BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono

MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA

GLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BABIV PENUTUP A. KESIMPULAN

Sejak kurun waktu beberapa tahun terakhir, diskursus good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di

MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

PEMETAAN STANDAR ISI

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB I PROBLEM DILEMATIS INVESTASI. mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperbesar produksi nasional, namun

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

GLOBALISASI MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN. Muhamad Rosit, M.Si. Modul ke: Fakultas ILMU TEKNIK. Program Studi TEKNIK ELEKTRO.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

Terpelas dari skandal Century, tidakkah kita bangga dengan diangkatnya Sri Mulyani sebagai Direktur di Bank Dunia?

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

GOOD GOVERNANCE SEBAGAI SUATU KONSEP DAN MENGAPA PENTING DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA (SUATU PENDEKATAN EKONOMI KELEMBAGAAN)

STIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo

Sosialisme Indonesia

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2).

Klaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal.

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB V SIMPULAN. Film Indonesia sebagai produk industri budaya populer merupakan layar

RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA


Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

Membangun Masyarakat Sejahtera Berdasarkan UU Perlindatayan 1 dan UU Desa

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. namun ketika Perang Dunia II berakhir studi Hubungan Internasional lebih

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SIMPOSIUM UNIVERSITAS JEMBER

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

Sebuah Pemulihan yang Menguat

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

PENDAHULUAN. Daerah dalam melakukan dan melaksanakan pengelolaan keuangan daerah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Adanya. menarik lebih banyak investor asing maupun investor dalam negeri.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ILYA-ALGHAZALI; 1986 ABASY SYAIKH IBNU HIBBAN & IBNU ABDIL BARR

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara neoliberalisme dan good governance secara spesifik akan di lihat di Indonesia. Pasca jatuhnya rezim Orde Baru, proses internalisasi konsep hegemonial good governance dapat dibuktikan melalui kebijaan yang diambil oleh pemerintah. Berdasar pada hal ini, akan sangat menarik mengungkap relasi yang terjalin antara neoliberalisme dan good governance di Indonesia. Relasi ideologi neloberal dan good governance dapat dianalisis sejak awal tahun 1990-an dengan menguatnya isu demokrasi dan pelaksanaan tata kelola pemerintaahan yang baik ( good governance) sebagai sasaran dan kondisi yang harus diwujudkan bagi penguatan dominasi korporasi-korporasi multinasional (kelas-kelas kapitalis) (Abarahamsem,2000). Good governance dalam konteks ini menjadi suara pembangunan ( sound of development) dengan menjadikannya sebagai pra kondisi bagi eksistensi agenda neoliberal (Wiratraman,2006) Good governance sebagai suara pembangunan dan pra kondisi bagi agenda neoliberal tak terlepas dari peran Bank Dunia sebagai lembaga donor pertama yang memperkenalkan dan mengimposisi konsep ini di negara-

2 negara Sub Sahara Afrika. Meskipun begitu, dalam perkembangannya, ide good governance tidak hanya diperkenalkan dan diproyeksikan oleh Bank Dunia, lembaga-lembaga donor seperti International Monetary Fund (IMF), Asia Development Bank (ADB), agen-agen PBB, institusi internasional, serta beberapa negara industri juga ikut berperan dalam mempromosikan konsep good governance (Wiratraman,2006). Good Governance diformulasikan untuk menjaga tata kelola pemerintahan dalam bingkai pembangunan kondisi dan atmosfir yang baik bagi agenda-agenda pasar bebas, dalam hal ini Structural Adjusment Program (SAP) (Dasgupta 1998 ). Olehnya itu, good governance bisa dikategorikan sebagai imposisi politik hukum yang dikendalikan negaranegara industrial dan agen internasional (lembaga donor). Tujuan yang diusung oleh diskursus good governance adalah membentuk tata pemerintahan yang berselerakan pasar (Wiratraman,2007). Berdasar pada awal mula kemunculan dan proses injeksinya pada negara-negara berkembang serta institusi yang berada dibalik penerimaan ide ini, wacana neoliberalisme kemudian menguat sebagai latar munculnya konsep good governance. Inilah good governance yang lahir dari rahim agenda besar globalisasi yang dikonstruksi ideologi neoliberal. Timbul pertanyaan, apa yang salah dan berbahaya dari hubungan yang terjalin antara neoliberalisme dan good governance. Inilah titik dilematis yang menjadi patokan dalam penemuan fakta-fakta, apa, bagaimana dan agenda

3 seperti apa yang diusung oleh ideologi neoliberal melalui diskursus good governance. Neoliberalisme sebagai ideologi yang mengusung liberalisasi adalah kebangkitan kembali paham liberalisme klasik namun dalam sifatnya yang lebih mengglobal. Hal ini bisa kita teropong dari agenda ideologi neoliberal yaitu memperjuangkan persaingan bebas ( leissez faire) dalam pasar internasional sebagai upaya sistematik membangun sebuah imperium global yang bercorak kapitalistik penuh. Negara dilemahkan dan prevelensi pasar bebas ditonjolkan. Pada akhirnya imperium yang dicita-citakan hanya diperuntukkan bagi kepentingan kelas-kelas kapitalis (Sugiono,2006). Fenomena mengerucutnya jarak dan memadatnya waktu dengan bantuan asimilasi teknologi canggih telah menjadi motor penggerak bagi eksis dan menyebarnya ideologi yang mengusung pasar bebas tersebut. Pasar bebas dengan globalisasinya telah mentransformasikan ide baru bagi mereka yang tergolong kelas atas/elit untuk terus memonopoli dan menjadi superior dalam percaturan ekonomi global dan kelas bawah semakin terpinggirkan di zaman yang mengandalkan kompetisi ini. Restorasi kaum kapitalis inilah yang menjadi sentrum dan cita-cita tertinggi ideologi neoliberal (Harvey, 2006). Upaya pencapaian tujuan besar neoliberalisme tersebut menjadikan negara-negara kapitalis yang berada di pusat imperium seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan negara kapitalistik lainnya berupaya melakukan

4 kendali atas negara berkembang melalui tiga lembaga pendukungnya yaitu IMF,WTO danbank Dunia. Ketiga lembaga supra negara itu merupakan lokomotif dan perangkat hegemoni negara-negara kapitalis dengan mekanisme pemberian bantuan ekonomi (hutang) yang disertai paket kebijakan yang semakin membelit negara berkembang. Paket kebijakan itu dikenal sebagai Konsensus Washington atau Structural Adjusment Programme (Hertz,2005;Baswir,2009). Ketiga lembaga ini menawarkan impian kesejahteraan melalui paket kebijakan yang berusaha melimitasi peran negara dan mengedepankan persaingan bebas (Wiratraman,2007). Akhir tahun 1980-an, Bank Dunia mengidentifikasi kegagalan paket penyesuaian struktural (SAP) yang ditawarkan lembaga donor (IMF dan Bank dunia) di negara-negara Sub Sahara Afrika dikarenakan buruknya tata kelola pemerintahan (World Bank,1989). Untuk pertama kalinya, lembaga donor seperti Bank Dunia menekankan pengaruh tata kelola pemerintahan terhadap keberhasilan agenda ideologi neoliberal. Bank Dunia kemudian memformulasikan sebuah konsep yang dianggap mampu memperbaiki tata kelola pemerintahan yang buruk yaitu good governance yang diikuti oleh lembaga donor lainnya. Hal ini tertuang dalam laporannya tahun 1989 Sub- Saharan Africa: From Crisis to Sustainable Growth. Laporan Bank Dunia tersebut menekankan bahwa pemerintah adalah sumber kegagalan pembangunan. Oleh karena itu, untuk membangun kepemerintahan yang baik (good governance), maka pemerintah harus

5 dikurangi ( less government). Pemerintahan yang besar ( big government) akan menjadi sumber dari kepemerintahan yang buruk ( bad governance). Kepemerintahan yang buruk dalam operasionalisasi Bank Dunia adalah pemerintahan yang tidak representatif terhadap pasar yang dalam prakteknya menjadi sumber kegagalan pembangunan di Afrika (Abrahamsem,2000; Pratikno,2005). Kegagalan SAP negara-negara Sub Sahara Afrika telah dijelaskan Wiratraman, disebutkan bahwa: Pengalaman Afrika pasca krisis utang dan perang dingin telah menggambarkan latar dari suatu iklim umum dalam menyokong pasar bebas dan demokrasi liberal, dan hal ini telah secara dahsyat menunjukkan betapa good governance sebagai pemaksaan politik hukum oleh negara industrialisasi maju dan agen internasional (termasuk lembaga maupun negara donor) dalam membentuk ketatapemerintahan pasar (Wiratraman, 2008:2). Diskursus good governance kemudian menguat dan ditransmisikan kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lewat lembagalembaga donor seperti Bank Dunia, IMF,UNDP,ADB. Di Indonesia, good governance pertama kali diperkenalkan pasca tumbangnya rezim Orba (Orde Baru) tahun 1998. Maraknya kasus korupsi, penyelewengan kekuasaan, suap, mafia peradilan, krisis ekonomi dan sentralistik kekuasaan selama 32 tahun Suharto memimpin dijadikan media hegemonial dalam mempromosikan good governance secara terbuka sebagai arah baru pembaharuan tata kelola pemerintahan di era reformasi (Wiratraman 2006,).

6 Beberapa kebijakan direformulasi agar tercipta negara yang lebih demokratis, birokrasi yang bebas dari korupsi, penghapusan sentralistik kekuasaan, pencapaian pertumbuhan ekonomi signifikan. Selain itu, reformasi kebijakan ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan suntikan dana pembangunan dari Bank Dunia,IMF, ADB dan lembaga donor lainnya. Tak ada jalan lain, pemerintah Indonesia harus menerapkan diskursus good governance yang dikreasikan lembaga donor pro neoliberal (Wiratraman,2008). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Neoliberalisme dalam Good Governance di Indonesia. Penelitian ini hendak mendekonstruksi diskursus good governance itu sendiri, apa sesungguhnya yang keliru atau bahkan mungkin apa yang latah diucapkan soal good governance. Penelitian ini berusaha pula untuk menunjukkan masuknya gagasan neoliberal dalam imajinasi perubahan politik, ekonomi,sosial budaya dan administrasi pemerintahan yang digelindingkan di masa-masa akhir kepemimpinan Suharto dan awal reformasi melalui konsep good governance. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kontekstualisasi good governance bagi eksistensi ideologi neoliberal di Indonesia?

7 2. Bagaimana hubungan neoliberalisme dengan good governance di Indonesia pada konteks Bulog? 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis kontekstualisasi good governance bagi eksistensi ideologi neoliberal di Indonesia. 2. Untuk mengetahui hubungan neoliberalisme dengan good governance di Indonesia (Bulog sebagai analisis). 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis, diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan kajian lanjutan untuk peneliti yang lain dan dapat menjadi bahan untuk pengembangan ilmu sosial, khususnya yang berkaitan dengan analisis good governance dan penerapannya. 2. Manfaat praktis,diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang terkait dalam melihat secara objektif apakah good governance memang pantas atau tidak diterapkan dalam pembaharuan tata kepemerintahan di Indonesia khususnya dalam konteks Bulog.

8 3. Secara ilmiah dapat dijadikan pijakan dalam memahami proses hegemoni good governance serta pengaruhnya bagi liberalisasi di Indonesia khususnya liberalisasi pertanian.