Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG Menimbang : Bahwa dengan berlakunya undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan untuk mewujudkan tata tertib dalam proses pemilihan Kepala Desa maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan Pemilihan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649); 2. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam wilayah-wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Penyesuaian Peristilahan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan;

2 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Peraturan Mengenai Desa; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Wilayah daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUPANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG TENTANG PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Kupang. b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah berserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. c. Bupati adalah Bupati Kupang. d. Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. e. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan Perangkat Desa.

3 f. Badan Perwakilan Desa (BPD) adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemukapemuka masyarakat di Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peratuan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. g. Calon kepala desa adalah warga masyarakat desa setempat yang berdasarkan hasil penyaringan oleh Panitia Pemiliha Kepala Desa dan ditetapkan sebagai calon Kepala Desa. h. Calon yang berhak dipilih adalah calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Badan Perwakilan Desa sebagai calon yang akan dipilih adalam pemilihan Kepala Desa. i. Calon terpilih adalah calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan calon kepala desa. j. Penjabat Kepala Desa adalah seorang penjabat yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak wewenang dan kewajiban kepala desa dalam kurun waktu tertentu. k. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat yang berhak mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa. l. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya. m. Hak memilih adalah hak yang dimiliki oleh pemilih untuk menentukan pilihannya. n. Penjaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk mendapatkan bakal calon dari warga desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan. o. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan baik dari segi administrasi, kemampuan serta kepemimpinan dari bakal calon yang telah memenuhi persyaratan. BAB II PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA

4 Pasal 2 (1) Badan Perwakilan Desa membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Badan Perwakilan Desa. (2) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini kenggotaannya terdiri dari : a. Ketua Badan Perwakilan Desa sebagai Ketua merangkap anggota. b. Wakil Ketua Badan Perwakilan Desa sebagai wakil merangkap anggota. c. Sekretaris Badan Perwakilan Desa sebagai Sekretaris merangkap anggota. d. Anggota Badan Perwakilan Desa sebagai Anggota. e. Para Kepala Dusun sebagai anggota. (3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini mempunyai tugas : a. Melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon. b. Melakukan pemeriksaan persyaratan bakal calon. c. Melaksanakan pendaftaran pemilih yang berhak memilih. d. Mengumumkan nama-nama calon Kepala Desa yang berhak dipilih. e. Menetapkan tanda gambar dan masing-masing calon. f. Melaksanakan pemilihan calon Kepala Desa. g. Menetapkan besarnya biaya pemilihan Kepala Desa. h. Membuat Berita Acara jalannya Pemilihan dan Berita Acara Perhitungan suara kepada Badan Perwakilan Desa. Pasal 3 Apabila Ketua dan Wakil Ketua Panitia Pemilihan ada yang ditetapkan sebagai Bakal Calon Kepala Desa atau karena berhalangan, maka Ketua dan Wakil Ketua tersebut diganti oleh anggota Badan Perwakilan Desa lainnya berdasarkan Keputusan Badan Perwakilan Desa.

5 BAB III HAK MEMILIH DAN DIPILIH Pasal 4 Yang dapat memilih Kepala Desa adalah penduduk Desa warga Negara Republik Indonesia yang : a. Terdaftar sebagai penduduk Desa yang bersangkutan secara sah sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus. b. Sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah pernah kawin. c. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang positif. d. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam suatu kegiatan yang menghianati negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 seperti G.30 S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya. Pasal 5 (1) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah Penduduk Desa warga negara Republik Indonesia yang : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan UUD 1945 seperti G. 30 S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya. d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau berpengetahuan sederajat. e. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun dan setinggi-tingginya 65 tahun. f. Sehat jasmani dan rohani. g. Berkelakuan baik, jujur dan adil. h. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

6 i. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat. k. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa. (2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga harus memenuhi syaratsyarat lain sesuai adat istiadat yang berlaku antara lain : a. Tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran/larangan adat (bagi daerah yang adatnya masih kuat). b. Taat menjalankan ibadah. c. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. d. Tidak poligami. (3) Pegawai Negeri yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), juga harus memiliki Surat Keterangan dari atasannya yang berwenang untuk itu. (4) Bagi putra Desa yang bertempat tinggal diluar Desa dapat dicalonkan sebagai calon Kepala Desa, jika penduduk dalam Desa tersebut tidak bersedia dicalonkan. (5) Bagi calon Kepala Desa yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala Desa, terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Kepala Desa harus bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan. Pasal 6 Dalam Pemilihan Kepala Desa, Bakal Calon yang telah ditetapkan sebagai Calon yang berhak dipilih atau pemilih, wajib hadir dan tidak boleh diwakilkan kepada siapapun dan dengan alasan apapun. BAB IV PENCALONAN KEPALA DESA Pasal 7

7 (1) Badan Perwakilan Desa memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis selambat-lambatnya enam bulan sebelum masa jabatan. (2) Tiga bulan sebelum berakhirnya masa jabatannya, Kepala Desa menyampaikan pertanggung jawaban akhir masa jabatan kepada Badan Perwakilan Desa. (3) Selambat-lambatnya dua bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, BadanPerwakilan Desa membentuk Panitia Pemmilihan Kepala Desa. Pasal 8 (1) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) segera melakukan pendaftaran bakal calon Kepala Desa maupun pemilih. (2) Bersamaan dengan pelaksanaan pendaftaran sebagaiman dimaksud ayat (1) Panitia Pemilihan juga melakukan penjaringan bakal calon Kepala Desa. (3) Hasil penjarigan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) setelah dilengkapi dengan persyaratan administrative kemudian dilakukan penyaringan. (4) Berdasarkan hasil penyaringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan, oleh Panitia Pemilih diajukan kepada Badan Perwakilan Desa untuk ditetapkan sebagi calon yang berhak dipilih, sedikit-sedikitnya dua orang. Pasal 9 Apabila Calon yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan mengundurkan diri maka haurs dilakukan penjaringan ulang jika calon kurang dari dua orang. BAB V PEMILIHAN CALON YANG BERHAK DIPILIH Pasal 10 Setelah Badan Perwakilan Desa menetapkan calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4), selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pemungutan

8 suara dilaksanakan Panitia Pemilihan memberitahukan kepada warga masyarakat Desa tentang tempat dan waktu pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa. Pasal 11 Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dihadiri oleh Badan Perwakilan Desa, Panitia Pemilihan, Calon yang berhak dipilih dan Pemilih. Pasal 12 (1) Pemilihan calon yang berhak dipilih dilaksanakan dalam rapat pemilihan calon Kepala Desa yang dipimpin oleh Ketua Panitia Pemilihan dengan dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah seluruh Pemilih yang telah disahkan oleh Ketua Pantia Pemilihan. (2) Apabila pada pembukaan rapat pemilihan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) jumlah pemilih belum mencapai quorum Pimpinan rapat mengundurkan rapat paling lama 3 jam dengan ketentuan quorum tetap 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pemilih. (3) Apabila sampai batas waktu pengunduran sebagaimana dimaksud ayat (2) quorum belum juga tercapai maka pelaksanaan rapat pemilihan calon Kepala Desa dibatalkan dan diundurkan oleh Pimpinan rapat selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari dengan quorum ½ + 1 (setengah tambah satu) jumlah pemilih. (4) Pengunduran waktu rapat pemilihan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (3) diumumkan dalam forum rapat oleh Pimpinan rapat dan dituangkan dalam Berita Acara Penundaan Pemilihan. Pasal 13 (1) Anggota Badan Perwakilan Desa dan Panitia Pemilihan serta Calon Kepala Desa tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak pilihnya. (2) Kecuali bagi calon Kepala Desa yang bukan penduduk Desa yang bersangkutan tidak berhak untuk menggunakan hak pilihnya.

9 Pasal 14 (1) Pemilihan calon Kepala Desa dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil oleh penduduk Desa yang telah memenuhi persyaratan. (2) Pemberian suara dilakukan dengan mencoblos foto calon atau tanda gambar yang berhak dipilih dalam bilik suara yang telah disediakan oleh Panitia Pemilihan. (3) Seorang Pemilih hanya memberikan suaranya kepada 1 (satu) orang calon yang berhak dipilih. (4) Seorang pemilih yang berhalangan hadir karena sesuatu alasan tidak dapat diwakilkan dengan cara apapun. Pasal 15 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan, Panitia Pemilihan menyediakan : a. Papan pengumuman yang memuat nama-nama Calon yang berhak dipilih sesuai penetapan Badan Perwakilan Desa. b. Surat suara yang memuat foto Calon atau tanda gambar yang berhak dipilih yang telah ditanda tangani oleh Ketua Panitia Pemilihan, sebagai surat suara yang sah. c. Sebuah kotak suara atau lebih yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan berikut kuncinya. d. Bilik suara atau tempat khusus untuk pelaksanaan pemberian suara. e. Alat pencoblos di dalam bilik suara. f. Papan tulis untuk menghitung suara. (2) Bentuk dan model surat suara sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b adalah sebagai berikut : a. Bentuk surat suara segi empat dengan ukuran 20 cm x 20 cm dengan warna dasar putih. b. Model surat suara dilipat dua dengan tanda-tanda 1) Bagian dalam berisi kotak-kotak tanda gambar berukuran 5 cm x 5 cm yang jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya Calon yang berhak dipilih. 2) Bagian luar sebelah atas tertera tulisan PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA KECAMATAN KABUPATEN

10 3) Pada bagian luar sebelah kiri bawah ditanda tangani oleh Ketua Panitia Pemilihan atau oleh Sekretaris apabila Ketua Panitia Pemilihan berhalangan. 4) Tanda gambar pada bagian dalam surat suara ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. (3) Tanda gambar sebagaimana pada ayat (1) huruf b pasal ini tidak boleh menggunakan tanda gambar Organisasi Peserta Pemilu dan bukan dengan tanda warna. BAB VI TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA Pasal 16 Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pemilihan membuka kotak suara dan memperlihatkannya kepada pemilih bahwa kotak suara dalam keadaan kosong serta menutupnya kembali, mengunci dan menyegel dengan menggunakan kertas yang dibubuhi Cap stempel Panitia Pemilihan. Pasal 17 (1) Pemilih yang hadir wajib menyerahkan surat panggilan dan bukti dirinya. (2) Pemilih yang hadir diberikan selembar surat suara oleh Panitia Pemilihan, melalui pemanggilan berdasarkan urutan daftar hadir. (3) Setelah menerima surat suara, Pemilih memeriksa atau meneliti dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak kepada Panitia Pemilihan. Pasal 18 (1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh Panitia Pemilihan. (2) Pemilih yang masuk ke dalam bilik suara adalah pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya. (3) Pemilih yang keliru mencoblos surat suara dapat meminta surat suara baru setelah menyerahkan surat suara yang keliru dicoblos kepada Panitia Pemilih.

11 (4) Setelah surat suara dicoblos, Pemilih memasukkan surat suara ke dalam kotak suara yang telah disediakan dalam keadaan terlipat. Pasal 19 (1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan berkewajiban menjamin agar proses pemilihan berjalan dengan lancar, tertib, aman dan teratur. (2) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, para Calon yang berhak dipilih harus berada ditempat yang telah ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan suara. (3) Panitia Pemilihan menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya memberikan satu suara dan menolak memberikan suara yang diwakilkan dengan alasan apapun. BAB VII PELAKSANAAN PERHITUNGAN SUARA Pasal 20 Setelah semua pemilih menggunakan hak pilihnya untuk memberikan suaranya Panitia Pemilihan meminta kepada masing-masing Calon yang berhak dipilih agar menugaskan satu orang pemilih untuk menjadi saksi dalam perhitungan suara. Pasal 21 (1) Panitia Pemilihan membuka kotak suara dan menghitung jumlah surat suara yang didampingi oleh para saksi. (2) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui suara yang diberikan kepada Calon yang berhak dipilih dan kemudian Panitia Pemilihan membaca nama calon yang mendapat suara tersebut serta mencatatnya di papan tulis yang telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua pemilih yang hadir. Pasal 22 (1) Surat suara dianggap tidak sah, apabila : a. Memakai surat suara yang tidak ditentukan.

12 b. Tidak terdapat tanda tangan Ketua Panitia Pemilihan. c. Ditanda tangani atau memuat tanda yang menunjukkan identitas Pemilih. d. Memberikan suara untuk lebih dari 1 Calon yang berhak dipilih. e. Menentukan calon lain selain dari calon yang berhak dipilih yang telah ditentukan. f. Mencoblos tidak tepat pada kotak foto atau tanda gambar yang disediakan. (2) Alasan-alasan yang menyebabkan surat suara tidak sah, diumumkan kepada para pemilih pada saat itu juga. Pasal 23 (1) Calon yang memperoleh suara terbanyak dinyatakan sebagai Calon Terpilih. (2) Apabila Calon yang memperoleh suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 1 (satu) orang dengan jumlah yang sama, maka untuk menentukan Calon yang berhak menjadi Kepala Desa diadakan pemilihan ulang. (3) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan hanya untuk Caloncalon yang mendapat suara terbanyak dalam jumlah yang sama selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak penanda tanganan Berita Acara Pemilihan. (4) Dalam hal Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hasilnya tetap sama maka untuk menetapkan Calon Terpilih keputusannya diserahkan kepada Badan Perwakilan Desa. BAB VIII PENETAPAN CALON TERPILIH Pasal 24 (1) Setelah perhitungan suara selesai Panitia Pemilih menyusun menandatangani dan membacakan Berita Acara Pemilihan. (2) Laporan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa dan Berita Acara Pemilihan disampaikan oleh Panitia Pemilihan kepada Badan Perwakilan Desa. (3) Berdasarkan laporan pelaksanaan Pemilihan dan Berita Acara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Perwakilan Desa menetapkan calon Kepala Desa terpilih dengan Keputusan Badan Perwakilan Desa.

13 BAB IX PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DESA Pasal 25 Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (3) oleh Badan Perwakilan Desa disampaikan kepada Bupati untuk mendapat pengesahan selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Keputusan Badan Perwakilan Desa dimaksud. Pasal 26 (1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkan Surat Keputusan Bupati maka Kepala Desa yang bersangkutan mengucapkan sumpah janji dan dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, Kepala Desa yang bersangkutan bersumpah/berjanji menurut agama dan kepercayaannya. (3) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum pada Pasal 98 ayat (3) Undang-undang Nomor 22 Tahun Pasal 27 (1) Pada saat mengucapkan sumpah/janji dan pelantikan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diselenggarakan di pusat Pemerintahan Desa dalam suatu upacara yang oleh anggota Badan Perwakilan Desa dan masyarakat yang bersangkutan. (2) Pada saat Upacara pengucapan sumpah/janji dan pelantikan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Kepala Desa yang akan dilantik berpakaian Dinas Upacara berwarna putih. Pasal 28 (1) Pelantikan Kepala Desa dilaksanakan tepat pada akhir masa jabatan Kepala Desa yang bersangkutan dan ditetapkan sebagai tanggal Pelantikan. (2) Apabila pelaksanaan Pelantikan Kepala Desa jatuh pada hari libur maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari libur.

14 (3) Pelantikan Kepala Desa yang tidak dapat dilaksanakan tepat waktu karena alasanalasasn yang dapat dipertanggung jawabkan dapat ditunda selama-lamanya 1 (satu) bulan sejak tanggal berakhirnya masa jabatan Kepala Desa yang bersangkutan dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa dengan ketentuan bahwa Kepala Desa yang bersangkutan tetap melaksanakan tugasnya selama masa penundaan tersebut. Pasal 29 Setelah mengucapkan sumpah/janji danpelantikan Kepala Desa yang bersangkutan segera melaksanakan serah terima jabatan. Pasal 30 (1) Masa jabatan Kepala Desa selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pelaksanaan pelantikan. (2) Apabila masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir yang bersangkutan boleh dicalonkan kembali untuk masa jabatan berikutnya yang bersangkutan tidak dapat diusulkan lagi untuk yang ketiga kalinya. BAB X PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA pasal 31 (1) Kepala Desa memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kewajiban yang ditetapkan besama Badan Perwakilan Desa. (2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupatidengan tembusan Camat. (3) Pertanggungjawaban danlaporan pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun pada setiap akhir tahun anggaran.

15 Pasal 32 (1) Pertanggungjawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) ditolak oleh Badan Perwakilan Desa termasuk pertanggungjawaban keuangan harus dilengkapi atau disempurnakan dan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari disampaikan kembali kepada Bupati. (2) Dalam hal pertanggungjawaban Kepala Desa yang telah dilengkapi atau disempurnakan ditolak untuk kedua kalinya maka Badan Perwakilan Desa dapat mengusulkan pemberhentian Kepala Desa yang bersangkutan kepada Bupati. BAB XI PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA Pasal 33 (1) Kepala Desa yang dituduh atau tersangkut dalam suatu tindak pidana dapat diberhentikan sementara oleh Bupati atas usul Badan Perwakilan Desa. (2) Selama Kepala Desa dikenakan pemberhentian sementara maka pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh seorang Penjabat Kepala Desa yang diangkat oleh Bupati atas usul Badan Perwakilan Desa. (3) Apabila berdasarkan pemberitahuan dari Penyidik Umum atau berdasarkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama dinyatakan bahwa Kepala Desa yang bersangkutan tidak terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan maka BPD mengusulkan agar mencabut Surat Keputusan Bupati tentang Pemberhentian Sementara. (4) Apabila berdasarkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama terbukti Kepala Desa yang bersangkutan melakukan perbuatan yang dituduhkan sedangkan Kepala Desa yang bersangkutan melakukan upaya banding, maka selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak upaya banding dimaksud belum selesai, maka Badan Perwakilan Desa berhak mengusulkan kepada Bupati agar Kepala Desa yang bersangkutan diberhentikan. Pasal 34

16 (1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa diaksanakn setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. b. Dituduh telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman mati. (3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada Bupati selambat-lambatnya dua kali dua puluh empat jam. Pasal 35 (1) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa wajib bersikap dan bertindak adil, tidak diskriminatif serta tidak mempersulit dalam memberikan pelayann kepada msyarakat. (2) Kepala Desa yang bersikap dan bertindak tidak adil diskriminatif dan mempersulit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat diusulkan untuk diberhentikan dari jabatannya setelah melalui teguran dan atau perigatan sekurang-kurangnya tiga kali berdasarkan hasil rapat BPD. Pasal 36 (1) Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh Penjabat yang berwenang karena a. Meninggal dunia. b. Atas permintaan sendiri. c. Berakhir asa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang baru. d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada pasal 97 Undang-undang Nomor 22 Tahun e. Melanggar sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada pasal 98 ayat (3) Undangundang Nomor 22 Tahun 1999.

17 f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku dan atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Desa. (2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati atas usul Badan Perwakilan Desa. Pasal 37 Kepala Desa dilarang a. Melakukan kegiatan-kegiatan atau melalaikan tindakan yang menjadi kewajibannya yang merugikan kepentingan negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat Desa. b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat serta melakukan perbuatan lain yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinannya sebagai Kepala Desa, misalnya melakukan perbuatan susila perjudian dan atau mabuk-mabukan. Pasal 38 (1) Bagi Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugasnya sampai dengan 6 (enam) bula berturut-turut maka Sekretaris Desa ditunjuk oleh Pejabat yang berwenang untuk menjalankan hak, wewenang dan kewajibannya sebagai Kepala Desa. (2) Apabila setelah 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan berdasarkan keterangan Majelis Penguji Kesehatan Pegawai bahwa Kepala Desa tersebut belum dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya, maka pejabat yang berwenang memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan Penjabat Kepala Desa.

18 Pasal 39 Kepala Desa dari Pegawai Negeri yang belum berakhir masa jabatannya tidak dapat diberhentikan dengan alasan bahwa yang bersangkutan memasuki usia atau sudah pensiun sebagai pegawai negeri. Pasal 40 Kepala Desa dari Pegawai Negeri yang belum berakhir masa jabatannya, tidak dapat dicalonkan a. Dalam Jabatan Struktural atau Fungsional, kecuali terlebih dahulu mendapat izin/persetujuan dari Pejabat yang berwenang. b. Sebagai Calon Kepala Desa di Desa lain. Pasal 41 Kepala Desa dari Pegawai Negeri yang berhenti atau diberhentikan oleh Pejabat yang berwenang atau habis masa jabatannya dikembalikan ke instansi Induknya. BAB XII PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA Pasal 42 (1) Pengangkatan penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati atas usul Badan Perwakilan Desa. (2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah salah satu dari Perangkat Desa yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang. (3) Masa jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selamalamanya 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal Pelantikan. (4) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji dan dilantik oleh pejabat yang berwenang.

19 Pasal 43 Hak, wewenang dan kewajiban penjabat Kepala Desa adalah sama dengan hak, wewenang dan kewajiban Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. BAB XIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 44 (1) Apabila penyelenggaraan Pencalonan sampai dengan Pemilihan Kepala Desa tidak dapat dilaksanakan tepat waktu, Pejabat yang berwenang dapat memperpanjang waktunya untuk selama-lamanya 3 (tiga) bulan, dengan ketentuan bahwa Kepala Desa yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sampai dilantiknya Kepala Desa hasil pemilihan (2) Apabila perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ternyata belum cukup, maka Pejabat yang berwenang menetapkan Penjabat Kepala Desa. (3) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada anggaran Desa sesuai dengan kondisi Desa yang bersangkutan, dan disampaikan kepada Badan Perwakilan Desa untuk mendapat persetujuan dengan Keputusan Badan Perwakilan Desa. (4) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Buptai sepanjang mengenai pelaksanaannya. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 45 Untuk kelancaran pelaksanaan Peraturan Daerah ini, Bupati dapat menetapkan Petunjuk Teknis Pemilihan Kepala Desa.

20 Pasal 46 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dalam Lembaran Daerah. Agar supaya setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kupang. Ditetapkan di Kupang Pada tanggal 14 September 2000 BUPATI KUPANG, DRS. IBRAHIM AGUSTINUS MEDAH Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kupang Nomor 384 Seri D Nomor 384 Tanggal 30 September 2000 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUPANG BARNABAS B. ndjurumana, SH Pembina Utama Muda NIP

21 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA I. PENJELASAN UMUM Peraturan Daerah Kabupaten Kupang ini disusun sebagai pelaksanaan dari Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa. Dibandingkan dengan peraturan-peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang dalam implikasinya telah melemahkan (depowering) membuat Desa sebagai milik bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kebiasaan, maka Peraturan Daerah ini lebih menekankan pada aspek pemberdayaan masyarakat karena masyarakat Desalah yang memiliki Desa sehingga mereka diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Berpijak pada dasar pemikiran tersebut dan dalam rangka mengaktualisasikan sistem demokrasi di Desa, maka dalam Peraturan Daerah ini telah mengatur hal-hal sebagai berikut : 1. Proses pencalonan, pemilihan dan penetapan calon Kepala Desa terpilih dilakukan sendiri oleh rakyat melalui Badan Perwakilan Desa, Bupati hanya mengesahkan hasil pemilihan. Hal ini untuk menghindari adanya campur tangan Pemerintah terhadap calon Kepala Desa. 2. Masa jabatan Kepala Desa tidak boleh lebih dari 10 (sepuluh) tahun atau 2 (dua) satu periode dan dapat dipilih kembali untuk periode kedua. 3. Bakal calon Kepala Desa tidak lagi didasrkanpada surat lamaran tetapi melalui pencalonan oleh masyarakat.

22 4. Penetapan calon yang berhak dipilih tidak lagi oleh Bupati tetapi oleh masyarakat melalui BPD berdasarkan Bakal calon yang diajukan oleh masyarakat. 5. Panitia Pemilihan Kepala Desa tidak lagi dijabat oleh Camat dan Perangkat Kecamatan tetapi seluruhnya oleh BPD. 6. Penetapan calon terpilih dilaksanakan oleh BPD dengan surat Keputusan BPD, Bupati hanya mengesahkan surat keputusan BPD tersebut. 7. Pertanggungjawaban Kepala Desa tidak lagi kepada Bupati tetapi langsung kepada rakyat melalui BPD, Bupati hanya mendapatkan laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa. 8. Kepala Desa dapat diusulkan pemberhentian oleh BPD kepada Bupati apabila Kepala Desa tersebut tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik termasuk pemberian pertanggungjawaban Kepala Desa. 9. Dalam Peraturan Daerah ini perlu mengatur tentang larangan Kepala Desa dimana ketentuan tentang itu tidak termuat dalam Peraturan-peraturan pelaksana terdahulu. Diharapkan dengan pengaturan-pengaturan seperti di atas, masyarakat Desa dan kelembagaannya dapat berperan lebih baik untuk bersama Kepala Desa membangun masyarakat Desa ke arah lebih baik. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d Pasal 7 Pasal 8 Ayat (3) Pasal 9 Pasal 10 : Cukup Jelas. : sebelum dilakukan penyaringan bakal calon Panitia Pemilihan menetapkan tata cara penyaringan. Tata cara penyaringan meliputi : - Penentuan rangking yang boleh ditetapkan sebagai calon. - Pemeriksaan syarat-syarat/kelengkapan administrasi dari para bakal calon. - Penetapan urutan bakal calon yang memenuhi syarat. - Penetapan bakal calon yang memenui syarat. : Cukup Jelas. : Cukup Jelas.

23 Pasal 11 : Cukup Jelas. Pasal 12 Ayat (3) : penetapan quorum ½ (setengah) dari jumlah pemilih sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (3) adalah bahwa apabila dalam kurun waktu pengunduran tiga jam juga belum mencapai 2/3 (dua per tiga), maka hari berikutnya sudah dapat diartikan pengunduran waktu paling lama sepuluh hari, dengan demikian dapat dilaksanakan pemilihan dengan quorum ½ (setengah). Pasal 13 s/d 22 : Cukup Jelas. Pasal 23 Ayat (4) : wewenang BPD yang dimaksudkan disini adalah wewenang untuk menentukan calon manakah yang pantas ditetapkan menjadi Kepala Desa. Wewenang BPD dapat diupayakan melalui : a. Dua orang calon yang mendapatkan suara yang sama melakukan undian atau. b. Mengajukan beberapa pertanyaan kepada dua calon tersebut yang memperoleh nilai tertinggi dinyatakan sebagai calon terpilih. Pasal 24 s/d 31 : Cukup Jelas. Pasal 32 Ayat (1) : jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari dimaksud adalah kurun waktu yang disediakan untuk Kepala Desa guna menyempurnakan kembali laporan pertanggungjawaban yang ditolak dan penyampaian kembali laporan tersebut tidak boleh melewati waktu tiga puluh hari yang ditentukan. Pasal 33 s/d 46 : Cukup Jelas. --oo00oo--