FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

SKRIPSI RISKI IRAWATI H

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN III.

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA. Dhita Aditya Ayuningtyas H

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di DIY (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, sektor perbankan masih memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi. persyaratan guna memperoleh gelar. Sarjana Hukum

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Bukan hanya untuk golongan tertentu saja,

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tetap memegang peranan penting dalam lalu-lintas perdagangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI. Oleh :

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EKO PUTRO MULYARTO H34066038 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

RINGKASAN EKO PUTRO MULYARTO. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ETRIYA). Kredit merupakan salah satu sumber permodalan yang sangat penting untuk membiayai kegiatan suatu usaha. Usaha mikro, kecil, menengah dan besar adalah skala bisnis yang terdapat di Indonesia yang memerlukan kredit sebagai tambahan permodalan dalam mengembangkan suatu usaha. Bagi usaha mikro, kecil dan menengah aspek permodalan merupakan salah satu kendala dari berbagai kendala yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Kendala lain yang mendasar dan terkait dengan masalah permodalan adalah masalah kurangnya kewirausahaan, teknis produksi dan lemahnya kemampuan pemasaran dan manajemen. Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang dapat memberikan kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah. KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang khusus diperuntukan bagi usaha mikro, kecil dan menengah yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Tujuan akhir dari program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Penyaluran KUR oleh BRI dimulai pada bulan November 2007, akan tetapi baru mulai dilaksanakan realisasinya pada bulan Maret 2008. KUR diberikan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha-usaha kecil dan mikro yang disalurkan melalui BRI Unit BRI Unit Leuwiliang merupakan salah satu unit kerja di BRI Cabang Bogor. BRI Unit Leuwiliang memiliki debitur terbanyak dalam penyaluran KUR akan tetapi besar jumlah realisasi kreditnya berada di urutan ketiga setelah BRI Unit Cijeruk dan BRI Unit Cisarua. Jumlah realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang setiap bulannya selalu mengalami penurunan. Sehingga perlu diketahui faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang agar perealisasiannya dapat meningkat. Dengan demikian dapat dilihat faktorfaktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang. Penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Leuwiliang serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sample random sampling (pengambilan sampel secara acak) dengan jumlah responden sebanyak 80 orang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Mekanisme penyaluran KUR yang telah dilakukan oleh BRI Unit Leuwiliang dapat dikatakan tidak sulit. Syarat-syarat maupun prosedur telah disesuaikan dengan keadaan masyarakat sekitar sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Prosedur penyaluran kredit meliputi pelaksanaan persyaratan awal, pendaftaran, dan pemeriksaan usaha calon nasabah. Pemeriksaan usaha calon nasabah tidak terlepas dari prinsip penyaluran kredit (5 C).

Berdasarkan dari hasil pembahasan karakteristik responden berdasarkan pada prinsip penyaluran kredit, dapat diketahui bahwa karakteristik nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang secara umum responden mayoritas adalah laki-laki sebesar 87,5 persen. Responden BRI Unit Leuwiliang mayoritas berusia 33-46 tahun sebesar 46,25 persen. Tingkat pendidikan yang dicapai responden mayoritas hanya sampai tingkat SMU sebesar 43,75 persen. Jenis pekerjaan responden merupakan salah satu kriteria karakteristik responden, mayoritas responden BRI Unit Leuwiliang berprofesi sebagai wiraswasta sebesar 61,25 persen. Jumlah penghasilan per bulan responden BRI Unit Leuwiliang mayoritas berkisar satu sampai dengan lima juta rupiah sebesar 47,5 persen. Waktu yang ditempuh responden untuk dapat ke BRI Unit Leuwiliang yaitu selama satu sampai dengan 15 menit sebesar 81,25 persen. Penilaian karakteristik responden juga dapat dilihat dari frekuensi pinjaman responden. Berdasarkan hasil penelitian, responden BRI Unit Leuwiliang mayoritas memiliki frekuensi pinjaman satu sampai tiga kali sebesar 62,5 persen. Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar responden merupakan nasabah baru dalam mengajukan pinjaman. Selain itu, waktu perealisasiannya adalah selama tujuh hari sebesar 60 persen. Sebagian besar responden memiliki modal usaha sebanyak >10 juta rupiah sebesar 73,75 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di BRI Unit Leuwiliang kondisi perekonomian mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan usaha yang dijalankan. Saat ini di wilayah Leuwiliang terdapat beberapa usaha yang sangat membutuhkan dana untuk mempertahankan usahanya dikarenakan ketatnya persaingan, selain itu ada beberapa usaha yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha dan membuka usaha baru. Berdasarkan hasil regresi linear berganda diketahui bahwa hasil uji-f menyatakan bahwa dari keseluruhan peubah bebas mempengaruhi secara nyata perealisasian KUR di BRI Unit Leuwiliang, dengan nilai P-value sebesar 0,006 lebih kecil dibandingkan nilai α = 0,05. Dari hasil uji-t diketahui bahwa variabelvariabel yang berpengaruh nyata terhadap perealisasian KUR pada α = 0,05 ada tiga faktor yang mempengaruhi perealisasian KUR, yaitu tingkat pendapatan per bulan, frekuensi pengambilan kredit, dan lama usaha. Sedangkan pada α = 0,1 faktor yang mempengaruhi realisasi kredit yaitu modal usaha. Koefisien determinasi yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar 58,4 persen, yang artinya kemampuan seluruh variabel X mampu menjelaskan secara nyata keragaman perealisasian KUR sebesar 58,4 persen. Dari keseluruhan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR ada empat, yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha dan modal usaha. Dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi ada yang mempengaruhi secara negatif, yaitu aset keluarga, aset usaha dan lama pendidikan. BRI Unit Leuwiliang diharapkan lebih memfokuskan pada faktor pendapatan, pengalaman kredit, lama usaha dan modal usaha dalam memenuhi perealisasian KUR guna mendapatkan calon nasabah yang memiliki kualifikasi yang baik. BRI Unit Leuwiliang diharapkan meningkatkan daya serap KUR bagi nasabah dengan melakukan kegiatan pembinaan dan sosialisasi yang berkaitan

dengan manajemen usaha untuk meningkatkan usahanya sehingga perealisasian terhadap KUR meningkat. BRI Unit Leuwiliang diharapkan lebih menilai karakteristik responden dalam perealisasian KUR sehingga perealisasian kredit tepat sasaran bagi pengusaha mikro dan kecil yang membutuhkan dan memenuhi persyaratan KUR BRI Unit Leuwiliang serta untuk penelitian lanjutan, disarankan untuk mengkaji efektivitas penyaluran KUR kepada masyarakat di BRI.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR EKO PUTRO MULYARTO H34066038 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Judul Nama NRP : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor. : Eko Putro Mulyarto : H34066038 Bogor, Maret 2009 Disetujui, Pembimbing Etriya, SP, MM NIP. 132 310 809 Diketahui : Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082 Tanggal Lulus :

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2009 Eko Putro Mulyarto NRP.H34066038

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juli 1985. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Toto Prasetyo dan Ibu Sri Erita Aprillani. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Polisi I Bogor dan lulus pada tahun 1997 dan kemudian dilanjutkan pada pendidikan tingkat menengah pada SMP Negeri 4 Bogor dan dapat diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 pada SMU Bina Bangsa Sejahtera Bogor kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang diselesaikan penulis pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian. Skripsi ini berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi ini menguraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit usaha rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia khususnya di BRI Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, Namur demikian penulis berharap agar hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Maret 2009 Eko Putro Mulyarto

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur, akhirnya penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Penyelesaian penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Etriya, SP, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis mulai dari awal sampai dengan skripsi ini selesai. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator kolokium atas perbaikan yang telah diberikan terhadap isi dan format skripsi. 3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen komite pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran kepada penulis demi perbaikan skripsi ini. 5. Orang tua tercinta, Bapak Toto Prasetyo dan Ibu Sri Erita Aprillani serta adikku tersayang Eryasih Setyorini atas perhatian yang tulus dan kasih sayang yang telah dicurahkan serta dukungan moril dan materil selama ini dan dalam penyelesaian skripsi. 6. Pemimpin Cabang Bank Rakyat Indonesia periode 2008 Bapak Achmad Chumaidi, dan Pemimpin Cabang Bank Rakyat Indonesia periode 2009 Bapak Subandi yang telah mendukung serta memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 7. Kepala Unit BRI Unit Leuwiliang Bapak Dayan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di BRI Unit Leuwiliang. 8. Mantri BRI Unit Leuwiliang Bapak Heri serta seluruh jajaran BRI Unit Leuwiliang baik Deskman, Teller serta petugas lainnya yang banyak memberikan bantuan kepada penulis.

9. Dhita yang selalu mendampingi dan menemani penulis pada saat penulisan skripsi ini. Terima kasih atas kesabaran dan kesetiaannya terhadap penulis selama ini. 10. Dimas Dwi Satya yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar sehingga sangat membantu penulis dalam perbaikan skripsi ini. 11. Febry, Adhy, Aidi, Yuyun, Lia, Mira, serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan namanya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, tarima kasih atas persahabatannya. 12. Seluruh teman-teman dari Diploma III Manajemen Agribisnis sampai dengan Ekstensi Agribisnis terima kasih atas dukungan serta pertemanan yang sangat baik. 13. Trizar yang telah bersedia membantu serta memberikan masukan kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. 14. Mbak Umi atas pengertiannya dan bantuannya kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Bogor, Maret 2009 Eko Putro Mulyarto

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR....xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN.....1 1.1 Latar Belakang.....1 1.2 Perumusan Masalah.....6 1.3 Tujuan Penelitian... 10 1.4 Manfaat Penelitian... 10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA... 11 2.1 Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah... 11 2.2 Pengertian Bank... 12 2.3 Fungsi Bank... 13 2.4 Pengertian Kredit... 14 2.5 Macam-Macam Kredit BRI... 16 2.6 Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI... 18 2.7 Prosedur Umum Perkreditan... 21 2.8 Mekanisme Penyaluran Kredit... 22 2.9 Kajian Penelitian Terdahulu... 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 27 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 29 3.2.1 Permintaan Realisasi Kredit Usaha Rakyat... 31 3.2.2 Penilaian Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pada Prinsip Penyaluran Kredit... 33 IV. METODE PENELITIAN... 36 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 36 4.2 Jenis dan Sumber Data... 36 4.2.1 Data Primer... 36 4.2.2 Data Sekunder... 36 4.3 Metode Pengambilan Sampel... 37 4.4 Metode Pengolahan Analisis Data... 37 4.4.1 Model Analisis Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR... 38 4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda... 38

4.4.3 Evaluasi Model Pendugaan... 39 4.5 Asumsi Dalam Analisis Regresi Linear... 41 4.6 Hipotesa Penelitian... 41 4.7 Definisi Operasional... 42 V. GAMBARAN UMUM BRI... 44 5.1 Sejarah BRI... 44 5.2 Visi, Misi, Tujuan BRI dan Sasaran Jangka Panjang... 46 5.3 Organisasi dan Jaringan Kerja BRI... 47 5.4 Bidang Usaha BRI... 48 5.5 Gambaran Umum Kantor Cabang BRI Bogor... 49 5.6 Gambaran Umum Kantor BRI Unit Leuwiliang... 50 VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN... 54 6.1 Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Leuwiliang... 54 6.2 Character (Karakter) Responden... 57 6.2.1 Jenis Kelamin Responden... 57 6.2.2 Usia Responden... 58 6.2.3 Tingkat Pendidikan Responden... 59 6.2.4 Jenis Pekerjaan Responden... 60 6.2.5 Jumlah Penghasilan Per Bulan Responden... 61 6.2.6 Waktu Tempuh Responden ke BRI... 62 6.2.7 Frekuensi Pinjaman Responden... 63 6.2.8 Waktu Perealisasian KUR Responden... 64 6.3 Modal Usaha Responden... 65 6.4 Kondisi Ekonomi... 66 VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT LEUWILIANG... 67 7.1 Interpretasi Variabel-Variabel Dependent dan Independent... 67 7.1.1 Variabel Dependent... 69 7.1.2 Jumlah Pendapatan Responden... 69 7.1.3 Aset Keluarga Responden... 69 7.1.4 Aset Usaha Responden... 70 7.1.5 Pengalaman Kredit Responden... 70 7.1.6 Lama Usaha Responden... 71 7.1.7 Modal Usaha Responden... 71 7.1.8 Lama Pendidikan Responden... 72 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 73 8.1 Kesimpulan... 73 8.2 Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA... 75 LAMPIRAN... 77

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006....2 2. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006...3 3. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006....4 4. Besar Dana dan Jumlah Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Per 30 Juni 2008...6 5. Pertumbuhan Realisasi KUR Bulan Maret-Juli 2008 di BRI Unit Leuwiliang Bogor...8 6. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu... 26 7. Jenis Kelamin Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang...57 8. Usia Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 58 9. Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 59 10. Jenis Pekerjaan Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 60 11. Jumlah Penghasilan Per Bulan Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 61 12. Waktu Tempuh Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 63

13. Frekuensi Pinjaman Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 63 14. Waktu Perealisasian KUR Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang... 64 15. Modal Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Leuwiliang.. 66 16. Hasil Pengujian Model Regresi Linear Berganda... 68

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Prosedur Umum Perkreditan... 22 2. Permintaan dan Penawaran Kredit... 28 3. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional... 30 4. Struktur Organisasi BRI Unit Leuwiliang... 51

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 17. Laporan Realisasi Kumulatif KUR BRI Unit Kantor Cabang Bogor Bulan Juli 2008...77 18. Laporan KUR Per Sektor BRI Unit Leuwiliang Bulan Juli 2008...78 19. Kuesioner Responden...79 20. Proporsi Jumlah Responden di BRI Unit Leuwiliang...83 21. Struktur Organisasi BRI Pusat...84 22. Struktur Organisasi Kantor Wilayah BRI... 85 23. Struktur Organisasi Kantor Cabang BRI... 86 24. Struktur Organisasi BRI Cabang Pembantu... 87 25. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi KUR... 88 26. Hasil Output SPSS Regresi Linear... 89 27. Undang-Undang RI Tentang UMKM... 91

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, pada suatu negara berkembang terdapat istilah ekonomi rakyat yang merupakan suatu konstruksi pemahaman dari realita ekonomi. Ekonomi rakyat adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh usaha kecil dan mikro. Ekonomi rakyat merupakan pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM, 2007). Lembaga pemerintahan dan swasta membagi pelaku ekonomi ke dalam dua kelompok besar, yaitu ekonomi konglomerasi dan ekonomi rakyat. Sektor ekonomi rakyat berbeda dengan sektor ekonomi konglomerasi karena aktivitas ekonominya sepenuhnya milik rakyat, orientasi pasar dan usahanya juga sepenuhnya milik rakyat dan relatif mandiri 1. Ekonomi rakyat akan lebih tepat dipahami sebagai usaha kecil dan mikro. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga negara Indonesia, memiliki hasil penjualan paling banyak 100 juta rupiah dan dapat menerima kredit dari bank maksimal 50 juta rupiah. Usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU No.9 Tahun 1995, adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah, serta dapat menerima kredit dari bank diatas 50 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah. Usaha menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 Tahun 1998, adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai dengan 10 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank diatas 500 juta rupiah sampai dengan lima milyar rupiah 2. 1 Rahman Uyanto. 2004. Ekonomi Rakyat di Indonesia. http://www.smeru.or.id diakses 30 Juli 2008 2 Efendi.2005. Penyaluran Kredit Berdasarkan Klasifikasi Usaha. http://www.pikiranrakyat.com diakses 30 Juli 2008

Usaha mikro, kecil dan menengah mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah usaha kecil yang ada di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah usaha kecil mendominasi sebanyak 48.823.019 unit dari total usaha yang ada di Indonesia, sedangkan jumlah usaha menengah sebanyak 106.802 unit dan jumlah usaha besar sebanyak 7.294 unit (Kementrian Negara Koperasi dan UMKM, 2007). Persentase terbesar dari usaha kecil ini adalah berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 53,68 persen. Peran dari sektor inilah yang tidak akan lepas dari perekonomian Indonesia sebagai negara agraris. Jumlah usaha kecil, menengah dan besar menurut sektor ekonomi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 No Sektor Ekonomi Skala Usaha Kecil Menengah Besar (unit) (%) (unit) (%) (unit) (%) 1 Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 26.207.670 53,68 1.676 1,57 53 0,74 2 Pertambangan dan 265.676 0,54 617 0,58 120 1,67 Penggalian 3 Industri Pengolahan 3.200.620 6,55 16.886 15,81 2.555 35,47 4 Listrik, Gas dan Air 14.497 0,03 963 0,90 213 2,96 5 Bangunan 162.135 0,33 3.757 3,52 318 4,41 6 Perdagangan, Hotel 13.247.288 27,13 57.651 53,98 1.737 24,11 dan Restoran 7 Pengangkutan dan 2.697.174 5,52 4.763 4,46 322 4,47 Komunikasi 8 Keuangan, 71.431 0,15 11.218 10,50 1.274 17,68 Persewaan, Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 2.956.434 6,07 9.180 8,68 612 8,49 Total 48.823.019 100 106.802 100 7.294 100 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2007

Usaha mikro dan kecil memainkan peranan yang amat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase Produk Domestik Bruto (PDB) kerja usaha kecil pada tahun 2006 mencapai 38,80 persen dari total PDB skala usaha lainnya dan mencapai 43,11 persen untuk nilai persentase PDB tanpa migas, sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang memiliki persentase paling besar dari keseluruhan persentase di skala usaha kecil, yaitu sebesar 87,25 persen (Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2007). Nilai PDB kerja usaha kecil, menengah dan besar per sektor ekonomi menurut sektor ekonomi tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 No Sektor Ekonomi 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Kecil (%) Skala Usaha Menengah (%) Besar (%) 87,25 8,64 4,12 2 Pertambangan dan Penggalian 8,20 3,25 88,55 3 Industri Pengolahan 13,07 11,90 75,03 4 Listrik, Gas dan Air 0,54 7,74 91,72 5 Bangunan 44,28 21,77 33,95 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 75,47 20,79 3,75 7 Pengangkutan dan Komunikasi 29,92 24,21 45,88 8 Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 17,03 46,89 36,09 9 Jasa-jasa 39,70 7,93 52,38 PDB 38,80 15,96 45,25 PDB Tanpa Migas 43,11 17,63 39,26 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2007 Usaha kecil mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja usaha kecil,

menengah dan besar tahun 2006 pada Tabel 3. Usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja sebesar 80.933.473 orang dari total penyerapan usaha kecil, usaha menengah menyerap tenaga kerja sebanyak 4.483.198 orang dari total penyerapan usaha menengah dan usaha besar menyerap sebanyak 3.388.558 orang dari total penyerapan usaha besar (Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2007). Besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap, maka sektor usaha kecil merupakan kunci peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tabel 3. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 No Sektor Ekonomi Skala Usaha Kecil Menengah Besar (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 1 Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 37.965.878 46,90 805.531 17,96 43.126 1,27 2 Pertambangan dan 559.811 0,69 29.972 0,67 71.443 2,11 Penggalian 3 Industri Pengolahan 7.517.088 9,28 1.827.073 40,75 2.636.841 77,82 4 Listrik, Gas dan Air 78.205 0,09 38.970 0,86 53.202 1,57 5 Bangunan 627.595 0,77 89.897 2,00 24.882 0,73 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21.401.446 26,44 784.589 17,50 166.749 4,92 7 Pengangkutan dan 3.355.709 4,14 150.065 3,35 79.097 2,33 Komunikasi 8 Keuangan, 531.427 0,65 246.978 5,51 171.532 5,06 Persewaan, Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 8.896.225 11,04 510.034 11,4 141.590 4,19 Total 80.933.473 100 4.483.198 100 3.388.558 100 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2007 Masalah yang dihadapi dalam dunia usaha pada umumnya adalah permodalan ketika akan melakukan pengembangan usaha. Demikian pula halnya dengan usaha mikro, kecil dan menengah terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahanya, yaitu kurangnya akses terhadap permodalan, kemitraan, serta peluang usaha. Permasalahan tersebut dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan mikro. Pada umumnya keberhasilan suatu usaha diperlukan dana yang mencukupi, dimana semakin besar

dana yang tersedia memungkinkan keberhasilan usaha baik di bidang produksi dalam ekonomi riil maupun dalam perdagangan, karena pemilik modal yang besar biasanya mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di pasar. Kredit merupakan salah satu sumber permodalan yang sangat penting untuk membiayai kegiatan suatu usaha. Usaha mikro, kecil, menengah dan besar adalah skala bisnis yang terdapat di Indonesia yang memerlukan kredit sebagai tambahan permodalan dalam mengembangkan suatu usaha. Bagi usaha mikro, kecil dan menengah aspek permodalan merupakan salah satu kendala dari berbagai kendala yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Kendala lain yang mendasar dan terkait dengan masalah permodalan adalah masalah kurangnya kewirausahaan, teknis produksi dan lemahnya kemampuan pemasaran dan manajemen ( Widi dalam Novitasari, 2006 ). Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang dapat memberikan kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Selain dari lembaga perbankan saat ini kredit juga dapat diperoleh melalui program terbaru pemerintah yang dikhususkan untuk memberikan modal kepada usaha mikro, kecil dan menengah yang disebut dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh usaha mikro, kecil dan menengah juga koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable, maksudnya adalah usaha yang memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. KUR dapat diakses melalui bank-bank pelaksana yang telah ditunjuk oleh pemerintah dalam penyaluran dana KUR. Pemerintah menunjuk enam bank pelaksana dalam penyaluran KUR, antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin dan Bank Syariah Mandiri. Menurut Deputi Menko Kesra Bidang Penanggulangan kemiskinan Sudjana Royat, realisasi penyaluran KUR yang disalurkan melalui enam bank nasional tersebut per 30 Juni 2008 mencapai sekitar Rp 8,378 triliun dengan jumlah debitur 916.527. Pada akhir tahun diharapkan penyaluran dana KUR mencapai Rp15 triliun dengan jumlah debitur sebanyak dua juta. Sektor yang paling dominan dalam pemanfaatan KUR adalah sektor perdagangan sebesar 59

persen dan sektor pertanian sebesar 24 persen 3. Besar KUR yang telah disalurkan melalui enam bank pelaksana dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Besar Dana dan Jumlah Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Per 30 Juni 2008. Bank Pelaksana Besar Dana (Rp) Jumlah Debitur (orang) BRI 2.019.000.000.000 17.086 BNI 1.002.000.000.000 7.852 Bank Mandiri dan Mandiri Syariah 1.044.000.000.000 33.482 BTN 104.892.000.000 618 Bank Bukopin 512.527.000.000 2.551 Sumber : Menko Kesra, 2008 Pada Tabel 4 terlihat bahwa penyaluran dana KUR terbesar di lakukan oleh BRI. Hal tersebut terjadi karena BRI merupakan bank yang berpengalaman dalam membantu permodalan usaha mikro dan kecil sehingga masyarakat sudah mengetahui dengan baik akan program-program kredit yang dapat diberikan oleh BRI terhadap usaha mikro dan kecil. Pada Bank Mandiri dan Mandiri Syariah memiliki jumlah debitur terbanyak yaitu sebesar 33.482 debitur, dengan penyaluran dana KUR sebesar Rp 1.044 Triliun. Sedangkan pada Bank BRI jumlah debiturnya sebanyak 17.086 debitur, dengan penyaluran dana sebesar Rp 2.019 Triliun. Hal tersebut disebabkan karena debitur pada Bank BRI memiliki permintaan jumlah KUR yang lebih besar dibandingkan pada Bank Mandiri dan Mandiri Syariah. 1.2 Perumusan Masalah BRI merupakan salah satu bank pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah dalam penyaluran program KUR karena BRI merupakan bank yang sangat dekat dengan usaha mikro dan kecil. BRI selama ini berfokus pada penyaluran 3 Menkokesra. 2008. Realisasi KUR per 30 Juni 2008 Rp 8,378 Triliun. http://www.menkokesra.go.id diakses 3 Agustus 2008

kredit usaha mikro dan kecil. BRI bukan hanya membantu dalam permodalan usaha mikro dan kecil, tetapi juga bantuan teknis agar usaha tersebut menjadi bankable, seperti pengurusan sertifikat, surat izin usaha dan sebagainya. Selain Progam kredit KUR yang dikeluarkan pemerintah BRI juga memiliki produk Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) yang merupakan salah satu produk pinjaman yang dikeluarkan oleh BRI dan juga merupakan kredit yang disalurkan bagi usaha kecil dan menengah di wilayah pedesaan maupun perkotaan. KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang khusus diperuntukan bagi usaha mikro, kecil dan menengah yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Tujuan akhir dari program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Penyaluran KUR oleh BRI dimulai pada bulan November 2007, akan tetapi baru mulai dilaksanakan realisasinya pada bulan Maret 2008. KUR diberikan untuk mengembangkan atau meningkatkan usahausaha kecil dan mikro yang disalurkan melalui BRI Unit yang berada diseluruh pelosok pedesaan dan juga perkotaan. Program KUR ini sedikit mengadaptasi sistem kredit yang diterapkan oleh Grameen Bank di Bangladesh yang didirikan oleh Muhammad Yunus, yaitu pemberian kredit tanpa agunan serta adanya sistem kepercayaan yang ditujukan kepada sektor usaha mikro. Semakin berkembang perindustrian di daerah perkotaan dan pedesaan, dan meningkatnya usaha-usaha mikro, kecil dan menengah mengakibatkan tumbuhnya persaingan yang ketat sehingga suatu perusahaan harus mampu bertahan dan lebih mengembangkan usahanya. Untuk mempertahankan eksistensinya perusahaan harus memiliki pondasi yang kuat seperti modal yang besar yang dapat digunakan untuk menjalankan perusahaan, serta mengembangkan dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah agribinis di Jawa Barat, salah satunya adalah wilayah Leuwiliang yang terletak di Kabupaten Bogor. Berdasarkan besaran penyaluran KUR di setiap BRI Unit pada BRI Kantor Cabang Bogor pada tahun 2008 (Lampiran 1), BRI Unit Leuwiliang memiliki debitur terbanyak dalam penyaluran KUR akan tetapi besar jumlah realisasi kreditnya berada di urutan ketiga setelah BRI Unit Cijeruk dan BRI Unit Cisarua,

ini menyatakan bahwa di wilayah Leuwiliang banyak usaha mikro, kecil dan menengah yang sedang tumbuh dan berkembang. Wilayah Leuwiliang merupakan daerah yang berpotensi dalam usaha mikro dan kecil, akan tetapi besar nominal KUR yang telah disalurkan oleh BRI Unit Leuwiliang menempati peringkat ke tiga untuk keseluruhan BRI Kantor Cabang Bogor. Per Juli tahun 2008 penyaluran KUR persektor ekonomi pada BRI Unit Leuwiliang lebih besar diberikan pada sektor perdagangan dibandingkan sektor agribisnis atau pertanian yaitu mencapai lebih dari satu milyar rupiah (Lampiran 2). Jumlah realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang setiap bulannya selalu mengalami penurunan. Sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang agar permintaannya dapat meningkat. Dengan demikian dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang. Pertumbuhan realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pertumbuhan Realisasi KUR Bulan Maret Juli 2008 di BRI Unit Leuwiliang Bogor. Bulan Debitur (orang) Pertumbuhan (%) Jumlah (Rp) Pertumbuhan (%) Maret 66-217.500.000 - April 124 87,88 391.950.000 80,21 Mei 84-32,26 248.000.000-37,73 Juni 55-34,52 209.500.000-15,52 Juli 48-12,73 162.000.000-22,67 Total 377 1.228.950.000 Sumber : BRI Unit Leuwiliang, 2008 Jumlah debitur KUR di BRI Unit Leuwiliang sampai dengan bulan Juli 2008 sebanyak 377 orang namun yang bergerak di bidang agribisnis sebanyak 253 orang. Sistem agribisnis meliputi subsistem input, subsistem on farm, subsistem

output dan pengolahan. Debitur KUR di BRI unit Leuwiliang kebanyakan termasuk pada subsistem output dan juga pengolahan. Untuk meningkatkan jumlah pinjaman dan pencapaian target permintaan KUR yang sampai saat ini belum tercapai, BRI perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR tersebut. Ada beberapa usaha yang telah dilakukan oleh BRI yaitu dengan memberikan kemudahan pelayanan, kedekatan dengan nasabah, bunga flat dan juga jangka waktu yang dapat disesuaikan oleh nasabah. Plafond maksimum KUR di BRI Unit sebesar lima juta rupiah. Dengan besar plafond yang dikeluarkan oleh BRI Unit diharapkan usaha mikro dan kecil dapat tumbuh dan mengembangkan usahanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan permintaan realisasi KUR oleh nasabah. Untuk dapat mencapai peningkatan realisasi KUR, BRI Unit Leuwiliang perlu mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR serta karakteristik nasabah KUR. Karakteristik nasabah KUR di BRI Unit leuwiliang sangat penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter nasabah atau keberhasilan nasabah dalam menjalankan usahanya serta kemampuan dalam pengembalian kredit. Dengan demikian BRI Unit Leuwiliang dapat menentukan nasabah yang tepat dan jumlah KUR yang tepat untuk nasabah tersebut. Selain itu, peningkatan realisasi KUR di wilayah Leuwiliang disebabkan oleh tingginya tingkat kebutuhan masyarakat wilayah Leuwiliang untuk memperluas dan mengembangkan usahanya serta adanya kemudahan-kemudahan prosedur yang diberikan oleh BRI Unit Leuwiliang dalam pemberian KUR. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas di penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Leuwiliang? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Leuwiliang. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di tingkat nasabah pada BRI Unit Leuwiliang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan kegunaan juga informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu: 1. Bagi BRI Unit Leuwiliang, diharapkan dapat bermanfaat untuk melihat fakor-faktor yang mempengaruhi permintaan realisasi pinjaman KUR, sehingga realisasi KUR akan meningkat serta tepat sasaran. 2. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan. 3. Bagi penulis, yaitu dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh saat kuliah, mengaplikasikan teori, berpikir kritis dan sistematis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit, khususnya realisasi terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bidang agribisnis di wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Studi kasus pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Leuwiliang.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah Usaha mikro kecil menengah merupakan usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 mendefinisikan kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai berikut: 1. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah. 2. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Usaha mikro, kecil dan menengah mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. Ada beberapa acuan definisi yang digunakan oleh berbagai instansi di Indonesia, yaitu: a. Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet per tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu

berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999 tentang usaha menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan) untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar. b. Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. c. Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 5 milyar. Sementara itu, usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp 200 juta dan omzet per tahun kurang dari Rp 1 miliar (sesuai UU No. 9 tahun 1995). d. Bank Indonesia menggolongkan UK dengan merujuk pada UU No. 9/1995, sedangkan untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200 juta s/d Rp 5 miliar) dan non manufaktur (Rp 200 600 juta). e. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19 orang; usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang; dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang. 2.2 Pengertian Bank Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa fungsi bank itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Bank disebut sebagai lembaga kepercayaan, karena bank harus dapat dipercayai oleh masyarakat sehingga mereka yakin untuk menyimpan uangnya di bank. Demikian juga sebaliknya, masyarakat yang menerima dana dari bank juga harus benar-benar dapat dipercaya sehingga pada waktunya dana itu dapat kembali baik pokok maupun bunga sesuai dengan yang

disepakati semula. Berikut akan disampaikan dua defenisi bank, sebagai berikut : (Suyatno dkk, 2005). a. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, tentang perbankan menyatakan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. b. Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan : Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan usahanya bank melakukan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana dari bank tersebut, kemudian bank menyalurkan kembali dana tersebut. Dalam penyaluran kembali dana tersebut ke masyarakat, diharapkan bank tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan yang besar, tapi juga kegiatannya harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. 2.3 Fungsi bank Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut : a. Penghimpun dana untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana b. Penyalur atau pemberi kredit bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan

kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. c. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan dan pemilikan harta tetap. d. Pelayanan jasa bank dalam mengemban tugas sebagai pelayan lalu-lintas pembayaran uang melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya. 2.4 Pengertian Kredit Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya percaya, maka dalam arti luas kredit diartikan kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah percaya kepada si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan yang mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Menurut Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 tentang pokokpokok perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang - Undang No.7 Tahun 1992, menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Maksud pemberian atau pengambilan kredit pada umumnya bertujuan agar penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilakukan lebih intensif, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai tiga komponen penting, yaitu pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh adanya peningkatan produksi (output).

Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input atau dengan cara menerapkan teknologi baru. Penambahan input maupun penggunaan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Dengan kata lain, pelaksanaan pembangunan berarti pula peningkatan penggunaan modal. Modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri atau dari modal pinjaman (kredit). Namun, mengingat modal sendiri umumnya relatif sedikit, maka kebutuhan akan kredit yang tersedia tepat waktu sangat diperlukan. Berdasarkan kepentingannya jenis kredit dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan kepada peminjam untuk membiayai kegiatan usahanya yang bersifat produktif. Sedangkan kredit konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana untuk membiayai konsumsi keluarganya. Menurut Suyatno (2005) menyatakan bahwa dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu : 1. Kepercayaan Merupakan keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya si pemberi kredit telah melakukan penyelidikan dan analisa terhadap kemampuan dan kemauan calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan disalurkan. 2. Waktu Suatu masa yang akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk Suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka waktu kredit

yang diberikan semakin tinggi resiko yang dihadapinya, karena dalam waktu tersebut terdapat juga unsur ketidakpastian yang tidak dapat diperhitungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit timbul adanya jaminan. 4. Prestasi atau Objek Kredit Pemberian kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat diberikan dalam bentuk barang dan jasa, namun dapat dinilai dengan bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit pada umumnya adalah menyangkut uang. 2.5 Macam-Macam Kredit BRI Kredit-kredit yang dilayani BRI terdiri dari Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan Tetap (Kretap), Kredit Pensiun (Kresun), Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). 1. Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan Tetap (Kretap) Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan Tetap yang selanjutnya disebut Kretap merupakan kredit yang diberikan kepada para pegawai Instansi Pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil (PNS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan pegawai swasta yang telah diangkat sebagai pegawai tetap. Kretap dilayani oleh BRI Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Pemberian kretap dilakukan secara kolektif dengan rekomendasi dan adanya perjanjian kerjasama antara BRI dengan pimpinan instansi atau perusahaan tempat pegawai yang bersangkutan bekerja. Kretap diberikan atas dasar penghasilan atau gaji bulanan pegawai dan pembayaran angsurannya dilakukan dengan mengadakan kerjasama pemotongan gaji dengan instansi atau perusahaan dimana pegawai tersebut bekerja. Kretap diberikan dalam bentuk persekot dengan angsuran bulanan secara tetap pokok dan bunga.

2. Kredit Pensiun (Kresun) Kredit Pensiun yang selanjutnya disebut Kresun adalah kredit yang diberikan kepada para pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS), pusat maupun daerah atau jandanya, Pensiunan TNI dan POLRI atau jandanya, Pensiunan Pegawai BUMN dan BUMD atau jandanya, Pensiunan Karyawan Swasta yang instansinya mempunyai Yayasan Dana Pensiun atau jandanya, Pensiunan pegawai lainnya atau jandanya yang menerima pension secara tetap dari perusahaan asuransi ataupun perusahaan dana pension yang dapat dipercaya BRI. Kresun dilayani di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Pemberian Kresun atas dasar penghasilan pensiunnya dan pembayarannya dilakukan dengan mengadakan kerjasama pemotongan pensiun dengan Lembaga yang membayarkan pensiun. Kresun diberikan dalam bentuk persekot dengan angsuran bulanan. 3. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Kupedes adalah fasilitas kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak (eligible). Kupedes merupakan kredit yang dilayani di BRI Unit dan diberikan dalam mata uang rupiah. 4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) KUR adalah fasilitas kredit atau pembiayaan yang khusus diperuntukan bagi usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh BRI yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di tingkat usaha mikro, kecil dan menengah dan juga koperasi. KUR merupakan kredit yang dilayani saat ini hanya di BRI Unit dan diberikan dalam mata uang rupiah. 5. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Kredit Kendaraan Bermotor merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan pembelian kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor yang dimaksud adalah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat baik yang masih baru maupun yang sudah bekas. Pasar sasarannya yaitu

perorangan maupun badan usaha atau instansi. Kredit Kendaraan Bermotor ini dilayani di BRI Kantor Cabang. 6. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Kredit Pemilikan Rumah adalah fasilitas kredit yang diberikan oleh BRI kepada perorangan baik yang berpenghasilan tetap, profesional, dan wiraswasta untuk keperluan pembelian, pembangunan maupun renovasi rumah. Kredit Pemilikan Rumah ini dilayani di BRI Kantor Cabang 2.6 Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Bank Rakyat Indonesia Unit (BRI Unit) merupakan salah satu dari unit kerja Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang melayani kegiatan usaha perbankan pada segmen mikro. Secara struktural BRI Unit berada di level paling bawah dalam struktur organisasi BRI. Unit kerja yang berada di atas BRI Unit secara berturutturut adalah Kantor Cabang, Kantor Wilayah dan Kantor Pusat. Formasi standar pekerja di BRI Unit cukup sederhana, yaitu terdiri dari empat fungsi. Fungsifungsi tersebut adalah Kepala Unit, Mantri, Teller dan Deskman yang harus ditangani minimal oleh empat orang pekerja, yang merupakan jumlah standar pekerja di BRI Unit. BRI Unit yang sebelumnya bernama BRI Unit Desa, pertama sekali dibentuk pada tahun 1969, berkaitan dengan program Bimbingan Massal (Bimas) yang merupakan program pemerintah. Peran BRI Unit Desa dalam program Bimas tersebut adalah sebagai pemberi modal kepada petani di wilayah pedesaan. Dana yang disalurkan BRI Unit kepada petani ini berasal dari dana pemerintah, dalam hal ini BRI melalui BRI Unit Desa hanya berfungsi sebagai agen pemerintah (Agent of Development). Penyaluran kredit Bimas sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah setempat khususnya dalam hal menentukan sasaran kredit. BRI Unit Desa tidak mempunyai kewenangan penuh karena segala ketentuan dan sistemnya ditentukan atau tergantung pemerintah. Dalam hal ini BRI Unit Desa lebih bersifat kasir saja karena tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan penilaian kredit dan menentukan pihak-pihak mana saja yang layak untuk diberi kredit. Karena realisasi dan kinerja Bimas mengalami penurunan akhirnya pada tahun 1983 program Bimas dihentikan.