PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 04 TAHUN 2000

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 11 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 07 TAHUN 2000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 33 TAHUN 2002 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 2 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 05 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 05 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 06 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

KEPALA DESA CILEUKSA KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA CILEUKSA NOMOR : 05 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN KEPALA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG KECAMATAN KLUNGKUNG DESA TEGAK

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA NOGOSARI KECAMATAN PACET, KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: 07 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 12 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 13 TAHUN 2000

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 11 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 08 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 09 TAHUN 2000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 02 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 03 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 6 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, DAN/ATAU PENGANGKATAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 8

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU

1 of 5 02/09/09 11:52

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 30 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2009 T E N T A N G TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 5 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 08 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 13 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA NOGOSARI KECAMATAN PACET, KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: 01 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 04 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 111 Undang undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa, maka dipandang perlu menetapkan Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa. b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto. Mengingat : 1. Undang undang Nomor 29 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat II di Sulawesi ( Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1822 ) ;

2. Undang undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839 ) ; 3. Undang undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3848 ) ; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Mengenai Pelaksanaan Undang undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa ; 5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyesuaian Peristilahan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ; 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa ; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JENEPONTO MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Jeneponto. b. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah Kabupaten Jeneponto. c. Kepala Daerah adalah Bupati Jeneponto. d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legeslatif Daerah Kabupaten Jeneponto. e. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Jeneponto. f. Desa adalah kesatuan masyarakat Hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten Jeneponto.

g. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka pemuka masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah Desa. BAB II SYARAT SYARAT MENJADI CALON KEPALA DESA Pasal 2 Yang Dapat di Pilih menjadi Kepala Desa adalah Penduduk Desa Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan syarat syarat : a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Setia dan Taat Kepada Pancasila, Undang undang Dasar 1945 Negara dan Pemerintah RI. c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945, G.30.S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya. d. Berpendidikan sekurang - kurangnya Berijasah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). e. Berumur sekurang kurangnya 25 Tahun dan setinggi tingginya 60 tahun.

f. Sehat jasmani dan rohani g. Nyata nyata tidak terganggu jiwa / ingatannya h. Berkelakuan baik, jujur dan adil i. Tidak pernah di hukum penjara kerena melakukan tindak pidana. j. Tidak di cabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. k. Mengenal Daerahnya dan di kenal oleh masyarakat di desa setempat l. Bersedia di calonkan menjadi kepala Desa m. Para calon Kepala Desa sebelum pemilihan di laksanakan harus menyiapkan visi dan misinya di depan pemilihnya BAB III MEKANISME PENCALONAN KEPALA DESA Pasal 3 (1). Sebelum di laksanakan Pemilihan Kepala Desa terlebih dahulu Badan Perwakilan Desa membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa. (2). Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana di maksud pada ayat (1) terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang Sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara dan 2 (dua) orang Anggota.

Pasal 4 Tugas Panitia Pemilihan Kepala Desa adalah : 1. Mengadakan pendaftaran wajib pilih ; 2. Menetapkan biaya pemilihan Kepala Desa ; 3. Menerima dan meneliti persyaratan administrasi bakal calon Kepala Desa ; 4. Melakukan Penyaringan / tes bagi Calon Kepala Desa ; 5. Menetapkan Bakal Calon Kepala Desa menjadi calon Kepala Desa yang berhak ikut pemilihan ; 6. Menyiapkan kartu suara, undangan dan kelengkapan lainnya ; 7. Menentukan waktu dan tempat pemungutan suara ; 8. Mengumumkan di papan pengumuman daftar wajib pilih dan nama nama calon yang telah ditetapkan ; 9. Mengadakan persiapan agar pelaksanaan pemilihan berjalan dengan lancar, amam dan tertib 10. Melaksanakan pemungutan suara ; 11. Membuat Berita Acara jalannya pemungutan suara dan berita acara jalannya perhitungan suara ;

12. Membuat laporan pertanggungjawaban tentang penggunaan dana biaya pemilihan Kepala Desa ; Pasal 5 (1). Permohonan bakal calon Kepala Desa diajukan secara tertulis disertai kelengkapan administrasi lainnya kepada panitia pemilihan Kepala Desa. (2). Panitia Pemilihan Kepala Desa setelah menerima berkas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) melakukan penelitian dan pemeriksaan. (3). Bakal calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan selanjutnya dilakukan tes penyaringan dan tes tes yang lain di sesuaikan denggan kondisi osial masyarakat desa yang bersangkutan. Pasal 6 (1). Bakal Calon Kepala Desa yang dinyatakan lulus tes penyaringan di tetapkan oleh Badan Perwakilan Desa sebagai calon Kepala Desa yang berhak ikut dalam pemilihan. (2). Pemilihan di lakukan secara Demokrasi Luber dan Jurdil. Pasal 7 (1). Tata Cara Pendaftaran Wajib Pilih : a. Pendaftaran di lakukan secara serentak dengan menentukan batas waktu.

b. Pendaftaran dilaksanakan pada tiap tiap dusun secara berurutan sesuai dengan nomor ururt rumah. c. Menghindari adanya daftar wajib pilih tambahan yang menimbulkan kerawanan. (2). Persyaratan Wajib Pilih : a. Terdaftar sebagai penduduk desa secara syah dan bertempat tinggal tetap sekurang kurangnya 1 tahun yang di buktikan denga KTP dan identitas lainnya. b. Sudah berusia 17 tahun atau sudah kawin. c. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. d. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam gerakan yang menghianati Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 Negara dan Pemerintah Republik Indonesia, seperti G.30.S/PKI atau Organisasi terlarang lainnya kecuali di tentukan oleh Peraturan Perundang Undangan. BAB IV PELAKSANAAN PEMILIHAN Pasal 8 Sekurang kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum dilakukan Pemilihan Kepala Desa, panitia pemilihan harus memberitahukan kepada masyarakat yang berhak ikut

memilih dan mengumumkan secara luas melalui tempat tempat umum dan strategis tentang akan di laksanakannya pemungutan suara. Pasal 9 (1). Pemungutan suara di lakukan pada 1 (satu) tempat yang telah di tentukan oleh panitia pemilihan Kepala Desa dalam wilayah desa yang bersangkutan. (2). Panitia Pemilihan Kepala Desa berkewajiban menjamin pelaksanaan pemungutan suara agar berlangsung secara Demokrasi, Luber dan Jurdil dan menjaga agar setiap orang hanya menggunakan hak pilihnya satu suara dan menolak pemberian suara yang di wakilkan dangan alasan apapun. (3). Calon Kepala Desa di haruskan ada di tempat untuk mengikuti jalannya pemungutan suara. (4). Untuk Calon Kepala Desa yang tidak harus seperti di maksud ayat (3) diatas tanpa alasan yang sah dari pejabat yang berwenang, dinyatakan gugur. Pasal 10 (1). Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapat dukungan suara terbanyak dari jumlah pemilih yang menggunakan haknya. (2). Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Calon Kepala Desa yang mendapat jumlah suara tertinggi sama, maka pemilihan dinyatakan di ulang.

(3). Pengulangan Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (2) hanya berlaku bagi calon yang mendapat dukungan suara tertinggi yang sama. Pasal 11 (1). Dalam hal calon Kepala Desa hanya terdapat 1 (satu) orang, maka calon Kepala Desa tersebut baru dinyatakan terpilih apabila mendapat dukungan sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah pemilih yang menggunakan haknya. (2). Dalam hal calon Kepala Desa yang hanya 1 (satu) orang yang tidak mendapat dukungan suara sebagaimana di maksud dalam ayat (1), maka pemilihan di nyatakan di ulang. (3). Pemilihan baru dinyatakan sah apabila di hadiri oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah wajib pilih yang terdaftar. Pasal 12 Apabila di dalam pemilihan Kepala Desa ternyata di temukan adanya kecurangan yang dapat di buktikan sah secara hukum, maka pemilihan di nyatakan di ulang. Pasal 13 (1). Pemilihan ulangan dilaksanakan selambat lambatnya 3 (tiga) hari setelah pemilihan pertama di laksanakan. (2). Apabila di dalam pemilihan ulangan hasilnya masih juga sama, maka penentuan Kepala Desa terpilih ditetapkan oleh Bupati atas usul BPD.

Pasal 14 (1). Setelah pemungutan suara telah selesai, maka ketua panitia pemilihan Kepala Desa pada hari itu juga segera : a. Menandatangani Berita Acara jalannya pemungutan suara bersama sama dengan para Calon Kepala Desa. b. Membuka kotak suara dan menhitung jumlah suara yang masuk setelah di teliti dan di saksikan oleh Calon Kepala Desa. (2). Setelah perhitungan suara telah selesai maka panitia pemilihan Kepala Desa menandatangani Berita Acara perhitungan suara bersama dengan para Calon Kepala Desa. (3). Apabila salah seorang Calon Kepala Desa yang tidak mau menandatangani Berita Acara, maka perhitungan suara tetap dinyatakan sah. (4). Panitia pemilihan Kepala Desa selambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal pemungutan suara selesai, harus menyampaikan Berita Acara dan laporan dari Calon Kepala Desa yang di nyatakan terpilih kepada BPD. (5). BPD menetapkan Calon Kepala Desa terpilih selambat lambatnya 15 hari dan menyampaikan kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan.

BAB V TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH / JANJI DAN PELANTIKAN KEPALA DESA Pasal 15 (1). Selambat lambatnya 30 (tiga puluh ) hari setelah Surat Keputusan Bupati tentang pengesahan Kepala Desa diterbitkan, maka Kepala Desa yang bersangkutan sudah harus dilantik oleh Bupati atau Pejabat lain yang di tunjuk olehnya. (2). Pada saat Pelantikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Kepala Desa yang bersangkutan bersumpah dan berjanji didepan Bupati, para anggota BPD dan pemuka pemuka masyarakat lainnya yang sempat hadir pada waktu pelantikan. (3). Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatas dilaksanakan pula serah terima jabatan dari pejabat lama ke pejabat baru. Pasal 16 Masa jabatan Kepala Desa 5 (lima) Tahun sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

BAB VI MEKANISME PELAKSANAAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DESA Pasal 17 Tugas dan Kewajiban Kepala Desa : a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Desa. b. Membina kehidupan masyarakat Desa. c. Membina Perekonomian Desa. d. Memelihara Ketentraman dan Ketertiban masyarakat Desa. e. Mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa. f. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya. Pasal 18 Dalam melaksanakan Tugas dan Kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatas Kepala Desa : a. Bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa dan

b. Menyampaikan laporan mengenai pelaksanakan tugasnya kepada Bupati. Pasal 19 (1). Sekurang - kurangnya satu kali dalam satu tahun Kepala Desa memberikan keterangan pertanggung jawaban kepada rakyat melalui BPD. (2). Sekurang kurangnya satu kali dalam satu tahun Kepala Desa harus menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Kepada Bupati. BAB VII LARANGAN KEPALA DESA Pasal 20 Kepala Desa dilarang : a. Melakukan sesuatu tindakan atau melalaikan tugasnya yang mengakibatkan kerugian bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan warga masyarakat Desa. b. Melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan Peraturan Perundang undangan, Agama dan Adat Istiadat yang berlaku dalam masyarakat. c. Berdomisili diluar Wilayah Daerah yang bersangkutan.

d. Beristri lebih dari satu, kecuali dengan alasan alasan tertentu atau atas persetujuan istri pertama. BAB VIII TINDAKAN PENYIDIKAN TERHADAP KEPALA DESA Pasal 21 (1). Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dapat dilakukan setelah ada persetujuan secara tertulis oleh Bupati, kecuali Kepala desa yang bersangkutan tertangkap tangan melakukan suatu tindak kejahatan. (2). Apabila Kepala desa tertangkap tangan melakukan suatu tindak kejahatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas, maka selambatnya lambatnya 1 x 24 jam harus disampaikan secara tertulis kepada Bupati. BAB IX PEJABAT YANG MEWAKILI KEPALA DESA DALAM HAL KEPALA DESA BERHALANGAN Pasal 22 (1). Dalam hal Kepala Desa berhalangan kurang dari 7 hari, maka Sekretaris Desa menjalankan fungsi, wewenang tugas dan kewajiban Kepala Desa.

(2). Dalam hal Sekretaris Desa juga berhalangan, maka fungsi wewenang tugas dan kewajiban Kepala Desa dijalankan oleh seorang Kepala Urusan yang anggap mampu. Pasal 23 (1). Dalam hal Kepala Desa berhalangan lebih dari 7 hari, maka BPD harus mengadakan musyawarah untuk menunjuk Pejabat Kepala Desa. (2). Pejabat Kepala Desa dimaksud dalam ayat (1) diusulkan Kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan. (3). Pejabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) baru dapat melaksanakan tugasnya setelah mendapat persetujuan dari Bupati. BAB X PEMBERHENTIAN SEMENTARA KEPALA DESA Pasal 24 (1). Apabila Kepala Desa terbukti melakukan suatu tindakan yang mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat dan terbukti melakukan suatu tindakan kejahatan, maka atas persetujuan BPD dapat diberhentikan sementara. (2). Pemberhentian semantara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Bupati.

(3). Selama Kepala Desa dikenakan pemberhentian sementara, maka pekerjaan sehari hari dilakukan oleh seorang pejabat yang ditunjuk oleh Bupati. Pasal 25 (1). Atas usul dan sasaran dari BPD dengan berdasarkan kepada keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka Bupati dapat mencabut pemberhentian sementara Kepala Desa yang bersangkutan dalam hal yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah. (2). Apabila Kepala Desa yang bersangkutan dinyatakan bersalah dengan berdasarkan atas keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka Bupati memberhentikan Kepala Desa yang bersangkutan tidak dengan hormat. (3). Selambatnya lambatnya 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian Kepala Desa sudah harus dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa. BAB XI PEMBERITAHUAN DARI BPD KEPADA KEPALA DESA MENGENAI AKAN BERAKHIRNYA MASA JABATAN KEPALA DESA Pasal 26 (1). BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatannya Kepala Desa secara tertulis selambatnya

lambatnya 6 bulan sebelum masa jabatan Kepala Desa berakhir. (2). 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, BPD meminta kepada Kepala Desa untuk menyampaikan pertanggung jawaban akhir masa jabatan kepada BPD. (3). Apabila keterangan Pertanggung jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diterima BPD, maka Kepala Desa yang bersangkutan tidak dapat dicalonkan kembali untuk masa jabatan berikutnya. (4). Selambat lambatnya 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa,BPD segera memproses Pemilihan Kepala Desa yang baru. BAB XII PENGATURAN MENGENAI PENYELENGGARAAN PENCALONAN DAN PEMILIHAN KEPALA DESA TIDAK TEPAT WAKTU Pasal 27 (1). Apabila masa jabatan Kepala Desa sudah berakhir dan belum juga dilaksanakan pemilihan Kepala Desa yang baru, maka BPD mengusulkan Kepada Bupati untuk penunjukan Pejabat Kepala Desa. (2). Masa jabatan pejabat Kepala Desa paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan dari BPD.

(3). Selama masa tugas Pejabat Kepala Desa, BPD sudah harus memproses, Pemilihan Kepala Desa. BAB XIII MEKANISME PENGANGKATAN PEJABAT KEPALA DESA Pasal 28 (1). Pejabat Kepala Desa diangkat oleh Bupati atas usul dari BPD dengan memperhatikan syarat syarat sebagaimana dalam pasal 2. (2). Pengangkatan Pejabat Kepala Desa dilakukan, karena Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh Bupati sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. BAB XIV BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA DAN PEMBEBANANNYA Pasal 29 (1). Biaya Pemilihan Calon Kepala Desa ditetapkan oleh panitia pemilihan setelah melalui musyawarah BPD. (2). Biaya Pemilihan Calon Kepala Desa dipergunakan untuk : a. Honorarium Petugas Pendaftaran wajib Pilih. b. Biaya Alat Tulis. c. Biaya rapat rapat.

d. Biaya pembuatan Kartu suara, undangan dan semacamnya. e. Biaya pembuatan kotak dan bilik suara. f. Honorarium Panitia pemilihan. g. Honorarium petugas keamanan. Pasal 30 (1). Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan kepada Pemerintah Daerah bersama warga desa yang bersangkutan. (2). Dalam hal biaya pemilihan dari masyarakat masih di anggap kurang, maka biaya pemilihan Kepala Desa di mungkinkan untuk di pungut dari partisifasi calon Kepala Desa. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 (1). Segala Peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini di nyatakan tidak berlaku. (2). Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai aturan pelaksanaannya akan di tetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. Pasal 32 (1). Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

(2). Agar setiap Orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkan di dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto. Ditetapkan di : Jeneponto Pada tanggal : 5 September 2000 BUPATI JENEPONTO ttd Dr. Ir. H. BAHARUDDIN BASO TIKA, MS Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor : 03 Tanggal 15 September 2000 Seri : Nomor : 03 SEKRETARIS DAERAH ttd Drs.H. SYAHRIR WAHAB Pangkat : Pembina Utama Muda Nip : 580 007 694. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Setda Kabupaten Jeneponto BAKKARANG, SH Pangkat : Penata Tk. I Nip : 110 048 877