RANGKUMAN Survei mengenai Pengawasan Iklim Investasi Putaran VI (2014)

dokumen-dokumen yang mirip
Investment Climate Monitoring Survey 6 th (2014)

Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring Iklim Investasi di Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengamatan Iklim Investasi di Indonesia selama Tahun 2005

PAKET KEBIJAKAN XII: Pemerintah Pangkas Izin, Prosedur, Waktu, dan Biaya untuk Kemudahan Berusaha di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

Survei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

5. Gambaran Umum Tata Kelola Ekonomi Daerah

PEMETAAN PERCEPATAN KEMUDAHAN BERUSAHA

Artikel Prof Mudrajad Kuncoro di Investor Daily: Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental Thursday, 19 May :39

- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, p

Perbaikan Pelaksanaan Kemudahan Berusaha. Ease of Doing Business di Indonesia

Penyelenggaraan Mal Pelayanan Publik. Dalam Rangka Percepatan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

JALAN MENUJU PEMULIHAN

PENERBITAN SECARA SIMULTAN UNTUK SIUP DAN TDP SERTA TGD DAN SLF

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 70 /SK/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PAPARAN HASIL SURVEI INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bentuk Laporan Kegiatan Penanaman Modal Tahap Pembangunan LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL TAHAP PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT BISNIS KABUPATEN WONOGIRI TAHUN Oleh : Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 10 hambatan terbesar kegiatan investasi perusahaan adalah tidak memadainya

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

Getting Electricity P E R B A I K A N K E B I J A K A N. Jakarta, 21 Januari 2016 DIREKTUR DEREGULASI. invest in

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

PENGUATAN IKLIM INVESTASI DAERAH DALAM MENDORONG INVESTASI DAN DAYA SAING DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita

Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi

LKPM (LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL)

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU

BERITA RESMI STATISTIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

2016, No Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan secara Simultan bagi Perusahaan Perdagangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Persepsi Pelaku Usaha tentang Tata Kelola Pemerintahan Daerah Menurut Hasil Survei TKED 2007 dan 2010

INDONESIA MOST LIVEABLE CITY INDEX 2011

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Infrastruktur dan Logistik. Arianto A. Patunru LPEM-FEUI. Pendahuluan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Perbaikan Kemudahan Berusaha di Indonesia

SURVEI PERSEPSI KORUPSI 2015

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI

BERITA RESMI STATISTIK

PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM (Updating layanan izin investasi 3 jam)

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

Abstrak. Keyword : Hulu hilir, aspek perpajakan, real estat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21

BLOK I.1 : KETERANGAN TEMPAT (disalin dari VIMK12-DS)

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

JENIS IZIN DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU MASA BERLAKU

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) PERUSAHAAN/USAHA SENSUS EKONOMI 2006

Fasilitas Kepabeanan untuk pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan berdasarkan PMK Nomor 21/PMK.011/2010

Transkripsi:

RANGKUMAN Survei mengenai Pengawasan Iklim Investasi Putaran VI (2014) Pendahuluan Survei ke-6 mengenai Pengawasan Iklim Investasi yang berlangsung antara bulan Agustus - Desember 2014 ditugaskan kepada AIPEG oleh Kantor Wakil Presiden dan BKPM. Kontraktor yang ditunjuk untuk melakukan penugasan ini adalah LPEM FEUI. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mensurvei Iklim Investasi di Indonesia dan membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dari surveiterhadap sektor manufaktur dan jasa pada tahun 2014 dengan temuan-temuan dari survei sebelumnya yang dilakukan oleh LPEM FEUI, terutama Survei ke-5 Pengawasan Iklim Investasi yang dilakukan pada tahun 2010. Survei tersebut juga mencakup penilaian terhadap kebijakan mengenai iklim investasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia (GOI) pada bulan Oktober 2013 (Paket Oktober). Dari delapan kebijakan investasi utamayang termasuk ke dalam Paket Oktober, survei ini mengamati implementasi empat dari delapan kebijakan tersebut sesuai dengan yang telah disepakati dengan BKPM. Keempat kebijakan tersebut berhubungan dengan memulai usaha,mendapatkan pasokan listrik, pendaftaran properti dan mengurus izin mendirikan bangunan. Metodologi Tiga survei berbeda dilaksanakan terhadap: (i) perusahaan manufaktur; (ii) perusahaanjasa; dan (iii) kantor notaris. Ketiga survei tersebut dilakukan di enam kota besar di Indonesia yaitu, Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar. Survei Industri Manufaktur mencakup 345 perusahaan manufaktur. Sampel survei mencakup perusahaan-perusahaan manufaktur yang mempekerjakan 100karyawan atau lebihyang diambil dari StatistikIndustri Manufaktur Indonesia 2010 (BPS). Survei Perusahaan Jasa - mencakup 187 perusahaan jasa. Sampel survei mencakup perusahaan-perusahaan jasa yang mempekerjakan 25karyawan atau lebih yang diperoleh dari Sensus Ekonomi Indonesia 2006 (BPS). Survei Notaris mencakup 59 kantor notaris. Sampel untuk kantor notaris diambil dari direktori kantor notaris di Kementerian Hukum& HAM. Responden notaris dipilih berdasarkan apakah mereka memiliki pengalaman dalam membantu klien mendirikan perusahaan baru di Indonesia. Hambatan-hambatan yang ada dalam menjalankan usaha diperoleh dari persepsi perusahaan mengenai iklim usaha. Survei menggunakan 25 indikator yang bertujuan untuk mengukur kondisi umum iklim usaha. Indikator yang digunakan pada tahun 2014 secara umumsama dengan yang digunakan dalam survei tahun 2010. Terdapat beberapa indikator baruyang digunakan dalam survei 2014 tetapi indikator tersebuttelah disesuaikan agar selaras dengan survei 2010. Indikator tersebutdiukur untuk perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa.

Temuan-Temuan Utama Lima Hambatan Teratas dalam Menjalankan Usaha di tahun 2014 (Manufaktur) Seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 1, lima faktor yang dianggap sebagai hambatanhambatan utama dalam menjalankan usaha oleh perusahaan-perusahaan manufaktur selama tahun 2014 adalah: Ketidakstabilan makroekonomi Transportasi Pasokan listrik Perizinan dan lisensi dari pemerintah daerah Kebijakan ekonomi dan ketidakpastian peraturan Faktor-faktor tersebut hampirsama dengan faktor-faktor yangdidapatkan dalam survei 2010. Pada tahun 2010, lima faktor teratas adalah transportasi, ketidakstabilan makroekonomi, pasokan listrik, biaya keuangan serta keterampilan tenaga kerja dan pendidikan. Sebagian besar hambatan menjalankan usaha bagi perusahaan manufaktur dinilai bertambah buruk. Sebagian besar hambatan dalam menjalankan usaha bagi perusahaan-perusahaan manufaktur dianggap bertambah buruk.dibandingkan dengan survei yang dilaksanakan pada tahun 2010,21 dari 25hambatan yang disurvei dianggap bertambah buruk.lebih banyak perusahaan manufaktur sekarang yang menilai hambatan-habatan tersebut sama saja, lebih buruk, atau jauh lebih buruk daripada yang mereka rasakan di tahun 2010. Indikator yang paling bertambah buruk (bertambah buruk lebih dari 10 persentasedari jumlah responden) adalah: Lisensi dan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat Kebijakan ekonomi dan ketidakpastian peraturan Lisensi dan izin dari pemerintah daerah Peraturan tenaga kerja oleh pemerintah pusat dan daerah Empat aspek iklim usaha yang mengalami perbaikan untuk perusahaan manufaktur antara tahun 2010 dan 2014 adalah: Jasa penyediaan air bersih Jasa penyediaan listrik Jasa telekomunikasi Jasa internet (Sebagai catatan, untuk jasa telekomunikasi dan internet, persentase perbaikannya sangat kecil).

Gambar 1: Hambatan dalam Menjalankan Usaha bagi Perusahaan Manufaktur: 2010-2014(% dari Responden)

Lima Hambatan Teratas dalam Menjalankan Usaha di tahun 2014 (Sektor Jasa) Lima faktor yang dianggap sebagai hambatan-hambatan utama dalam menjalankan usaha oleh perusahaan-perusahaan jasa selama tahun 2014 adalah: Listrik Transportasi Ketidakstabilan makroekonomi Biaya keuangan Perizinan dan lisensi dari pemerintah daerah Faktor-faktor tersebut hampir sama dengan faktor-faktor yang ada di dalam survei 2010. Pada tahun 2010, lima faktor teratas adalah transportasi, listrik, ketidakstabilan makroekonomi, biaya keuangan serta kriminalitas, pencurian dan kekacauan. Hambatan menjalankan usaha yang mengalami perbaikan dan yang semakin buruk Terdapat sedikit lebih banyak hambatan menjalankan usaha bagi perusahaan-perusahaan jasa yang dianggap menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang semakin buruk. Dibandingkan dengan survei pada tahun 2010, ada 13 indikator yang mengalami perbaikan dan 12 indikator yang bertambah buruk. Kelima indikator yang paling bertambah buruk untuk perusahaan jasa adalah: Biaya keuangan Lisensi dan izin dari pemerintah daerah Kebijakan dan ketidakpastian ekonomi Akses keuangan Lisensi dan izin dari pemerintah pusat Aspek iklim usaha yang mengalami perbaikan untuk perusahaan jasa antara tahun 2010 dan 2014 adalah: Pajak dan retribusi daerah Administrasi pajak Korupsi di pemerintah pusat Korupsi di pemerintah daerah

Temuan terperinci selanjutnya Indikator Izin Usaha (waktu pengolahan) Arah Perubahan Catatan/Justifikasi sejak 2010 Bervariasi Waktu untuk mendapatkan perizinan utama berkurang dari 15sampai33 menjadi 12 sampai 23 hari kerja (tergantung dariizinnya). Waktu untuk mendapatkan perizinan utama bertambah dari sekitar 9 sampai 18 menjadi 10 sampai 25 hari (tergantung dari izinnya). Legalisasi PT (Perusahaan) Positif Waktu pengolahan untuk LegalisasiPT berkurang dari 28 hari kerja pada tahun 2010 menjadi 11 hari kerja pada tahun 2014. Jasa Infrastruktur Bervariasi Secara umum, waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh sambungan/pemasangan utilitas memburuk. Untuk perusahaan jasa, waktu untuk mendapat sambungan bertambah lamauntuk pemasangan listrik, saluran telepon, air dan sambungan gas. Untuk perusahaan manufaktur, waktu untuk mendapat sambungan untuk gas bertambah buruk secara signifikan dan sedikit memburuk untuk penyediaan air. Untuk sambungan listrik dan telepon, waktu untuk mendapatsambungan dianggap lebih cepat pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2010. Penyediaan jasa utilitas umumnya lebih baik pada tahun 2014 dibanding tahun 2010. Perusahaan manufaktur mengalami lebih sedikit gangguan untuk semua sambungan gas, listrik dan penyediaan air bersih tetapi mengalami lebih banyak gangguan untuk layanan telepon. Perusahaan jasa menghadapi situasi yang lebih beragam terkait frekuensi gangguan layanan dan frekuensi gangguan yang lebih tinggi daripada perusahaan manufaktur untuk semua layanan yang disediakan. Proses Bea & Cukai Bervariasi Waktu pengolahan perizinan impor mengalami sedikit perbaikan. Frekuensi pembayaran tidak resmi di pabean mengalami penurunan. Namun, persepsi perusahaan terhadap proses bea& cukai secara keseluruhan (waktu, kompleksitas dan biaya) memburuk.

Indikator Arah Perubahan sejak 2010 Catatan/Justifikasi Administrasi Perpajakan Peraturan dan Isu Ketenagakerjaan Kepastian Peraturan Hubungan dengan Birokrasi Positif Waktu untuk pengolahan restitusi pajak menjadi lebih singkat. Nilai restitusi dana yang lebih tinggi dibanding jumlah yang diminta. Berkurangnya jumlah perusahaan yang melakukan praktik pembayaran tidak resmi. Waktu yang dihabiskan untuk administrasi perpajakan menjadi lebih singkat. Staf yang ditugaskan untuk menangani masalah perpajakan berkurang. Negatif Peraturan ketenaga kerjaan secara umum telah mejadimasalah yang lebih besar baik bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, (walaupun beberapa aspek peraturan ketenagakerjaan bagi perusahaan manufaktur telah membaik) Peraturan mengenai upah minimum merupakan masalah terbesar sampai saat ini dan semakin memburuk bagi perusahaan jasa manufaktur dan jasa. Jumlah perusahaan manufaktur dan jasa yang melaporkan masalah keteaga kerjaan di tahun 2014 meningkat jika dibandingkan di tahun 2010. Masalah terbesar yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur dan jasa adalah yang terkait dengan tuntutan kenaikan gaji/upah. (Walaupun keadaannya memburuk, survei menunjukan bahwa biaya penanganan masalah ketenagakerjaan turun baik bagi perusahaan manufaktur maupun jasa) Positif Bagi perusahaan jasa, tingkat kepastian peraturan secara umum membaik, terutama di tingkat daerah. Bagi perusahaan manufaktur tingkat kepastian peraturan tetap sama baik di tingkat pusat maupun daerah. Positif Frekuensi pemberian pembayaran tidak resmi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa kepada birokrasi mengalami penurunan. Biaya relatif (sebagai bagian dari total biaya) dari pembayaran tidak resmi telah berkurang dari 1,8% menjadi 1,5% untuk perusahaan manufaktur, tetapi sedikit meningkat untuk perusahaan jasa, dari 1%

Indikator Arah Perubahan sejak 2010 Catatan/Justifikasi menjadi 1,1%. Sementara persepsi responden mengenai total waktu yang dihabiskan untuk menemui pejabat pemerintah bervariasi (umumnya waktu menjadi berkurang untuk perusahaan manufaktur dan bertambah untuk perusahaan jasa), waktu rata-rata dan frekuensi kunjungan pejabat pemerintah kelokasi atau kantor perusahaan manufaktur atau jasaberkurang sejak tahun 2010.

Dampak dari Paket Oktober 2013 Permasalahan Target Temuan Survei Memulai Usaha Badan usaha (Perseroan Terbatas/PT) dapat didirikan melalui sistem daring (online) Penyederhanaan proses penerbitan Surat Izin Usaha Permanen (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Sistem daringuntuk melegalisasi perusahaan Perseroan Terbatas (PT) diresmikan dan dimulai pada bulan April 2014. Sistem baru ini secara signifikan meningkatkan dan memperbaiki proses legalisasi perusahaan dengan memperpendek waktu pengolahan izin yang diperlukan dari 28 hari kerja pada tahun 2010 menjadi 11 hari kerja pada tahun 2014. Proses penerbitan SIUP dan TDP kini menjadi semakin cepat. Kini dibutuhkan rata-rata 15 hari untuk memperoleh SIUP, turun dari 20 hari menurut survei di tahun 2010. Begitu pula untuk proses penerbitan TDP yang membutuhkan 15 hari, berkurang dari 20 hari pada tahun 2010. (Meskipun demikian, temuan-temuan ini masih jauh dari target yang ditentukan oleh BKPM yaitu selama 3 (tiga) hari). Dampak Keseluruhan Positif Positif Memperoleh Pasokan Listrik Penyederhanaan prosedur dan berkurangnya biaya serta waktu untuk memperoleh sambungan listrik Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan sambungan listrik baru telah berkurang menjadi 24 hari pada tahun 2014 dari sebelumnya 35 hari pada tahun 2010 untuk perusahaan manufaktur. Namun untuk perusahaan jasa, waktu yang diperlukan bertambah dari 4 hari menjadi 21 hari. Frekuensi gangguan sambungan listrik PLN telah berkurang dari 3 kali menjadi 6 kali setiap enam bulan untuk perusahaan manufaktur tetapi meningkat dari 4 kali menjadi 6 kali per periode enam bulan untuk perusahaan jasa. Bervariasi

Permasalahan Target Temuan Survei Potensi biaya/kerugian dari pemadaman listrik diperkirakan 5,9 persen dari total penjualan tahunan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur selama tahun 2014. Jumlah ini sedikit berkurang dari 6 persen selama tahun 2010. Dampak Keseluruhan Pendaftaran Properti Pengurangan waktu untuk pemeriksaan sertifikat tanah dan pengalihan hak atas tanah 32 persen responden perusahaan yang disurvei mengetahui mengenai Surat Instruksi Kepala Badan Pertanahan Negara No. 2/Ins/VI/2013 mengenai Percepatan Verifikasi Sertifikat Tanah dan Pelayanan terkait Pengalihan Hak atas Lahan. Sekitar 38 persen responden lainnya memiliki pengalaman langsung dengan peraturan tersebut. Sekitar setengah dari responden perusahaan yang memiliki pengalaman langsung dengan peraturan ini melihatnya sebagai peraturan yang bermanfaat atau sangat bermanfaat. Positif Mengurus Izin Mendirikan Bangunan Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) secara daring (online) 13 persen responden perusahaan yang disurvei mengetahui mengenai Keputusan Kepala Kantor Pengendalian Bangunan DKI Jakarta No. 2/2014. 26 persen responden memiliki pengalaman langsung dengan peraturan tersebut. Sekitar 44 persen responden perusahaan yang memiliki pengalaman langsung dengan peraturan tersebut, melihatnya sebagai peraturan yang bermanfaat atau sangat bermanfaat. Bervariasi Penyediaan layanan air bersih semakin cepat (PDAM) Waktu untuk mendapatkan sambungan baru air bersih dari PDAM meningkat dari 15 hari menjadi 17 hari untuk perusahaan Negatif

Permasalahan Target Temuan Survei manufaktur, dan dari 4 hari menjadi 10 hari untuk perusahaan jasa. Namun, frekuensi gangguan air bersih PDAM di perusahaan manufaktur turun dari 4 kali menjadi 2 kali dalam enam bulan dan 5-4 kali di perusahaan jasa. Dampak Keseluruhan Penyediaan jasa sambungan telepon semakin cepat (Telkom) Waktu untuk mendapatkan sambungan telepon baru dari Telkom berkurang dari 12 hari menjadi 8 hari untuk perusahaan manufaktur, tetapi meningkat dari 5 harimenjadi 8 hari untuk perusahaan jasa. Frekuensi gangguan saluran telepon Telkom di perusahaan manufaktur sedikit meningkat dari 2 kali menjadi 3 kali dalam periode enam bulan tetapi berkurang dari 18 kali menjadi 6 kali di perusahaan jasa. Bervariasi