Disusun Oleh : MIA JIANDITA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ENDAH WULAN SARI

WIJI LESTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : TRI SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

EFEKTIFITAS KONSUMSI SEMANGKA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA USIA LANJUT PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN PLOSO WONOLELO PLERET BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

Sri Hartini 1, Mulyanti 2 ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok yang serupa

PENGARUH KONSUMSI JUS APEL TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh : MIA JIANDITA 070201095 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2011 i

PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA 1 Mia Jiandita 2, Diyah Candra Anita K 3 INTISARI Penyakit hipertensi merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung. Hipertensi dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi obat herbal, salah satunya adalah alpukat dan madu. Kandungan buah alpukat adalah MUFA (monounsatured fatty acid) yang berperan untuk menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL darah yang tinggi. Kandungan yang lain yaitu niasin yang berperan untuk meningkatkan kolesterol HDL. Madu mengandung asetilkolin yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan one-group pretest-postest desain. Populasinya adalah semua usia lanjut umur >60 tahun yang mengalami hipertensi yang mengikuti Posyandu berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel dengan sampling jenuh diperoleh sampel 14 responden. Analisa data dengan rumus t-test paired. Hasil penelitian menunjukkan nilai mean pretest sistolik adalah 157,14 dan diastolik adalah 93,57. Nilai mean posttest sistolik adalah 137,14 dan diastolik adalah 85,71. Hasil uji t-test didapatkan nilai t sebesar 5,508 dan 3,667 pada df 13 signifikansi (p) 0,000 dan 0,003. Saran bagi masyarakat agar memberi motivasi kepada lansia yang ada di wilayahnya untuk mengkonsumsi jus alpukat dan madu secara rutin dengan dosis 100 gram alpukat dibuat jus dengan air 150 ml dan 2 sendok makan madu. Kata kunci : jus alpukat, sistolik, diastolik, lansia, hipertensi Kepustakaan : 29 buku (2000-2010), 11 internet Jumlah halaman : i-xiv, 89 halaman, 10 tabel, 8 gambar, 14 lampiran 1 Judul Skripsi 2 Mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta iii

PENDAHULUAN Seiring dengan bertambahnya usia maka tekanan darah akan bertambah tinggi, karena pada lansia terjadi perubahan pada pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi. Misalnya, sifat elastis dari pembuluh darah menjadi berkurang dan dinding pembuluh darah arteri menjadi kaku, sehingga menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah serta aliran darah kejaringan dan organ organ tubuh menjadi berkurang. Berkurangnya selsel ginjal akibat proses menua menyebabkan kemampuan ginjal untuk menyaring zat- zat yang melewatinya berkurang, serta kemampuan ginjal untuk mengeluarkan natrium yang berlebih dalam tubuh berkurang, sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Gray et al., 2005). Menurut Menkes RI hipertensi merupakan gangguan aliran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90 mmhg. Organisasi kesehatan dunia WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko nomor tiga penyebab kematian didunia setelah stroke dan tuberculosis, yaitu mencapai 6,7 % pada populasi pada semua umur di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga,, 1, http://www.depkes.go.id diperoleh tanggal 14 Januari 2011). Berdasarkan data WHO tahun 2007 dari 50 % penderita hipertensi yang diketahui hanya 25 % yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5 % yang diobati dengan baik (adequately treated cases). Hipertensi merupakan penyakit yang pada umumnya tidak bergejala, sehingga pasien tidak merasakan keluhan. Pasien juga tidak memahami bahaya laten yang tersembunyi dibalik penyakit hipertensi sehingga mereka menganggap tidak penting untuk meminum obat secara teratur. Selain itu faktor ekonomi juga dapat menjadi salah satu penghambat bagi penderita hipertensi melakukan pengobatan. Karena butuh biaya yang tidak sedikit untuk melakukan pengobatan. Padahal, resiko yang akan timbul jika terjadi komplikasi atau serangan penyakit kardiovaskuler lainnya akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan meminum obat secara rutin (Pfizer Indonesia, 2007. Mengapa Hipertensi dan Hiperkolesterol Harus Diobati,, 4, http://pfizerpeduli.com diperoleh tanggal 2 Februari 2011). Dengan melihat fenomena diatas dan belum diketahuinya pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Edelweis Dusun Serut Palbapang bantul Yogyakarta tahun 2011. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Quasi Exsperiment Design untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Alpukat dan Madu Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Dengan rancangan One Group pretest posttest tanpa kelompok kontrol, yang melakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan - perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut umur >60 tahun yang mengalami hipertensi yang mengikuti Posyandu di Dusun Serut Palbapang Bantul yang berjumlah 20 orang. tidak obesitas, tidak merokok, diet tinggi natrium, tidak mempunyai kebiasaan minum alkohol, tidak mengalami gagal ginjal, tidak mengkonsumsi obat lain. Tehnik yang 1

digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sampling jenuh. Alat ukur yang digunakan adalah tensimeter dan stetoskop dan bahan yang digunakan adalah alpukat 100 gram dan madu 2 sendok makan. Analisa data yang digunakan adalah Paired T-test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 76-85 tahun 1 (7%) Gambar 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur Gambar 4.1. memperlihatkan berumur antara 60-75 tahun yaitu 13 orang (93%) dan yang paling sedikit berumur lebih dari 76-80 tahun yaitu 1 orang (7%). perempuan 14 (100%) 60-75 tahun 13 (93%) gemuk 2 (14%) norma l 12 (86%) Gambar 4.3. Karakteristik responden berdasarkan BMI Gambar 4.3. memperlihatkan memiliki berat badan normal yaitu masing-masing 12 orang (86%) sedangkan responden yang paling sedikit dengan berat badan tergolong gemuk yaitu 2 orang (14%). SD 1 (7%) SMP 1 (7%) tidak Sekola h 12 (86%) Gambar 4.4. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Gambar 4.4. memperlihatkan tidak sekolah yaitu 12 orang (86%) dan yang paling sedikit berpendidikan SD dan SMP yaitu masing-masing 1 orang (7%). Gambar 4.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 4.2. memperlihatkan bahwa semua responden (100%) adalah perempuan. 2

Tabel 4.1. Rata-rata Tekanan Darah Sistolik pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Alpukat dan Madu resp Pretest Postest 1 140 120 2 150 150 3 150 140 4 150 140 5 160 150 6 180 130 7 180 150 8 140 140 9 160 130 10 170 150 11 150 120 12 160 130 13 160 140 14 150 130 2201 1934 Mean 157,2 138,1 Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa sebelum diberikan berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia adalah 157,2 dan sesudah diberi berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia adalah 138,1. Tabel 4.2. Rata-rata Tekanan Darah Diastolik pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Alpukat dan Madu Resp Pretest Posttest 1 90 90 2 90 90 3 90 90 4 90 80 5 100 100 6 90 80 7 90 80 8 90 90 9 100 90 10 100 90 11 100 80 12 80 80 13 100 80 14 100 80 1311 1214 Mean 93,64 86,71 Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa sebelum diberikan berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia adalah 93,64 dan sesudah diberi berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia adalah 86,71. Hasil uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov Variabel Mean SD Z Asymp. Sig. (2- tailed) TD 157,14 12,66 0,799 0,545 sistolik sebelum TD sistolik sesudah 137,14 10,69 0,662 0,774 TD 93,57 6,33 1,066 0,205 diastolik sebelum TD diastolik sesudah 85,71 6,46 1,166 0,132 Tabel 4.3. memperlihatkan bahwa hasil uji statistik kolmogorov- Smirnov untuk variabel TD sistolik sebelum didapatkan nilai Z sebesar 0,799 dengan Asyimp Sig. sebesar 0,545. Untuk variabel TD sistolik sesudah didapatkan nilai didapatkan nilai Z sebesar 0,662 dengan Asyimp Sig. Sebesar 0,774. Variabel TD diastolik sebelum didapatkan nilai Z sebesar 3

1,066 dengan Asyimp Sig. sebesar 0,205. Untuk variabel TD diastolik sesudah didapatkan nilai didapatkan nilai Z sebesar 1,166 dengan Asyimp Sig. Sebesar 0,132. Untuk menentukan suatu data normal atau tidak maka besarnya nilai Asyimp Sig. dibandingkan dengan taraf kesalahan 0,05. Jika Asyimp Sig. lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan telah terdistribusi normal dan jika Asyimp Sig. lebih kecil dari 0,05 maka data dikatakan tidak terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas data didapatkan semua variabel mempunyai nilai Asyimp Sig. lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan telah terdistribusi normal. Setelah data terdistribusi secara normal selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan t-test paired. Hasil uji statistik dapat diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel 4.4. Hasil uji t-test paired Variabel Mean SD t TD sistolik sebelum - TD sistolik sesudah TD diastolik sebelum - TD diastolik sesudah 20,00 13,58 5,508 7,85 8,01 3,667 f 3 3 Sig.(2- tailed) 0,000 0,003 Hasil uji t-test menunjukkan TD sistolik sebelum - TD sistolik sesudah didapatkan nilai t sebesar 5,508 pada df 13 dengan taraf signifikansi (p) 0,000. TD diastolik sebelum - TD diastolik sesudah didapatkan nilai t sebesar 3,667 pada df 13 dengan taraf signifikansi (p) 0,003. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta 2011. Untuk menentukan hipotesis diterima atau tidak maka besarnya nilai taraf signifkansi (p) dibandingkan dengan taraf kesalahan 5% (0,05). Jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika p lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil t-test menunjukkan nilai p lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05) sehingga hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta 2011. PEMBAHASAN Gambar 4.1. memperlihatkan berumur antara 60-75 tahun yaitu 13 orang (93%) dan yang paling sedikit berumur lebih dari 76-80 tahun yaitu 1 orang (7%). Umur merupakan lama hidup seseorang di dunia sejak dilahirkan. (Purwodarminto, 2003). Penelitian ini menunjukkan bahwa responden telah berumur 60-75 tahun yang tergolong dalam kelompok elderly age (usia 60-70 tahun), dan kelompok old age (usia 75-90 tahun). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dinyatakan oleh Bustan (2000), yaitu semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya akan semakin menurun sehingga lebih mudah mengalami berbagai penyakit yang disebabkan karena penurunan fungsi organ tubuh seperti hipertensi. Hipertensi dapat dialami siapa saja baik tua maupun muda. Pada lansia, kejadian hipertensi akan semakin sering terjadi dibandingkan 4

pada usia muda. Gray et al., (2005) menjelaskan bahwa baik pria maupun wanita yang hidup lebih lama dan berusia di atas 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmhg dan diastolik 90 mmhg). Resiko kardiovaskuler meningkat sesuai usia, maka pasien usia lanjut dengan tekanan darah seperti ini akan lebih memerlukan terapi daripada pasien usia lebih muda. Dengan menurunkan tekanan darah telah terbukti mengurangi insidensi gagal jantung, mengurangi demensia, dan dapat membantu mempertahankan fungsi kognitif, dari data studi menunjukkan bahwa terapi ini memberikan manfaat sampai usia 80 tahun. Secara umum, dengan bertambahnya usia maka tekanan darah akan bertambah tinggi, baik tekanan darah tertinggi (sistolik) maupun tekanan darah terendah (diastolik), tetapi tekanan darah diastolik akan menetap pada usia pertengahan dan kemudian akan menurun sejalan dengan pengerasan (kekakuan) pada dinding pembuluh darah arteri yang semakin bertambah, sedangkan tekanan sistolik akan meningkat terus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tua usia responden maka jumlahnya semakin sedikit (Gray et al., 2005). Lebih lanjut Gray et al (2005) menjelaskan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka tekanan darah akan bertambah tinggi, karena pada lansia terjadi perubahan pada pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi. Misalnya, sifat elastis dari pembuluh darah menjadi berkurang dan dinding pembuluh darah arteri menjadi kaku, sehingga menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah serta aliran darah kejaringan dan organ-organ tubuh menjadi berkurang. Berkurangnya sel-sel ginjal akibat proses menua menyebabkan kemampuan ginjal untuk menyaring zat-zat yang melewatinya berkurang, serta kemampuan ginjal untuk mengeluarkan natrium yang berlebih dalam tubuh berkurang, sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Gambar 4.2. memperlihatkan bahwa semua responden (100%) adalah perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua responden adalah perempuan. Menurut Martuti (2009), hipertensi pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat seperti merokok, kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya pekerjaan. Wanita yang mengalami hipertensi juga dapat disebabkan karena faktor genetik, yaitu secara turun temurun, keluarga responden ada yang mengidap hipertensi. Pada penelitian ini jumlah responden sebagian besar adalah perempuan dikarenakan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena wanita mempunyai hormon estrogen yang berperan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Perempuan yang menjadi responden adalah lansia dan sudah mengalami post menopause, sehingga terjadi penurunan sekresi hormon estrogen. Hormon estrogen penting dalam menjaga tekanan darah pada perempuan karena estrogen berperan sebagai pelebar pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menjadi lancar dan menurunkan kolesterol total dan meningkatkan HDL serta mencegah pembentukan plak didalam arteri (Caroline et al., 2001). Gambar 4.3. memperlihatkan memiliki berat badan normal yaitu masing-masing 12 orang (86%) sedangkan responden yang paling sedikit dengan berat badan tergolong gemuk yaitu 2 orang (14%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini mungkin 5

disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, responden adalah lansia sehingga hipertensi terjadi karena adanya proses penuaan. Penuaan adalah proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam et al., 2008). Responden yang mengalami berat badan normal namun mengalami hipertensi dapat disebabkan karena proses penuaan yang terjadi pada dirinya, dimana semakin tua usia responden maka semakin besar kemungkinan untuk mengalami hipertensi. Terjadinya proses penuaan pada responden menyebabkan menurunnya fungsi organ tubuh termasuk jantung. Fungsi jantung yang menurun menyebabkan aliran darah dalam tubuh bertambah tinggi. Kedua, responden yang memiliki BMI normal, mungkin telah menderita hipertensi cukup lama sehingga mereka telah melakukan intervensi terhadap diitnya, yang mana hal tersebut akan berpengaruh pada penurunan berat badan mereka. Contohnya diit garam akan mengurangi kenikmatan rasa makanan sehingga akan menurunkan nafsu makan. Menurut Gray et al, (2005), Seiring dengan bertambahnya usia maka tekanan darah akan bertambah tinggi, karena pada lansia terjadi perubahan pada pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi. Misalnya, sifat elastis dari pembuluh darah menjadi berkurang dan dinding pembuluh darah arteri menjadi kaku, sehingga menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah serta aliran darah kejaringan dan organ-organ tubuh menjadi berkurang. Gambar 4.4. memperlihatkan tidak sekolah yaitu 12 orang (86%) dan yang paling sedikit berpendidikan SD dan SMP yaitu masing-masing 1 orang (7%). Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak sekolah atau mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang yang menempuh pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi. Tingkat pengetahuan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku hidup sehat. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Responden yang berpendidikan rendah kemungkinan tidak mengetahui faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit hipertensi pada lansia. Meskipun penyakit hipertensi dapat terjadi pada setiap lansia, namun dengan rendahnya pengetahuan responden tentang faktor resiko penyakit hipertensi, maka penyakit tersebut dapat dialami lebih cepat atau lebih memburuk jika dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang faktor resiko penyakit hipertensi. Dengan mengetahui faktor resiko hipertensi diharapkan responden dapat melakukan upaya pencegahan timbulnya penyakit hipertensi. Misalnya dengan melakukan olah raga ringan secara teratur atau dengan mengkonsumsi makanan yang dapat mencegah hipertensi seperti buahbuahan dan sayuran segar, serta melakukan kontrol kesehatan dengan teratur, terlebih jika responden tersebut telah mengetahui bahwa 6

dirinya menderita hipertensi (Ridwan, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia adalah 157,2 dan sesudah diberi berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia adalah 138,1. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebelum diberikan berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia adalah 93,64 dan sesudah diberi berupa pemberian jus alpukat dan madu, rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia adalah 86,71. Hasil uji t-test menunjukkan TD sistolik sebelum - TD sistolik sesudah didapatkan nilai t sebesar 5,508 pada df 13 dengan taraf signifikansi (p) 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi jus alpukat dan madu secara rutin berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Sebelum dilakukan pemberian jus alpukat dan madu sebagian besar responden mempunyai tekanan darah sistolik dengan rata-rata 157,2 dan setelah diberikan berupa pemberian jus alpukat dan madu sebagian besar responden mempunyai tekanan darah sistolik dengan rata-rata 138,1. 2. Sebelum dilakukan pemberian jus alpukat dan madu sebagian besar responden mempunyai tekanan darah diastolik dengan rata-rata 93,64 dan setelah diberikan berupa pemberian jus alpukat dan madu sebagian besar responden mempunyai tekanan darah diastolik dengan rata-rata 86,71. 3. Hasil uji t-test menunjukkan TD sistolik sebelum - TD sistolik sesudah didapatkan nilai t sebesar 5,508 dan 3,667 pada df 13 dengan taraf signifikansi (p) 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia penderita hipertensi di Posyandu Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta 2011. SARAN Saran yang dapat peneliti berikan pada penelitian ini adalah : pertama bagi ilmu pengetahuan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan atau informasi dan menambah referensi bagi ilmu pengetahuan mengenai pengobatan herbal. Kedua bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan institusi pendidikan tentang pengobatan herbal. Ketiga bagi profesi tenaga kesehatan agar dapat mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Keempat bagi masyarakat agar dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang pengaruh pemberian jus alpukat dan madu terhadap penurunan tekanan darah 7

pada penderita hipertensi dengan memberi motivasi kepada lansia yang ada di wilayahnya untuk mengkonsumsi jus alpukat dan madu secara rutin. Kelima bagi peneliti selanjutnya Agar dapat menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding efektifitas mengkonsumsi jus alpukat dan madu terhadap penurunan hipertensi pada lansia sehingga dapat diketahui efektifitas jus alpukat dan madu untuk menurunkan hipertensi pada lansia, memperbanyak jumlah sampel dan mengkaji lamanya responden menderita hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Caroline et al.,2001.kesehatan Wanita Diatas Umur 40 Tahun,PT Alex Media Komputindo, Jakarta. Gray, et al., 2005. Lecture Notes Kardiologi, Edisi keempat, Erlangga, Jakarta. Kementrian Kesehatan RI, 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga,, 1, http://www.depkes.go.id diperoleh tanggal 14 Januari 2011. Martuti,A. 2009. Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi, Kreasi wacana, Yogyakarta. Maryam et al, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta. Notoadmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta., S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Pfizer Indonesia, 2007. Mengapa Hipertensi dan Hiperkolesterol Harus Diobati,, 4, http://pfizerpeduli.com diperoleh tanggal 2 Februari 2011. Ridwan,M., 2002. Mengenal Mencegah Mengatasi Silent killers Hipertensi, Widyamara, Yogyakarta. 8