BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Dalam jangka panjang, dimana sektor pariwisata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting di dunia pada saat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata menjadi kebutuhan primer sebagai penyeimbang kesibukan. mereka tersebut. Tempat hiburan maupun objek wisata mampu

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

DEFINISI- DEFINISI A-1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkembang secara mandiri dan pendapatan ekonomi daerah. Sektor industri

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, kegiatan terkait pariwisata sangat berkembang di Indonesia. Dalam jangka panjang, dimana sektor pariwisata diharapkan menjadi sektor yang mampu memimpin dalam pembangunan serta persaingan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Menurut Iryani (2009) industri jasa terutama pariwisata akan memainkan peranan penting dalam perekonomian yang bila dikembangkan secara berencana dan terpadu peran pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas) serta industri lainnya. Selanjutnya Antariksa (2012) berpendapat bahwa bagi negara yang sedang berkembang, industri pariwisata merupakan media pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam jangka panjang sebelum mendapat keuntungan. Menurut Renstra Kemenparekraf, 2012-2014:XXVI pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB Nasional di- tahun 2008 adalah sebesar Rp 153,25 triliyun (3,09%) dan terus mengalami peningkatan di tahun 2010 adalah sebesar 261,1 triliun (4,1%) dari PDB Nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan mancanegara, anggaran pariwisata pemerintah, dan investasi usaha pariwisata yang meliputi: usaha daya tarik wisata, usaha kawasan wisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,

konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata dan lain-lain (Renstra Kemenparekraf, 2012-2014:XXVII). Dilansir dari website resmi pemerintahan (sumbarprov.go.id, 2015) Provinsi Sumatera Barat yang telah ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia dimana sektor pariwisata di Provinsi Sumatera Barat diharapkan bisa menjadi sektor pemimpin karena mempunyai kaitan ke belakang dan ke depan yang paling besar. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006-2010 dengan visi menjadikan Provinsi Sumatera Barat sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat (Western to Indonesia). Disebuah artikel mengenai prospek pengembangan pariwisata di Sumatera Barat yang ditulis oleh Miranti (2006), pemerintah telah menetapkan Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama di Indonesia. Dengan kekayaan keindahan alam dan budayanya, Sumatera Barat memang sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata, baik wisata gunung, bahari, maupun ecotourism. Sayangnya, keindahan alam kawasan yang merupakan perpaduan antara pegunungan, lembah, danau dan pantai dengan budaya yang unik ini belum dikelola secara baik sehingga industri pariwisata nyaris tidak berkembang. Padahal, dengan sentuhan infrastruktur pariwisata dan promosi yang memadai diperkirakan daerah ini tidak akan kalah dengan Bali yang menjadi ikon utama pariwisata Indonesia. Kota Bukittinggi menetapkan bidang kepariwisataan sebagai potensi unggulan daerah, karena berangkat dari kondisi alam dan geografis yang dimiliki. Pada tanggal 11 Maret 1984, Kota Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota

Wisata dan Daerah Tujuan Wisata Utama di Sumatera Barat. Kemudian sesuai Perda Nomor : 25 tahun 1987, Kota Bukittinggi ditetapkan sebagai daerah Pengembangan Pariwisata Sumatera Barat. Kota Bukittinggi saat ini mempunyai luas + 25.239 km 2 terletak ditengah-tengah Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M 941 M dpl. Suhu udara berkisar 17, 1 o C sampai 24,9 o C, memiliki iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara, timur dan selatan Sumatera. (www.bukittinggikota.go.id, 2016). Dirujuk dari (www.bukittinggikota.go.id, 2016), karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah, menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata perdagangan dan jasa, wisata kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat dibuktikan dengan kontribusi sektor pariwisata untuk menopang antara 30-40% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bukittinggi. Undang Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendukung pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Soekarya, (2011) mengungkapkan bahwa Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono mengamanatkan agar program-program pemerintah mengarah kepada pro growth, pro poor, pro job dan pro environment. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

untuk mengaplikasikan arahan tersebut adalah dengan meningkatkan Ekonomi Kerakyatan melalui Pengembangan Desa Wisata. Melalui pengembangan Desa Wisata, masyarakat di pedesaan, khususnya pedesaan yang memiliki potensi daya tarik berupa alam maupun budaya, diberi wawasan mengenai Kepariwisataan, diberi kemampuan untuk mengambil manfaat dari keberadaan potensi dan daya tarik desanya. Dewasa ini telah terjadi sebuah fenomena di tengah masyarakat, dimana terjadi perkembangan menarik pada wisata desa. Ini adalah tren baru yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sekarang ini desa-desa di Indonesia giat memoles diri menjadi desa wisata atau mengembangkan obyek wisata yang mereka miliki. Umumnya mereka mengunggulkan potensi keindahan alam yang memang dimiliki banyak desa di Indonesia. Desa wisata dan obyek wisata di pedesaan adalah destinasi wisata yang sedang digandrungi wisatawan saat ini. Kemunculan desa wisata yang masih baru mengundang daya tarik yang besar bagi wisatawan untuk datang melihatnya (berdesa.wordpress.com, 2016). Berangkat dari fenomena tersebut maka lahirlah gagasan untuk mengembangkan kawasan wisata baru yang menawarkan wisata alternatif di Bukittinggi sebagai ikon kota wisata yaitu Kampung Wisata Sanjai yang berada di Kelurahan Manggis Ganting, Kota Bukittinggi. Kampung Wisata Sanjai merupakan salah satu lokasi yang dijadikan sebagai destinasi pengunjung wisata yang ada di Bukittinggi. Lokasi ini agak berbeda dengan tempat wisata lainnya di Bukittinggi, karena di lokasi ini lebih mengutamakan wisata pengalaman. Artinya, pengunjung dapat langsung belajar cara-cara membuat sanjai, bordiran, sulaman, makan bajamba, serta penginapan di

rumah warga yang dijadikan homestay (penginapan). (http://www.news.padek.co/detail/a/40404, 2016). Mengenai Kampung Wisata Sanjai, dari namanya sudah diketahui bahwa desa ini berhubungan dengan keripik Sanjai yang menjadi oleh-oleh khas Sumatera Barat tersebut. Wisatawan yang berkunjung ke Desa Sanjai ini umumnya bersama rombongan. Pengelola setempat menyediakan sarana transportasi berupa kereta kuda (bendi) untuk eksplorasi desa. Wisatawan dapat menyaksikan langsung proses pembuatan keripik sanjai (singkong) di tempat ini. Ada ibu-ibu yang mengupas singkong, mengiris, menggoreng, membumbui, dan mengemas, dan keripik dijual dalam dua rasa, asin dan pedas. Produksi rumahan keripik singkong tak lagi menjadi satu-satunya aset wisata desa ini. Beragam aktivitas wisata sedang dirancang oleh pemerintah daerah untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Lokasi persawahan di desa ini juga akan dimaksimalkan menjadi atraksi wisata tersendiri. Wisatawan dapat mencoba langsung menuai padi secara tradisional, dan membawa pulang hasil beras tersebut. Selain itu, mereka juga dapat melihat proses kerajinan bordir kerancang khas Bukittinggi. Potensi potensi yang ada pada Kampung Wisata Sanjai, bisa menjadikan desa wisata ini menjadi salah satu objek wisata baru di Kota Bukittinggi (www.wego.co.id, 2016). Berdasarkan percakapan bersama M.Arief Datuak Parpatiah yang merupakan perintis sekaligus ketua Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Kampung Wisata Sanjai mengatakan bahwa Kampung Wisata Sanjai diresmikan sebagai desa wisata oleh pemerintah Kota Bukittinggi pada tahun 2011 sebagai bentuk dari tanggapan terhadap keinginan masyarakat dalam mengembangkan

pariwisata melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata (wawncara pribadi, 09 Juni 2016). Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/2010 dijelaskan bahwa PNPM Mandiri Pariwisata adalah bagian dari PNPM Mandiri yang pelaksanaannya melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan dan pemberian bantuan Desa Wisata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan kepariwisataan di desa wisata. Kemudian dipaparkan juga mengenai tujuan utama PNPM Mandiri Pariwisata adalah meningkatkan kemampuan, menciptakan lapangan kerja dan usaha masyarakat di sektor pariwisata. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata menjadi salah satu elemen yang sangat penting. Dalam konsep ini menurut Hussin & Kunjuraman (2014), Community Based Tourism (CBT) ini akan melibatkan partisipasi masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata di wilayah mereka. Sementara itu, pemerintah maupun pihak swasta hanya sebatas memfasilitasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan wisata. Selanjutnya Salazar (2012) berpendapat bahwa Community Based Tourism (CBT) memiliki tujuan yang berfokus kepada penerimaan masyarakat dalam hal perencanaaan dan mempertahankan pembangunan pariwisata. Murphy (1985) mengemukakan bahwa pendekatan CBT atau pariwisata berbasis masyarakat adalah upaya untuk mengembangkan pariwisata dengan cara yang lebih kompatibel melalui konteks pedesaan. Dilanjutkan dengan pendapat Gill & Reed (1997), Mowforth & Munt (2003), bahwa Community Based Tourism (CBT) berbeda dari pendekatan perencanaan pariwisata top-down tradisional

karena menekankan input lokal dan kontrol atas jenis, skala, dan intensitas pembangunan pariwisata. Jika masyarakat mampu mempertahankan atau proaktif dalam mengontrol pengambilan keputusan mengenai pariwisata, masyarakat bisa mengarahkan pembangunan sesuai dengan nilai-nilai dan kepentingan mereka (Othman, Sazali, dan Mohamed, 2013). Selanjutnya Hall (2000), Murphy (1985), menyebutkan tentang ciri khas dari Community Based Tourism (CBT) yaitu adanya proses yang dihasilkan dari bawah ke atas dengan melibatkan segenap elemen masyarakat untuk mengembangkan produk dan jasa pariwisata atau kerajinan setempat dan melaksanakan strategi pariwisata. Sementara itu Blackstock (2005), Hall (2000), Hatton (1999), menjelaskan bahwa kebijakan dari CBT ialah mendukung komunitas (masyarakat) sesuai dengan jenis pariwisata dan medistribusikan secara adil serta mendapatkan keuntungan dari daerah setempat, sehingga bisa menghadirkan respon alternatif untuk bentuk pengembangan pariwisata tradisional yang fokus pada maksimalisasi keuntungan (Othman, Sazali, dan Mohamed, 2013). Berangkat dari konsep Community Based Tourism (CBT) dan berbagai potensi penunjang yang dimiliki oleh Kampung Wisata Sanjai dalam tatanan kehidupan masyarakat baik sisi pertanian, perekonomian, tata krama serta berbagai pola kehidupan keseharian yang masih alami, asri dan tenang, maka pengembangan Kampung Wisata Sanjai akan dapat memberikan pengaruh dan manfaat yang sangat signifikan dan cukup besar bagi pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia sehingga akan dapat mengurangi pengangguran dan menumbuhkan semangat berusaha bagi masyarakat untuk

meningkatkan perekonomian (LPJ PNPM Pariwisata Kampung Wisata Sanjai 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam menganalisis penerapan Community Based Tourism (CBT) Kampung Wisata Sanjai digunakan beberapa dimensi (aspek) yang dikembangkan melalui konsep yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1994 yaitu mengenai konsep Triple Bottom Line (TBL) yang di kenal dengan 3P (Planet, Profit, People) Triple Bottom Line (TBL) ini mencakup 3 (tiga) konteks yang menjelaskan bahwasannya tidak hanya tentang nilai ekonomi, akan tetapi juga nilai lingkungan dan sosial (Elkington, 2004)..Berikut digambarkan melalui diagram Venn sederhana mengenai konsep Triple Bottom Line (TBL) pada Gambar 1.1 yaitu : Gambar 1.1 Indikator Analisis Penerapan CBT Planet (Lingkungan) People (Sosial Budaya) Community Based Tourism (CBT) Profit (Ekonomi) Konsep ini tidak hanya digunakan untuk bisnis saja, tetapi juga dapat yang dapat diaplikasikan dalam ilmu suistainable tourism. Melalui ketiga aspek Elkington yang dikombinasikan ini diharapkan penerapan Community Based Tourism (CBT) yang merupakan salah satu bagian dari bagian pariwisata berkelanjutan dapat dianalisis dengan baik.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pemikiran yang dikemukakan di latar belakang, penulis merumuskan permasalahan yang diteliti. Adapun perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah Bagaimana Analisis Penerapan Community Based Tourism Kampung Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Penerapan Community Based Tourism yang ada di Kampung Wisata Sanjai Kota Bukittinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku pariwisata dan pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat dalam mengambil kebijakan yang dianggap perlu untuk mengoptimalkan penerapan Community Based Tourism dalam pengelolaan potensi dan produk Kampung Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi, sehingga bisa menjadi paket daerah pariwisata yang mampu bersaing dalam skala lokal maupun internasional. Selain itu, diharapkan mampu memperkaya pengetahuan dan informasi tentang penerapan Community Based Tourism

yang dilaksanakan di Kampung Wisata Sanjai untuk menunjang kegiatan pariwisata di Sumatera Barat khususnya alternatif wisata di Kota Bukittinggi. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau referensi terhadap perkembangan pengetahuan terutama dalam bidang kajian ilmu manajemen mengenai Penerapan Community Based Tourism Kampung Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi. Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang berminat dalam bidang ini khususnya yang berhubungan dengan kajian penerapan Community Based Tourism dan Desa Wisata. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab awal yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN LITERATUR Merupakan bab yang berisi tentang konsep dan teori-teori ataupun pandangan dari penelitian terdahulu yang berhubungan dan relevan dengan variabel penelitian yaitu mengenai analisis penerapan Community Based Tourism Kampung Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode keabsahan data. BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Penjelasan mengenai penerapan Community Based Tourism Kampung Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi, dalam bab ini di deskripsikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, di uraikan segala bentuk potensi dan aktifitas yang ada Kampung Wisata Sanjai dan seberapa jauh tingkat masyarakat secara tidak sadar telah melakukan (menerapkan) poin poin dasar Community Based Tourism ( CBT). BAB V PENUTUP Merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian ini, berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dari keseluruhan penulisan dan saran penelitian selanjutnya.