L.D. Mahfudz dan E. Prasetya Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

SUBTITUSI TEPUNG IKAN KOMERSIAL DENGAN LIMBAH TEPUNG UDANG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ITIK PEKING UMUR 1 HARI - 8 MINGGU

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

MATERI DAN METODE. Materi

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) TERHADAP PERFORMANS PUYUH JANTAN UMUR 6 10 MINGGU SKRIPSI. Oleh: PUTRI YUNIARTI

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Materi

L.D. Mahfudz Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK. Kata kunci : ampas tahu fermentasi, penggunaan protein, itik Tegal jantan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU DAN L-KARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN LEMAK KASAR ITIK LOKAL JANTAN (Anas plathyrynchos)

EVALUASI PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA ITIK PEDAGING YANG DIBERI LEVEL AMPAS TAHU YANG BERBEDA

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

Ade Trisna*), Nuraini**)

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

B. W. Utomo, L. D. Mahfudz, E. Suprijatna* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

SUBSTITUSI DEDAK PADI DENGAN DAGING BUAH KAKAO FERMENTASI DALAM RANSUM PELLET TERHADAP KUANTITAS KARKAS KELINCI REX JANTAN LEPAS SAPIH

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain

EVALUASI KINERJA ITIK MANILA JANTAN DAN BETINA PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN ARAS PROTEIN YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

Transkripsi:

TINGKAT EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SISTEM PEMELIHARAAN TERPADU ANTARA TANAMAN PADI DENGAN ITIK LOKAL JANTAN (Technical and Economical Efficiency on Mixed Farming between Paddy Field and Local Male Ducks Raising) L.D. Mahfudz dan E. Prasetya Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari integrasi antara penanaman padi dengan pemeliharaan itik terhadap efisiensi teknik dan ekonomisnya. Penelitian dilakukan di Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang selama 3 bulan. Sembilan puluh ekor anak itik lokal jantan (umur 2 minggu dan rata-rata berat badan awal 270±1,29g) digunakan dalam penelitian ini. Pakan yang diberikan campuran jagung kuning, dedak dan konsentrat komersial. yang di terapkan adalah perbedaan luas areal sawah sebagai umbaran yaitu T1, T2, T3 dengan masing-masing areal tanaman padi 10, 15, dan 20 m 2 /ekor. dialokasikan sesuai rancangan acak lengkap, dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan serta setiap ulangan terdiri atas 6 ekor. Pada masing-masing perlakuan diamati produk rata-rata, efisiensi teknis dan ekonomis. Hasil penelitian menunjukan bahwa produk rata-rata per ekor adalah 0,18; 0,16 dan 0,14 masing-masing untuk T1; T2 dan T3. Efisiensi teknis telah tercapai pada minggu pertama (produk rata-rata maksimum), dengan produk marjinal mendekati nol, yaitu pada T1 minggu ke-10 (marginal physical product, MPP = 0,11) T2 minggu ke-9 (MPP = 0,08) dan T3 minggu ke-10 (MPP = 0,07). Efisiensi ekonomis dicapai pada T1 = 1,00; T2 = 0,91 dan T3 = 0,80. Pendapatan petani peternak dengan system terpadu per Ha sawah adalah, T1 = Rp 7.585.000,-; T2 = Rp. 5.892.352,50 dan T3 = 5.092.262,50. Kesimpulan penlitian ini adalah terjadi penurunan rata-rata produk, efisiensi teknis dan ekonomis seiring dengan meningkatknya luas areal sawah. Integrasi antara penanaman padi dengan pemeliharaan itik disawah dapat menekan biaya produksi, sehingga pendapatan petani meningkat. Kata kunci: pemeliharaan itik, penanaman padi, integrasi, efisiensi ABSTRACT A research was proposed to examine the technical and economical efficiency on an integration between paddy field cultivication and male local ducks rearing. The experiment was done during 3 months in Jogonegoro Village, Mertoyudan District, Magelang Region. Ninety male ducks at 2 weeks of age with 270±1,29g of initial body weight were used in this experiment. Yellow corn, rice brand and commercial concentrate were used as feed. Paddy field area were used as treatment i.e. T1, T2, T3 ; 10, 15, 20 m 2 /bird, respectively. The treatments were alloted to a completly randomized design with 3 treatments and 5 replications and each replication consisted 6 birds. Average product, technical efficiency and economical efficiency were observed in each treatment. The results showed that average product were 0.18; 0.16 and 0.14 for T1; T2 and T3 respectively. Technical efficiency was reached at first week. Marginal physical products of T1 at 10 weeks (MPP = 0.11); T2 at 9 weeks (MPP = 0.08) and T3 at 10 weeks (MPP = 0.07). The economical efficiency for T1, T2, and T3 were 1.00; 0.91; and 0.80; respectively. Income per Ha of the duck farmer for T1, T2, and T3 were Rp. 7,585,000.00; Rp. 5,892,352.50; and Rp. 5,092,262.50 respectively. The conclusion suggested that increasing paddy field area for rearing ducks could decrease technical and economical efficiency. The integration between paddy field and 42 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (1) March 2005

ducks reared could decrease cost production and could enhance farmer s income. Keywords: ducks rearing, paddy field area, integrated system, efficiency PENDAHULUAN Peternak itik tradisional dalam memelihara itik periode starter dan grower pada umumnya dilakukan dengan cara penggembalaan, karena memerlukan waktu yang tergolong lama (10 minggu) dan biaya yang tidak sedikit yaitu Rp. 15.000,-/ ekor. Namun karena semakin sempitnya lahan penggembalaan, maka dimasa yang akan datang harus perlu dipikirkan pemeliharaan secara intensif. Semakin mahalnya sarana produksi padi (saprodi) seperti pupuk, pestisida, herbisida dan tenaga, juga rendahnya harga jual produk (gabah), menyebabkan pendapatan petani menjadi menurun. Bahkan jika lahan sawah dihitung sebagai biaya tetap dan tenaga kerja dihargai sebagai biaya produksi, petani padi akan merugi (Manda, 1992). Secara umum, petani belum melakukan perhitungan efisiensi teknis dan ekonomis penggunaan lahan sawahnya. Penghitungan efisiensi teknis dan ekonomis merupakan alat untuk mengambil keputusan, sebagai landasan untuk menentukan jumlah input yang digunakan untuk memperoleh output yang maksimal (Taken, 1968). Dalam rangka peningkatan efisiensi dalam produksi telah dilakukan serangkaian penelitian tentang integrasi pemeliharaan itik dengan penanaman padi di sawah (Mahfudz et al., 1999a) Peneltian ini bertujuan untuk menekan biaya pemeliharaan itik dan biaya produksi padi, karena pakan yang diberikan hanya 50% dari standar kebutuhan itik. Selain itu, pada sistem integrasi tersebut, tanaman padi tidak memerlukan pupuk, herbisida, pestisida dan tenaga untuk menyiangi, serta tidak membutuhkan tenaga untuk menggembalakan itik. MATERI DAN METODE Penelitian menggunakan itik jantan lokal umur 10 minggu dan dilaksanakan di Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Penelitian dilakukan dari tanggal 11 Juli sampai dengan 6 September 2000. Anak itik jantan dibeli dari penetasan itik di Desa Kagokan, Kecamatan Getak, Kabupaten Sukoharjo, dipelihara dalam indukan dengan pakan BR-11, sampai umur 2 minggu. Setelah berumur 2 minggu, anak itik diseleksi berdasarkan berat badan dipilih 90 ekor untuk penelitian dengan berat awal 270±1,29g. Tanaman padi yang digunakan adalah jenis membramo, disiapkan seperti layaknya menanam padi, namun dibuat pagar keliling dari bambu setinggi 50 cm dengan jarak jeruji 2 cm, agar itik tidak keluar dari areal sawah. Kandang untuk istirahat dibuat dengan ukuran 1 x 1 x 60 cm dan meletakan tempat pemberian pakan di tepi pematang. Setelah padi umur 2 minggu dan anak itik dimasukan ke dalam areal sawah. Pakan diberikan sebanyak 50% dan terdiri dari campuran jagung kuning, bekatul dan konsentrat (CP- 144) dengan perbandingan masing-masing sebanyak 2:1:1 dan diberikan sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari jam 07:00 dan sore hari jam 15:00 (Mahfudz et al. 1999a). Air minum tidak diberikan dan temperatur No. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan dan Pakan Penelitian 1 Bahan Protein Lemak SK Air Abu EM (kkal/kg) 1. 2. 3. 4. Jagung kuning Dedak halus Konsentrat CP-144 Pakan 13,51 8,65 37,00 16,74 14,51 2,75 5,00 5,64 16,30 3,07 8,00 8,51 10,50 11,90 10,00 10,06 12,00 1,01 35,00 13,00 3.100,00 3.320,00 2.076.502 54,13 5. Kebutuhan 2 16,00 6,00 8,00 13,00 9,00 3.000,00 1 Hasil perhitungan analisis 2 berdasarkan NRC (1994). Mixed Farming between Paddy Field Cultivation and Ducks Rearing (Mahfudz dan Prasetya) 43

sawah diukur 2 kali sehari pagi dan siang hari. Kandungan nutrisi pakan dijelaskan pada Tabel 1. yang dicobakan pada penelitian ini adalah luas areal sawah per ekor per itik, menggunakan areal sawah seluas 1.350 m 2 dengan rincian : T1 = areal tanaman padi 10m 2 /ekor. T2 = areal tanaman padi 15m 2 /ekor. T3 = areal tanaman padi 20m 2 /ekor. dialokasikan sesuai rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan luas areal sawah dan 5 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 ekor itik sebagai satu satuan percobaan. Konsumsi ransum, pertambahan berat badan, konversi ransum, efisiensi teknis (produk rata-rata, produk marjinal dan nilai elastisitas), efisiensi ekonomis ( nilai ekonomis, produk padi dan pendapatan) diamati pada masingmasing perlakuan. Data dianalisis dengan prosedur sidik ragam pada tingkat ketelitian 5%, kemudian untuk membedakan perbedaan antar perlakuan dilajutkan dengan uji wilayah ganda Duncan (Srigandono, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan dan Konversi Pakan Hasil penelitian pengaruh luas areal sawah per ekor itik selama penelitian terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi ransum seperti terlihat pada Tabel 2. Konsumsi ransum rata-rata per ekor itik adalah 729,87; 741,07 dilaporkan oleh Srigandono (1997), karena itik tidak dapat menutupi kekurangannya di areak umbaran (Mahfudz et al. 1999a). Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan berat badan nyata menurun (P<0,05) seiring dengan semakin luasnya areal sawah sebagai umbaran. Hal ini disebabkan sifat itik yang senang 'bermain' dan mencari pakan apabila areal umbarannya berair. Oleh karena itu, banyak energi yang dikeluarkan untuk aktivitas tersebut dan menyebabkan berkurangnya energi untuk pertumbuhan. Kekurangan energi ini diambilkan dari timbunan lemak tubuh dan perombakan protein jaringan, sehingga pertumbuhan menjadi terhambat (Mahfudz et al., 1999b). Pertambahan berat badan tertinggi dicapai pada luas areal sawah 10m 2 /ekor, artinya bhwa itik yang diberi pakan 50% dari kebutuhannya hanya membutuhkan luas umbaran 10m 2 untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat tumbuh dengan baik. Pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan pada Tabel 2 berturut turut adalah 5,66; 6,33 dan 7,08 masing-masing untuk T1; T2 dan T3. Secara statistik perlakuan tersebut nyata meningkat (P<0,05) dengan semakin luasnya areal sawah, artinya semakin luas areal sawah, itik semakin tidak efisien dalam menggunakan pakan yang diberikan. Semakin luas daerah umbaran, itik akan semakin leluasa bermain sehingga lebih banyak kehilangan energi (Mahfudz et al.,1999a). Produk rata-rata, Produk Marjinal dan Nilai Elastisitas Tabel 3 memperlihatkan produk rata-rata (average physical product = APP) selama penelitian, Tabel 2. Rerata Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan dan Konversi Pakan Konsumsi (g) Pertambahan Berat Badan (g) Konversi pakan 729,87 129,19 a 5,66 a 741,07 117,30 b 6,33 b 732,38 103,50 c 7,08 c Rerata pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) dan 732,38g berturut-turut untuk T1; T2 dan T3. Secara statistik, konsumsi ransum rata-rata per ekor tidak berbeda secara nyata. Itik dapat mencukupi kebutuhan pakannya di areal sawah. Rata-rata konsumsi ini jauh lebih rendah daripada yang berturut-turut adalah 0,18; 0,16 dan 0,14 masingmasing untuk T1; T2 dan T3. Average physical product merupakan hasil produksi (output) dibagi dengan faktor produksi (input). Secara statistik semakin luasnya areal sawah sebagai umbaran, itik 44 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (1) March 2005

menghasilkan produk rata-rata yang semakin menurun secara nyata (P<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pada T1, pakan yang diberikan dan pakan alami yang didapat dari luasan areal sawah 10m 2 /ekor cukup untuk pertumbuhannya, sehingga semakin luas areal sawah, itik lebih banyak bergerak, artinya banyak energi yang terbuang. Sejalan dengan North dan Bell (1990), Anggorodi (1995) dan Mahfudz et al. (1999), bahwa proses fisiologis tubuh seperti bergerak, bermain dan berenang sangat membutuhkan energi. Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata produk paling tinggi 1% dan paling rendah 0%, tergantung harga produk dan korbanan, sehingga akan mencapai pendapatan maksimum. Efisiensi Ekonomis, Produksi Padi dan Pendapatan Petani-Ternak Pengaruh perlakuan terhadap rerata efisiensi ekonomis, produksi padi dan pendapatan petaniternak seperti ditunjukan pada Tabel 4. Data tersebut memperlihatkan bahwa efisiensi ekonomis nyata semakin menurun (P<0,05) untuk perlakuan T1, T2, T3. Nilai efisiensi ekonomis yang semakin menurun Tabel 3. Rerata Produk Rata-rata, Produk Marjinal dan Nilai Elastisitas selama Penelitian. Produk Rata-rata Produk Marjinal Nuilai Elastisitas 0,18 a 0,11 0,50 0,16 b 0,08 0,46 Rerata pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukan berbeda nyata (P<0,05) 0,14 c 0,07 0,43 produk marjinal (marginal physical product = MPP) masing-masing perlakuan adalah 0,11; 0,08 dan 0,07, berturut-turut untuk T1; T2 dan T3. Marginal physical product merupakan penambahan hasil produksi dibagi dengan penambahan faktor produksi. Secara statistik produk marjinal pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), walaupun angka yang didapat menunjukkan tanda-tanda penurunan seiring dengan semakin luasnya areal sawah sebagai umbaran. Hal ini berarti pertambahan berat badan jika dibandingkan dengan konsumsi pakan adalah semakin menurun dengan semakin luasnya areal sawah. Kondisi seperti ini menyebabkan penggunaan pakan menjadi semakin tidak efisien. Taken (1968) menyatakan bahwa efisiensi teknis tercapai pada saat produk rata-rata mencapai maksimum. Nilai elastisitas pada Tabel 3 berturut turut adalah 0,50; 0,46 dan 0,42 masing-masing untuk T1; T2 dan T3. Nilai elastisitas juga semakin menurun dengan semakin luasnya areal sawah sebagai umbaran, walaupun nilai elastisitas tersebut dalam kisaran nilai yang efisien. Mubyarto (1994) menyatakan bahwa nilai elastrisitas antara ( 0<E<1) merupakan tahapan yang efisien secara fisik. Taken (1968) menambahkan bahwa untuk daerah tersebut, tambahan korbanan 1% akan menyebabkan tambahan seiring dengan bertambahnya areal sawah sebagai umbaran disebabkan oleh penurunan berat badan yang disertai dengan tidak berubahnya tingkat konsumsi pakan. Sukartawi (1987) menyatakan bahwa efisiensi ekonomis dan nilai efisiensi ekonomis dicapai apabila nilai produk marjinal faktor produksi samadengan harga input faktor produksi. Produksi padi selama penelitian seperti pada Tabel 4, berturut turut adalah 620; 540 dan 534 kg/ m 2, masing-masing untuk T1; T2 dan T3, secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Ini berarti bahwa luas areal sawah sebagai umbaran tidak mempengaruhi produksi padi. Hal ini dikarenakan kotoran yang dikeluarkan itik untuk menyuburkan tanah sampai dengan kepadatan 20m 2 masih mencukupi. Angka produksi padi yang semakin menurun membuktikan bahwa ada hubungan antara keberadaan itik dengan tingkat produksi padi, melalui kotoran, kegemburan tanah dan bersih dari gulma serta insekta. Widyastuti (1966) mengemukakan bahwa keberadaan ternak pada areal pertanian menyediakan pupuk organik, tenaga kerja dan memperbaiki struktur tanah. Tabel 4 juga memperlihatkan bahwa pendapatan petani-ternak semakin menurun dengan semakin meningkatnya areal sawah sebagai umbaran, masing-masing adalah 7.585.000; 5.892.352 dan Mixed Farming between Paddy Field Cultivation and Ducks Rearing (Mahfudz dan Prasetya) 45

Tabel 4. Rerata Produk Rata-rata, Produk Marginal dan Nilai Elastisitas selama Penelitian Efisiensi ekonomis 1,00 a 0,91 b 0,80 c Produk padi, kg/m2 620 540 534 Pendapatan petani, Rp/Ha 7.585.000 a 5.892.352 b 5.092.262 c Rerata pada baris yang sama dengan huruf superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) 5.092.262 rupiah, berturut-turut untuk T1, T2, dan T3. Semakin bertambah luas areal sawah sebagai umbaran menurunkan pendapatan petani. Hal ini karena efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis yang nyata semakin menurun (P<0,05) dan kesuburan padi juga menurun. Bahwa penambahan unsur produksi (luas areal sawah) tidak meningkatkan produksi, karena pada T1 telah mencapai nilai elastisitas paling tinggi, sehingga penambahan faktor produksi tidak sesuai dengan produksi (Taken, 1968; Sukartawi, 1990). KESIMPULAN Integrasi pemeliharaan itik dengan penanaman padi disawah dapat menekan biaya produksi, meningkatkan nilai efisiensi teknis dan ekonomis serta meningkatkan pendapatan petani peternak. Luas areal sawah sebagai umbaran seluas 10m 2 /ekor memperlihatkan efisiensi teknis dan ekonomis yang paling baik pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan ke-4. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Mahfudz, L.D., W. Sarengat, S. Kismiati dan D.S. Prayitno. 1999a. Intensifikasi Padi dengan Pemeliharaan Itik di Sawah terhadap Performans Itik Jantan Lokal Umur 10 Minggu. Proceeding Seminar Nasional Unggas Lokal II. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Mahfudz, L.D., U. Atmomarsono, N. Sriyuningsih dan B. Srigandono. 1999b. Integrasi Pemeliharaan Itik dengan Penanaman Padi di Sawah terhadap Persentase Karkas Itik Jantan Lokal Umur 10 Minggu. Proceeding Seminar Nasional Unggas Lokal II. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Manda, M. 1992. Paddy Rice Cultivication Using Crossbreed Duck. Japanese Poultry Sci. 26: 1 12. Mubiyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ke-3 Penerbit LP3S, Jakarta. Srigandono, B. 1987. Rncangan Percobaan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Sukartawi. 1987. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cub- Douglass. Rajawali Press. Jakarta, Sukartawi. 1990. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT Rajawali. Jakarta. Taken, I.B. 1968. Beberapa Azas Ekonomi Produksi Pertanian (Tinjauan Statis) Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widyastuti, E.Y. 1996. Usaha Tani Terpadu Ternak dan Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. 46 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (1) March 2005