1. UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA 2. PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

SYARAT: KETENTUAN YG HARUS DIINDAHKAN DAN DILAKUKAN PEMBERI IZIN: LEGAL> JABATAN BUKTI LEGAL: SURAT KEPUTUSAN ; SURAT PENETAPAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR...TAHUN... TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG

PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Perizinan dalam Pelestarian Cagar Budaya

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

P E L E S T A R I A N CAGAR BUDAYA OLEH KEPALA BPCB GORONTALO ZAKARIA KASIMIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pelestarian Cagar Budaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

REGISTRASI NASIONAL CAGAR BUDAYA SECARA ON-LINE

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

Kita membuat pedoman perizinan, format perizinan, ataukah sistem perizinan?

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN TIM PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA BAGI PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PENDAFTARAN DAN PENETAPAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR TAHUN TENTANG (spasi) PENGELOLAAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

Transkripsi:

1. UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA 2. PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA Oleh: endang sumiarni Disampaikan dalam Pembinaan Tenaga Pendaftaran Cagar Budaya dalam rangka Registrasi Nasional cagar Budaya, diselenggarakan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, di Hotel Quality Makasar, pada hari Minggu, tanggal 21 Juni 2013.

UUCB: 13 BAB, 120 PASAL, 21 PP BAB I:Ketentuan Umum (Pasal 1: 38 konsep BAB II: Asas, Tujuan dan Lingkup (Pasal 2-4) BAB III:Kriteria Cagar Budaya (Pasal 5-11) BAB IV: Pemilikan dan Penguasaan (Pasal 12-22) BAB V: Penemuan dan Pencarian (Pasal 2327) BAB VI: Register Nasional CB (Pasal 28-52) BAB VII: Pelestarian (Pasal 53-Pasal 94) BAB VIII: Tugas dan Wewenang (Pasal 9597-52) BAB IX: Pendanaan (Pasal 98) BAB X: Pengawasan Dan Penyidikan )Pasal 99-100) BAB XI: Ketentuan Pidana (Pasal 101-115) BAB XII: Ketentuan Peralihan (Pasal 116) BAB XIII: Ketentuan Penutup (Pasal 117-120)

LINGKUP PELESTARIAN Perlindungan DI DARAT Pengembangan Pemanfaatan DI AIR

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Pasal 5 Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Pasal 6 Benda Cagar Budaya dapat: berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yang dimanfaatkan oleh manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan kegiatan manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah manusia; bersifat bergerak atau tidak bergerak; dan merupakan kesatuan atau kelompok.

Pasal 7 Bangunan Cagar Budaya dapat: berunsur tunggal atau banyak; dan/atau berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam. Pasal 8 Struktur Cagar Budaya dapat: berunsur tunggal atau banyak; dan/atau bagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi alam.

Pasal 9 Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila: a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan b. menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.

Pasal 10 Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila: mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan; berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun; memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun; memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas; memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.

Pasal 11 Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, tetapi tidak memenuhi kriteria Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 10 dapat diusulkan sebagai Cagar Budaya.

SKEMA UMUM PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA DAN PENETAPANNYA Penemuan Pendaftaran (langsung atau melalui laman) ke Tim Pendaftaran [Kab/Kota] Pencarian Petugas Penerima Pendaftaran Petugas Penyusun Berkas Pemilik/ Penguasa Petugas Pengolah Data Data diragukan/tidak memenuhi syarat Pengkajian Tim Ahli Pemberian Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya dan SK Penetapan Cagar Budaya Penghapusan Perbaikan Penggabungan, Pencabutan, Register Nasional Cagar Budaya Bukan Cagar Budaya Rekomendasi Penetapan dan Pemeringkata n Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan Penetapan CB & Pemeringkatan Kriteria Cagar Budaya Rekomendasi Tim Ahli

1. PEMILIKAN & PENGUASAAN Benda Cagar Budaya Bangunan Cagar Buidaya Struktur Cagar Budaya Situs Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya PEWARISAN HIBAH WNA dan/atau badan hukum asing Setiap orang TUKAR MENUKAR HADIAH PEMBELIAN PUT/TAP.PENGADILAN. MASY. HUKUM ADAT LARANGAN MEMBAWA KE LN Jumlah dan jenisnya telah memenuhi kebutuhan negara Insentif Pajak IJIN SESUAI DUKUASAI Negara PERINGKAT

Pemilikan dan Penguasaan Benda Cagar Budaya Bangunan Cagar Buidaya Struktur Cagar Budaya Situs Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya YG DISITA TDK BOLEH DILELAG/ DIMUSNAHKAN Setiap orang HILANG/ RUSAK TDK LAPOR LAPOR: PENGELOLAANNY DIAMBIL ALIH PEM/PEMDA RUSAK/ KE POLRI MUSNAH INSTANSI

2. PENEMUAN (UU) wajib melaporkannya kepada instansi yang berwenang di bidang kebudayaan, Kepolisian dan/atau instansi terkait tidak dilaporkan oleh penemunya dapat diambil alih oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. ditetapkan sebagai Cagar Budaya: PENEMU BERHAK KOMPENSASI sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia, dikuasai oleh Negara

PENEMUAN (RPP) dapat memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melaporkan. mengisi formulir laporan yang wajib disediakan oleh instansi Pelapor wajib menyertakan OYDCB bergerak / sampelnya kepada instansi penerima laporan. Laporan melalui media elektronik ditujukan kepada instansi penerima laporan dalam keadaan darurat atau memaksa, dengan mengemukakan: identitas pelapor; tanggal penemuan; dan identitas Objek Yang Diduga Cagar Budaya. Penerima laporan wajib mencatat serta menandatangani laporan dalam daftar laporan lisan. Kepolisian dan instansi di bidang kelautan yang menerima laporan wajib meneruskan laporan kepada Instansi Yang Berwenang Di Bidang Pelestarian CB. Laporan wajib ditindaklanjuti oleh instansi penerima laporan

PENEMUAN (RPP) Instansi Yang Berwenang Di Bidang PCB yang menerima laporan wajib menyerahkan bukti laporan kepada Tim Pengolah Data Tim Pengolah Data melakukan pendataan dan pengolahan data terhadap OYDCB. Pendataan meliputi hal-hal yang termuat dalam laporan Hasil pengolahan data oleh Tim Pengolah Data, diserahkan kepada Tim Ahli CB untuk menentukan layak atau tidak layak menjadi CB

PENEMUAN (RPP) Temuan OYDCB yang tidak DILAPORKAN diambil alih pengurusannya oleh Instansi yang Berwenang di Bidang PCB dengan membuat surat pemberitahuan kepada penemu. Jika temuan CB, maka penemu tidak memperoleh Kompensasi. Temuan yang sudah ditetapkan sebagaicb, status kepemilikannya ada pada: Pemilik; atau Negara, apabila tidak diketahui pemiliknya

3. PENCARIAN (UU) Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian dapat dilakukan oleh setiap orang dengan penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan di darat dan/atau di air hanya dapat dilakukan melalui penelitian dengan tetap memperhatikan hak kepemilikan dan/atau penguasaan lokasi. izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

PENCARIAN (RPP) Pencarian melalui Penelitian Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian OYDCB, melalui Penelitian dengan cara survei, observasi, penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan Di Darat dan/atau Di Air. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode dan prosedur penelitian arkeologi serta disiplin ilmu bantu lainnya sesuai dengan karakteristik objek kajian. Kegiatan pencarian yang dilakukan Pem. dilaksanakan oleh Instansi Yang Berwenang Di Bidang PCB. dilaksanakan setelah dilakukan pemberitahuan kepada bupati/wali kota dengan tembusan kepada: Menteri; Gubernur; Kepolisian Republik Indonesia; Satuan Kerja Perangkat Daerah; Instansi terkait; dan Pemilik dan/atau yang menguasai lokasi penelitian.

PENCARIAN (RPP) Setiap Orang /MHA. dapat melakukan pencarian CB/OYDCB melalui Penelitian dengan cara survei, observasi, penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan Di Darat dan/atau Di Air, harus didasarkan izin. Izin dengan syarat memuat: identitas pemohon; tujuan pencarian; metode dan teknik pencarian; lokasi pencarian; tenggang waktu pencarian.

PENCARIAN (RPP) Izin diajukan kepada: Menteri, apabila wilayah dan cakupan penelitiannya meliputi dua provinsi atau lebih; Gubernur, apabila wilayah dan cakupan penelitiannya meliputi dua kabupaten/kota atau lebih; Bupati/Walikota, apabila wilayah dan cakupan penelitiannya berada pada satu kabupaten/kota;dan/atau pemilik lahan OYDCB. Setiap Orang yang berasal dari lembaga yang akan melakukan pencarian, untuk memperoleh izin harus melengkapi: proposal Penelitian; surat permohonan izin dari lembaga yang melaksanakan pencarian yang dilengkapi dengan proposal, apabila pencari berasal dari lembaga; dan surat tugas dari pimpinan lembaga yang melaksanakan pencarian, apabila pencari berasal dari lembaga.

PENCARIAN (RPP) Pelaksanaan pencarian OYDCB oleh Setiap Orang harus menyertakan sekurang-kurangnya satu orang Tenaga Ahli Pelestarian dari UPT di bidang PCB. Hasil pencarian berupa objek temuan yang dilakukan oleh Pemerintah, Setiap Orang/MHA dianalisis menurut metode dan prosedur analisis arkeologi untuk menentukan status Apabila objek temuan bukan CB, maka dikembalikan kepada pemiliknya atau yang melakukan pencarian. Apabila objek temuan sebagai CB, maka harus dicatat dalam Register Nasional. Apabila CB langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya maka dimiliki oleh Negara dan pencarinya mendapat Kompensasi sesuai ketentuan yang berlaku.

PENCARIAN (RPP) OYDCB yang telah ditetapkan sebagai CB yang berupa: BCB disimpan di Museum/ tempat lain sesuai dengan peruntukannya; dan/atau Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya, keberadaannya tetap pada lahan ditemukannya Cagar Budaya. Pemilik atau penguasa lahan berhak mendapatkan Kompensasi atas hal-hal atau kerugian yang ditimbulkan akibat kegiatan pencarian. Kompensasi diberikan oleh Pemerintah, Setiap Orang, MHA yang melakukan pencarian sesuai ketentuan yang berlaku.

PENCARIAN (RPP) Pencarian terhadap Cagar Budaya Yang Hilang CB yang hilang yang disebabkan oleh bencana alam, perang, kecelakaan, tindak pidana, kelalaian dalam pengelolaan, dan sebab-sebab lain dapat dilakukan pencarian. Pencarian yang disebabkan karena bencana alam, perang, kecelakaan dilakukan oleh Instansi Yang Berwenang Di Bidang Pelestarian Cagar Budaya dengan melibatkan Tenaga Ahli Pelestarian Cagar Budaya. Pencarian yang disebabkan karena tindak pidana dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Yang Berwenang Di Bidang Pelestarian Cagar Budaya berkoordinasi dengan aparat kepolisian.

PENCARIAN (RPP) Pencarian disebabkan karena kelalaian pengelolaan dan sebab-sebab lain, dilakukan oleh Instansi Yang Berwenang Di Bidang Pelestarian Cagar Budaya dengan melibatkan Tenaga Ahli Pelestarian Cagar Budaya. Pelaksanaan pencarian terhadap CB yang hilang dituangkan di dalam berita acara. Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sekurang-kurangnya memuat: tanggal dimulai dan berakhirnya pencarian; objek dan deskripsi Cagar Budaya yang dicari; pihak yang melakukan pencarian; tempat pencarian; sumber pendanaan pencarian; hasil pencarian; dan penandatanganan berita acara di atas materai oleh pihak yang mencari dan yang memiliki atau menguasai.

PENCARIAN (RPP) Cagar Budaya yang hilang dan ditemukan kembali, dikembalikan kepada pihak yang memiliki dan/atau menguasai dan dimuat dalam berita acara penyerahan. Cagar Budaya yang hilang dan ditemukan kembali diambil alih kepemilikannya dan/atau penguasaannya oleh Negara dalam hal tidak diketahui lagi pemiliknya atau pihak yang menguasainya. Berita acara penyerahan sekurang-kurangnya memuat: tanggal pembuatan berita acara; identitas yang menemukan; deskripsi hasil penemuan yang meliputi: jumlah; jenis; dan kondisi. tempat penemuan; tanggal penemuan; dan penandatangan berita acara di atas meterai oleh pihak yang menemukan dan yang memiliki dan/atau yang menguasai.

PENDAFTARAN Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

TIM PENGOLAH DATA Tim Pengolah Data adalah tim yang dibentuk Pemerintah atau Pemerintah Daerah untuk menghimpun, mengolah, menyimpan, dan memelihara Dokumen serta Berkas yang berkaitan dengan proses pendaftaran, pengusulan, atau penetapan.

TACB Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya.

Penetapan Penetapan adalah pemberian status Cagar Budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh pemerintah, prov. kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya. Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa berupa Cagar Budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

Tinggi Pemeringkatan Berjenjang Ekskalasi Rendah Nasional Provinsi Kabupaten/ Kota Pasal 42 Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat nasional apabila memenuhi syarat sebagai: a. wujud kesatuan dan persatuan bangsa; karya adiluhung yang mencerminkan kekhasan kebudayaan bangsa Indonesia; b. Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia; c. bukti evolusi peradaban bangsa serta pertukaran budaya lintas negara dan lintas daerah, baik yang telah punah maupun yang masih hidup di masyarakat; dan/atau d. contoh penting kawasan permukiman tradisional, lanskap budaya, dan/atau pemanfaatan ruang bersifat khas yang terancam punah. Pasal 43 Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat provinsi apabila memenuhi syarat: a. mewakili kepentingan pelestarian Kawasan Cagar Budaya lintas kabupaten/kota; a. mewakili karya kreatif yang khas dalam wilayah provinsi; b. langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di provinsi; c. sebagai bukti evolusi peradaban bangsa dan pertukaran budaya lintas wilayah kabupaten/kota, baik yang telah punah maupun yang masih hidup di masyarakat; dan/atau d. berasosiasi dengan tradisi yang masih berlangsung. Pasal 44 Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota apabila memenuhi syarat: a. sebagai Cagar Budaya yang diutamakan untuk dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota; b. mewakili masa gaya yang khas; c. tingkat keterancamannya tinggi; d. jenisnya sedikit; dan/atau e. jumlahnya terbatas.

BAB VIII TUGAS DAN WEWENANG Pasal 95 Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempunyai tugas melakukan Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Cagar Budaya. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya mempunyai tugas: mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, serta meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab akan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan Cagar Budaya; mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang dapat menjamin terlindunginya dan termanfaatkannya Cagar Budaya; menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Cagar Budaya; menyediakan informasi Cagar Budaya untuk masyarakat; menyelenggarakan promosi Cagar Budaya; memfasilitasi setiap orang dalam melaksanakan pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya; menyelenggarakan penanggulangan bencana dalam keadaan darurat untuk benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang telah dinyatakan sebagai Cagar Budaya serta memberikan dukungan terhadap daerah yang mengalami bencana; melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelestarian warisan budaya; dan mengalokasikan dana bagi kepentingan pelestarian Cagar Budaya.

Wewenang Pasal 96 Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya mempunyai wewenang: menetapkan etika pelestarian Cagar Budaya; mengoordinasikan pelestarian Cagar Budaya secara lintas sektor dan wilayah; menghimpun data Cagar Budaya; menetapkan peringkat Cagar Budaya; menetapkan dan mencabut status Cagar Budaya; membuat peraturan pengelolaan Cagar Budaya; menyelenggarakan kerja sama pelestarian Cagar Budaya; melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum; mengelola Kawasan Cagar Budaya; mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang pelestarian, penelitian, dan museum; mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang kepurbakalaan; memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah melakukan Pelestarian Cagar Budaya; memindahkan dan/atau menyimpan Cagar Budaya untuk kepentingan pengamanan; melakukan pengelompokan Cagar Budaya berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota; menetapkan batas situs dan kawasan; dan menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau musnahnya Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.

Pemerintah berwenang: menyusun dan menetapkan Rencana Induk Pelestarian Cagar Budaya; melakukan pelestarian Cagar Budaya yang ada di daerah perbatasan dengan negara tetangga atau yang berada di luar negeri; menetapkan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan/atau Kawasan Cagar Budaya sebagai Cagar Budaya Nasional; mengusulkan Cagar Budaya Nasional sebagai warisan dunia atau Cagar Budaya bersifat internasional; dan menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Pelestarian Cagar Budaya.

Pasal 97 Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaan Kawasan Cagar Budaya. Pengelolaan dilakukan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya dan kehidupan sosial. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat hukum adat. Badan Pengelola dapat terdiri atas unsur Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PELESTARIAN PELINDUNGAN (Pl) penyelamatan pengamanan zonasi pemeliharaan PENGEMBANGAN (Pb) Penelitian Revitalisasi Adaptasi PEMANFAATAN (Pf) Agama Sosial Pendidikan Ip Teknologi Kebudayaan pariwisata Bermula dan berakhir di sini pemugaran

KETENTUAN PIDANA: 1.tanpa izin mengalihkan kepemilikan CB 2. Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan penemuan 3. tanpa izin Pem./ PemDa.melakukan pencarian CB 4. dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan upaya Pelestarian CB

5.dengan sengaja merusak CB mencuri CB 6.menadah hasil pencurian CB 7.tanpa izin Menteri, Gub./Bup./wali kota, memindahkan CB. 8.tanpa izin gubernur/bupati/wali kota, memisahkan CB 9.tanpa izin Menteri, membawa Cagar Budaya ke luar wilayah RI 10. tanpa izin gubernur atau izin bupati/wali kota, membawa CB ke luar wilayah provinsi/ kabupaten/kota

11.tanpa izin Menteri, gubernur/bupati/wali kota mengubah fungsi ruang Situs CBdan/atau Kawasan CB tanpa izin pemilik dan/atau yang menguasainya, mendokumentasikan 12.dengan sengaja memanfaatkan CB dengan cara perbanyakan 13.Tindak pidana yang dilakukan oleh BU berbh. dan/atau BU bukan berbh dijatuhkan kepada: badan usaha; dan/atau orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana. 14.Tindak pidana yang dilakukan oleh BU berbh dan/atau BU bukan berhb dipidana dengan ditambah 1/3 15.Tindak pidana yang dilakukan orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana, dipidana dengan ditambah 1/3

16. Bilamana pejabat karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana memakai kekuasaan, kesempatan, atau sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya terkait dengan Pelestarian CB, pidananya dapat ditambah 1/3 (sepertiga).

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam UU ini, terhadap setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 sampai dengan Pasal 114 dikenai tindakan pidana tambahan berupa: kewajiban mengembalikan bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan sesuai dengan aslinya atas tanggungan sendiri; dan/atau perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap badan usaha berbadan hukum dan/atau badan usaha bukan berbadan hukum dikenai tindakan pidana tambahan berupa pencabutan izin

TERIMA KASIH