BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL: PENERAPAN PSAK 107 ATAS PEMBIAYAAN IJARAH MULTIJASA DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG GORONTALO. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat Indonesia pada 1 November 1991 (Antonio, 2011:25). Pada mulanya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

No. 15/26/DPbS Jakarta, 10 Juli Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH TEORI DAN PRAKTIK KONTEMPORER BERDASARKAN PAPSI 2013 EDISI 2

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah)

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan.

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/SEOJK.03/2015

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

Silabus. EKA 5356 Manajemen Bank Syariah. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya sistem ekonomi serta sistem yang menopangnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

REGULASI ENTITAS SYARIAH

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1 Di Indonesia sendiri dengan penduduk. yang dapat digunakan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengangkat perekonomian rakyat secara adil. melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. pinjaman... I. UMUM II.

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ruang Lingkup PSAK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank Islam memiliki ciri karakter sendiri yang berbeda dengan bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh transaksinya, tetapi didalamnya terdapat sistem yang membawa manusia mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan terutama dalam hal sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, syarat-syarat umum dalam pembukaan simpanan maupun dalam mendapatkan pembiayaaan. Akan tetapi terdapat banyak perbedaan mendasar (prinsip) diantara bank syariah dengan bank konvensional menyangkut aspek legal dan lembaga peradilan, kegiatan operasional, struktur organisasi, orientasi dan usaha yang dibiayai, serta lingkungan kerja. Berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang terbit pada tanggal 16 Juli 2008, semakin memperjelas bahwa perbankan syariah di Indonesia semakin mempunyai landasan hukum dan peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain itu juga kenyataan membuktikan bahwa perbankan syariah cukup berhasil bertahan dalam krisis moneter yang mengguncang perbankan nasional. 1

2 Selama 10 Tahun ini (1992-2002) Bank syariah di Indonesia tidak memiliki PSAK khusus. Hingga PSAK No. 59 sebagai produk DSAK-IAI disahkan sebagai awal dari pengakuan dan eksistensi Akuntansi Syariah di Indonesia (Muhammad, 2009: 29). Namun pada 19 September 2006 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) melakukan perubahan pada PSAK dengan menambahkan PSAK 101 sampai PSAK 107 yang membahas tentang praktik akuntansi dilembaga keuangan syariah yang merupakan penyempurnaan dari PSAK No. 59. Letak perbedaan antara PSAK No. 59 dengan PSAK No. 101-107 yaitu jika PSAK No. 59 untuk bank syariah tetapi pada Perubahan PSAK No. 101 sampai dengan 107 untuk seluruh Lembaga Keuangan Syariah. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 21 April 2009. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan perlakuan akuntansi untuk pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi ijarah. Cakupannya meliputi: pengakuan dan pengukukuran objek ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hak milik objek sewa, terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen. Dalam kasus akad ijarah, bank syariah dapat bertindak sebagai pemilik objek sewa maupun sebagai penyewa. Di samping itu, standar PSAK 107 ini dapat pula diterapkan pada entitas lain yang melakukan ijarah.

3 PSAK 107 untuk akuntansi ijarah telah pula dirangkum dalam PAPSI 2013, yang terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu ijarah atas aset berwujud dan ijarah atas jasa. Kepatuhan perbankan syariah di Indonesia terhadap PAPSI 2013 telah dijelaskan pada poin pertama, kedua dan poin kelima dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, diantaranya yaitu: 1. Surat Edaran ini menjadi dasar untuk pemberlakuan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2013 yang menjadi acuan bagi Bank Umum Syariah (BUS dan Unit Usaha Syariah (UUS) dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, selain PSAK dan ketentuan lain yang berlaku. Dengan diterbitkannya PAPSI 2013 diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan dan laporan keuangan BUS dan UUS menjadi relevan, komprehensif, andal, dan dapat diperbandingkan. 2. Secara teknis, PAPSI 2013 merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi i ndustri perbankan syariah. Dalam PAPSI juga diatur bagaimana keterterapan PSAK No.50 (Revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK No. 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

4 3. Sebagai petunjuk pelaksanaan dari PSAK maka untuk hal-hal yang tidak diatur dalam PAPSI tetap mengacu kepada PSAK yang berlaku. Pada dasarnya kegiatan usaha bank syariah dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) jenis produk, yaitu produk s impanan seperti giro, deposito, dan tabungan, produk-produk jasa seperti pengiriman uang, dan produk aset seperti pembiayaan. Bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah antara lain berdasarkan prinsip jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (murabahah), pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayarannya dilakukan di muka (salam), pembelian barang yang dilakukan dengan kontrak penjualan yang disepakati ( istishna ), kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal sedangkan pihak lain menjadi pengelola ( mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal ( musyarakah), jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua ( kafalah), pengalihan utang ( hawalah), pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih dan diminta kembali ( qardh), dan pemindahan hak guna atas barang dan jasa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan ( ijarah). (Antonio: 2001). Produk penyaluran dana/pembiayaan ijarah, menerapkan prinsip sewa dimana pihak bank syariah menyediakan berbagai aset untuk disewakan manfaatnya, dapat berupa sewa barang maupun sewa jasa. Ijarah ini terbagi atas 2 (dua), yakni: ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik, antara akad ijarah dan ijarah

5 muntahiya bittamlik memiliki kesamaan dalam jenis akadnya, yakni sewamenyewa, namun dalam aplikasi pembiayaan diperbankan, kedua pembiayaan tersebut dilakukan dalam keadaan yang berbeda. Dalam Effendi (2013), Ijarah biasanya digunakan untuk pembiayaan yang bersifat pelayanan jasa, sedangkan ijarah muntahiya bittamlik digunakan untuk pembiayaan bersifat pemilikan terhadap aset pembiayaan seperti rumah, alat berat, mesin, kenderaan dan sebagainya. Setelah melakukan wawancara dengan Operasional Pembiayaan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, peneliti lebih terfokus pada produk pembiayaan dengan akad ijarah. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Iya selaku Operasional Pembiayaan bahwa, pembiayaan dengan akad ijarah ini masih terhitung baru, karena baru diedarkan tahun 2013, dan ini juga terlihat dari data pembiayaan 5 (lima) bulan terakhir periode oktober 2013 sampai Februari 2014 yang diberikan Bapak Wildi selaku Operasional Pembiayaan. Adapun data pembiayaan Bank Muamalat Cabang Gorontalo telah peneliti sajikan pada tabel berikut ini:

6 Tabel 1: Data Pembiayaan Bank Muamalat Cabang Gorontalo Periode Oktober 2013 s/d Februari 2014 No. Jenis Pembiayaan Jumlah Pembiayaan Persentase 1 Murabahah 4520 73% 2 Mudharabah 35 1% 3 Musyarakah 780 13% 4 Ijarah 85 1% 5 Al-Qard 765 12% Sumber: Data Pembiayaan Periode Oktober 2013 s/d Februari 2014 oleh Bapak Wildi selaku Operasional Pembiayaan PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Cabang Gorontalo Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak Alva selaku Head Funding, bahwa pembiayaan yang menggunakan akad ijarah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo adalah pembiayaan umroh, dan pembiayaan pendidikan lanjut studi, dimana akad ijarah pada pembiayaan lanjut studi tersebut menggunakan akad pendamping wakalah. Pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi ini, secara historis adalah produk jasa. Dalam penjelasan PAPSI 2013, bahwa transaksi ijarah atas jasa dikenal dengan istilah pembiayaan multijasa, yang muncul karena adanya permintaan dari bank untuk mengembangkan produk pembiayaan pada tiga macam keperluan: pembiayaan untuk upacara perkawinan, pembiayaan untuk wisata ibadah (umrah) dan pembiayaan untuk studi tingkat lanjut. Dalam perkembangannya, ia bermutasi menjadi produk yang meliputi berbagai produk pembiayaan yang melayani semua jasa. Bahkan di daerah, produk ini juga digunakan untuk pembiayaan

7 pengurusan TKI yang akan berangkat keluar negeri. Produk ini lahir dari Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/ VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa. Terkait akad wakalah yang mendampingi akad ijarah pada pembiayaan lanjut studi di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, ini berbeda dengan penjelasan Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN- MUI/ VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa, dimana pada poin pertama menjelaskan bahwa Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau akad Kafalah. Akad wakalah yang mendampingi akad ijarah nantinya dapat mempengaruhi perlakuan akuntansi pembiayaan lanjut studi, seperti terjadinya perbedaan waktu pengakuan aset ijarah. Dimana, pihak bank seharusnya mengakui aset ijarah tersebut saat terjadi kerjasama dengan pihak ketiga. Namun dikarenakan akad wakalah ini, maka kerjasama dengan pihak ketiga hanya dilakukan oleh nasabah. Selanjutnya, mengenai metode pencatatan transaksi ijarah, PSAK 107 menerapkan metode accrual basic dalam hal pengakuan pendapatan, dimana transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan. Namun, dari penelitian yang dilakukan terkait pencatatan pembiayaan umroh bahwa, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo menggunakan metode cash basic, pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau

8 dikeluarkan. Sehingga, bank tidak perlu membuat pencadangan untuk kas yang belum tertagih (piutang pendapatan sewa multijasa). Hasil dari prapenelitian yang dilakukan menunjukkan adanya beberapa perbedaan dalam pembiayaan multijasa (pembiayaan umroh dan lanjut studi) di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo terkait Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 dengan penerapannya di bank, kemudian adanya perbedaan waktu pengakuan aset ijarah dan metode pengakuan yang digunakan antara yang tercantum di PSAK 107 dengan aplikasi dilapangan. Berdasarkan fenomena dan masalah yang ada terkait dengan pembiayaan ijarah, maka penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan studi interpretatif. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti mengenai implementasi akad ijarah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, yang hanya berorientasi pada pembiyaan jenis jasa serta pengakuan transaksi-transaksi keuangannya dalam akuntansi syariah, sehingga diangkatlah judul mengenai: Penerapan PSAK 107 atas Pembiayaan Ijarah Multijasa di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan identifikasi masalah dari penelitian ini yaitu:

9 1. Adanya akad ijarah yang masih diikuti dengan akad wakalah. 2. Pendapatan sewa ijarah diakui dengan metode cash basic. 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis penerapan PSAK 107 oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo dengan berusaha menjawab pertanyaan berikut ini: Bagaimanakah penerapan PSAK 107 atas pembiayaan ijarah multijasa di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui penerapan PSAK 107 atas pembiayaan ijarah multijasa di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain: 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini menjadi bukti empiris tentang penerapan PSAK 107 di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, dan menambah wawasan bagi pembaca tentang masalah yang diangkat dalam penelitian ini serta dapat dijadikan tambahan referensi dan dasar untuk melakukan penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

10 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dasar bagi penelitian lebih lanjut yang lebih luas dan spesifik khususnya mengenai pembiayaan syariah, serta dapat menjadi masukan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo dalam perlakuan akuntansi pembiayaan ijarah.