menjadi tua bukan suatu penyakit tetapi proses perubahan dimana lansia mengalami imobilisasi, instabilitas (mudah jatuh), penglihatan berkurang,kurangnya pendengaran.. 2. Kemandirian Berpakaian dilakukan didapatkan hasil kemandirian berpakaian adalah responden yang seluruhnya dibantu 5 orang (6,3%) dan sebagian tertentu dibantu 5 orang (6,3%) dan dapat mengejarkan sendiri 69 orang (87,3%). Dilihat dari hasil di atas sebagian besar responden dapat mengerjakan sendiri dalam kemandirian berpakaian yang meliputi dalam menganbil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancing / mengikat pakaian. Memakai celana atau rok dan mengancingnya. Mengganti pakaian, baju dan celana 1 hari dalam 1 kali. Hal ini dikarenakan fisik fisiologisnya masih normal sehingga aktivitasnya pada saat berpakaian dapat melakukan mandiri. Responden sebagian tertentu, memerlukan bantuan keluarganya dikarenakan keterbatasan saat menggerakkan tanganya dalam memakai baju, mengancing baju dan memakai celana. Hal ini dikarenakan bagian pada tubuh, tanganya susah digerakkan saat memakai baju, mengancing baju, dan memakai celana. Responden seluruhnya dibantu dalam memakai baju,mengancing baju, dan memakai celana, memerlukan bantuan keluarganya sepenuhnya, hal ini dikarenakan mengalami perubahan fisik pada bagian tubuhnya,dan ada yang sedang mengalami sakit susah untuk menggerakkan tanganya sehingga saat menggunakan baju dan celana lansia memerlukan bantuan keluarganya, tidak bisa mengerjakan sendiri. Menurut Lueckenotte, ( 2008) Imobilitas adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas. Menurut Nugroho, (2008) Pada sistem penglihatan sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap sinar menghilang, terjadi kekeruhan pada lensa, menjadi katarak, daya adaptasi terhadap 6

kegelapan lebih lambat dan susah bila menglihat gelap, terjadi penurunan / hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopi, sulit untuk melihat dekat yang dapat di pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapangan pandang menurun, luas pandangan berkurang, daya untuk membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau. 3. Kemandirian Pergi Ke Toilet dilakukan didapatkan kemandirian pergi ke toilet adalah responden yang seluruhnya dibantu 5 orang (6,3%) dan sebagian tertentu dibantu 5 orang (6,3%) dan dapat mengejarkan sendiri 69 orang (87,3%). Berdasarkan hasil diatas, gambaran kemandirian ke toilet yang mandiri aktivitas kemandirian pergi ke toilet bisa melakukanya sendiri,dengan membersihkan genitalianya sendiri,pergi ke toilet sendiri, dan menggunakan kamar mandi sendiri untuk bak dan bab tanpa menggunakan alat seperti pespot dan ada juga lansia yang bab dan bak di kali karena keterbatasan air di rumahnya. Responden sebagian dibantu aktivitas kemandirian ke kamar mandi di bantu keluarganya saat ke kamar mandi karena lansia mudah jatuh dan penglihatanya kurang sehingga saat berjalan ke toilet lansia dituntun oleh keluarganya, dan untuk membersihkan genetalianya membersihkannya sendiri. Responden seluruhnya dibantu, aktivitas kemandirian ke kamar mandi memerlukan bantuan keluarganya saat mau bab dan bak,ada yang digendong dan menggunakan pampers terlentang di kasur, karna ketidakmampuan dalan bergerak, lansia yang seluruhnya dibantu dalam keadaan sakit dan ada yang kooperaktif dalam bergerak sudah sampai 2 tahun karna kelumpuhan sakit stroke dan karna umur lansia yang termasuk katagori lansia resikotinggi. Kamar mandi merupakan kebutuhan penting di dalam rumah. Saat berusia senja, kemampuan panca indera manusia semakin menurun. Hal ini membuat kecelakaan kerap terjadi pada lansia saat berada di kamar mandi padahal kebutuhan lansia pada kamar mandi semakin meningkat. Untuk itu, perlu dirancang kamar mandi yang ramah terhadap lansia. Selain aman digunakan, para lansia pun bisa mandiri di kamar mandi, tanpa bantuan orang lain. Keadaan kamar mandi yang tidak licin, sehingga tidak membahayakan saat ke kamar mandi. Membersihkan furnitur kamar mandi secara rutin juga bisa menghindarkan munculnya jamur yang dapat membuat permukaan furnitur menjadi licin. Selain alas, furnitur penting lain yang wajib ada di kamar mandi lansia adalah handle atau pegangan tangan. Letakkan handle di sekitar toilet, area mandi, dan pintu kamar mandi. Handle itu akan memudahkan lansia untuk berdiri dan berjalan.sebaiknya, gunakan WC duduk, karena akan mempermudahkan lansia untuk berdiri setelah buang hajat. Selain itu, letakkan juga kursi plastik yang bermanfaat bagi lansia di kamar mandi. Menurut Lueckenotte, (2008 ) Imobilitas adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas. Menurut Aisiyah, (2005) Kelumpuhan paling sering disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf, terutama sumsum 7

tulang belakang. Penyebab utama adalah stroke, trauma dengan cedera saraf, poliomielitis, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), botulisme, spina bifida, multiple sclerosis, dan sindrom Guillain-Barré. Terjadi kelumpuhan sementara selama tidur REM, dan disregulasi dari sistem ini dapat menyebabkan kelumpuhan episode bangun. Obatobatan yang mengganggu fungsi saraf, seperti curare, juga bisa menyebabkan kelumpuhan Menurut Ranah (2006) mudah Jatuh pada lansia merupakan masalah yang paling sering terjadi. Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia. Misanya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkop atau pusing. 4. Kemandirian Berpindah Tempat dilakukan didapatkan kemandirian berpindah tempat adalah responden yang seluruhnya dibantu 5 orang (6,3%) dan sebagian tertentu dibantu 5 orang (6,3%) dan dapat mengejarkan sendiri 69 orang (87,3%). Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar lansia dapat mengerjakan sendiri dalam kemandirian berpindah tempat meliputi dalam berpindah dari tempat tidur,berpindah pada saat duduk di kursi,jalan keluar rumah,pergi ke masjid untuk beribadah. Hal ini dikarenakan keadaan lansia yang masih sehat fisik fisiologisnya masih normal dan tidak ada gangguan pada bagian tubuh tertentu,dan usianya rata-rata di bawah 70 tahun lansia yang masih mandiri. Responden yang sebagian tertentu dibantu oleh keluarganya dalam melakukan kemandirian berpindah tempat meliputi dalam berpindah dari tempat tidur,berpindah,saat mau ke kamar mandi,hal ini dikarenakan keadaan lansia yang lagi sakit tidak kuat umtuk melakukan aktivitas sendiri dan mudah jatuh, pusing saat berjalan, penglihatan kurang. Responden yang seluruhnya dibantu oleh keluarganya dalam melakukan kemandirian berpindah tempatmeliputi dalam berpindah tempat ke tempat tidur,ke kamar mandi, karena responden mengalami perubahan fisik fisiologis tidak bisa berjalan atau lumpuh total gangguan imobolitas,dan ada responden mengalami sakit stroke,dm, asam urat, factor usia lebih dari 70 tahun yang termasuk kategori lansia resiko tinggi. Menurut Lueckenotte, (2008 ) Imobilitas adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas. Menurut Maryam et.,al, (2008) Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi. Biasanya akan menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari hari.. Menurut Ranah (2006) mudah Jatuh pada lansia merupakan masalah yang paling sering terjadi. Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia. Misanya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkop atau pusing. 8

5. Kemandirian Makan dilakukan didapatkan hasil bahwa responden yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%) dan sebagian tertentu dibantu 4 orang (5,1%) dan dapat mengejarkan sendiri 69 orang (87,3%). Dilihat dari hasil di atas sebagian besar responden dapat mengerjakan sendiri dalam kemandirian mandi yang meliputi dalam mengambil piring,mengambil makanan nasi da lauk pauk, kedapur dan menyuapi makanan sendiri. Hal ini dikarenakan fisik fisiologisnya masih normal sehingga aktivitasnya pada saat makan dapat melakukan mandiri. Responden yang sebagian tertentu dibantu sebanyak 4 orang (5,1%) memerlukan sebagian di bantu oleh keluarganya dalam kemandirian mandi, dikarenakan memerlukan bantuan saat mengambil piring,dan menyuapi makanan. karena pada bagian tubuh teretentu pada bagian tangan dan sering mengalami pusing saat mau berjalan ke dapur. Responden yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%) memerlukan seluruhnya bantuan pada keluarganya dalam kemandirian makan,meliputi mengambil piring menyuapi makanan dikarenakan lansia mengalami keterbatasan fisik pada tubuhnya, lansia sedang mengalami kelumpuhan karna stroke sehingga saat melakukan kemandirian makan lansia tidak bisa melakukan sendiri. Menurut Lueckenotte, (2008 ) Imobilitas adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas. Menurut Aisiyah, (2005) Kelumpuhan paling sering disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf, terutama sumsum tulang belakang. Penyebab utama adalah stroke, trauma dengan cedera saraf, poliomielitis, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), botulisme, spina bifida, multiple sclerosis, dan sindrom Guillain-Barré. Terjadi kelumpuhan sementara selama tidur REM, dan disregulasi dari sistem ini dapat menyebabkan kelumpuhan episode bangun. Obatobatan yang mengganggu fungsi saraf, seperti curare, juga bisa menyebabkan kelumpuhan Menurut Ranah(2006) mudah Jatuh pada lansia merupakan masalah yang paling sering terjadi. Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia. Misanya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkop atau pusing. 6. Berkemih dilakukan didapatkan hasil bahwa responden yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%) dan kadang mengompol di tempat tidur 3 orang (3,8%) dan dapat mengontrol 69 orang (87,3%). Dilihat dari hasil di atas sebagian besar responden dapat mengontrol sendiri dalam berkemih yang meliputi dalam mengontrol saat mau bab dan bak Hal ini dikarenakan vesika urinaria masih berfungsi. Responden yang kadang mengompol di tempat tidur 3 orang (3,8%) dikarenakan tidak kuat menahanya saat mau bak,keterbatasan lansia pada saat berjalan sehingga mengompol. Responden yang seluruhnya dibantu 6 orang (7,6%) memerlukan seluruhnya bantuan pada keluarganya dalam kemandirian kontinen bab dan bak dengan menggunakan pampers saat 9

membersihkannya memerlukan bantuan keluarganya, dikarenakan lansia mengalami perubahan fisik fisiologis pada tubuhnya,sakit seperti DM,Hipertensi,Stroke,DM,Asam urat sehingga saat melakukan kemandirian mandi lansia tidak bisa melakukan sendiri. Menurut Lueckenotte, (2008 ) Imobilitas adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas. Menurut Maryam et.,al,(2008) otot-otot melemah,kapasitasnya menurun.kandung kemih menahan urine, dan hanya urine berlebih yang dikeluarkan ketika tekanan urine melebihi kontrol otot sfingter eksternal yang bersifat sementara atau permanen untuk mengontrol aliran urine dari kandung kemih Klien wanita paling sering menggunakan pispot untuk berkemih dan defekasi, sementara klien pria umumnya... mulai berkurang setelah usia 50 tahun Lansia 1500 ml atau kurang Kemampuan untuk mengonsentrasikan urine menurun. 7. Kemandirian Lansia dilakukan didapatkan hasil bahwa responden yang mandiri 69 orang (87,3%) dan responden yang tidak mandiri 10 orang (12,7%). Dilihat dari hasil di atas sebagian besar responden yang mandiri dikarenakan karena lansia masih memiliki fungsi fisiologis yang baik dan umurnya di bawah 70 tahun. Responden yang tidak mandiri dikarenakan memiliki gangguan fungsi fisiologi pada bagian tubuh lansia, usia di atas 70 tahun, dalam keadaan sakit. Perubahan ini terjadi pada massa otot yang berkurang yang dapat menyebabkan usia lanjut menjadi lamban dan kurang aktif, penurunan fingsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, lambannya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal bendabenda, kegagalan melakukan aktivitas dan gangguan dalam menyusun rencana yang dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Sehingga keluhan yang terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaa, sering kencing, fungsi indra, dan menurunnya konsentrasi. (Depkes, 2003) Menurut Friedman, (2003) Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan Dari pendapat beberapa ahli, Ruhidawati (2005) mengartikan kemandirian merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki kemauan dankemampuan berupaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secarasah, wajar dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukannya,namun demikian tidak berarti bahwa orang yang 10

mandiri bebas lepas tidakmemiliki kaitan dengan orang lain. Menurut Mu tadin (2002) juga mengatakan bahwa untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Menurut teori Lueckenotte, (2008) ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental Penurunan toleransi aktivitas (Lueckenotte, 2008). Menurut teori Maryam et.,al,( 2008). Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi. Biasanya akan menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari hari. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Gambaran kemandirian ke toilet dalam activity daily living pada lansia yang sebagian besar dibantu 5 orang (6,3%) dan seluruhnya dibantu 5 orang 6,3% dan yang mengerjakan sendiri 69 orang 87,3%. 2. Gambaran kemandirian makan yang sebagian besar dibantu 4 orang (5,1%) dan seluruhnya dibantu 6 orang 7,6% dan yang mengerjakan sendiri 69 orang 87,3%. 3. Gambaran kemandirian berpakaian yang sebagian besar dibantu 5 orang (6,3%) dan seluruhnya dibantu 5 orang 6,3% dan yang mengerjakan sendiri 69 orang 87,3%. 4. Gambaran kemandirian mandi yang sebagian besar dibantu 4 orang (5,1%) dan seluruhnya dibantu 6 orang 7,6% dan yang mengerjakan sendiri 69 orang 87,3%. 5. Gambaran kemandirian berpindah tempat yang sebagian besar dibantu 5 orang (6,3%) dan seluruhnya dibantu 5 orang 6,3% dan yang mengerjakan sendiri 69 orang 87,3%. 6. Gambaran kemandirian mengontrol defekasi BAB/BAK yang seluruhnya dibantu 6 orang 7,6%, kadang mengompol di tempat tidur 3 orang 3,8%, dapat mengontrol 70 orang 88,6%. 7. Gambaran tingkat kemandirian dalam activity daily living pada lansia di Desa Leyangan yang mandiri 69 orang (87,3%), tidak mandiri 10 orang (12,7%). B. Saran 1. Bagi Lansia Untuk tetap melakukan aktivitas sehari-hari agar bagian tubuh bisa bergerak dan tidak ada gangguan imobilitas,tetap,mengontrol kesehatan ke bidan dan puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan untuk tidak menilai Lansia adalah seorang yang sudah tua dan tidak bisa berbuat apa apa dengan keterbatasan yang dimiliki oleh lansia tapi lansia masih ada lansia yang bisa mandiri dapat melakukan aktivitas secara mandiri. 3. Puskesmas Leyangan 11

Untuk tetap memperhatikan kesehatan Lansia yang mengalami tidak kemandirian sehingga kesehatan lansia tetap terjaga. 4. Bagi peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan variable yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.... Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 19 Bandiyah, S. 2009. Lanjut usia dan keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika Bastable, S. S, 2003. Perawat sebagai pendidik: Prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta : EGC Boedhi, A. dan Darmojo. 2009. Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjutan). Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Budiarto, E. 2003. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC Denim, S. 2003. Riset keperawatan sejarah dan metodologi. Jakarta : EGC Efendi, F. dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan komunitas. Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Lueckenotte,2008.Mengenal usia lanjut dan perawatannya.jakarta : Salemba Medika Maryam, S., Ekasari, F. M., Rosidawati, Jubaidi, A. Batubara, I. 2008. Menganal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho, W. 2009. Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta : EGC Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Siagiaan, D., dan Sugiarto. 2006. Metode statistika untuk bisnis dan ekonomi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Stanley, M dan Beare, P. G. 2012. Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Swarjana, I. K. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Tuntunan praktis pembuatan proposal penelitian. Yogyakarta : Penerbit Andi Tamher, S dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Umar, H. 2003. Metode riset bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 12