BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB III METODE PENELITIAN. secara cross-sectional. Cross-sectional yaitu penelitian yang mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. dan rancangan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu mengukur variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi Variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN

II. PENGETAHUAN RESPONDEN Petunjuk pengisian: Berilah tanda (x) pada jawaban yang saudara anggap benar.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

UJI INSTRUMEN SOAL KOGNITIF

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB III METODE PENELITIAN. Dungingi Kota Gorontalo pada tanggal 1 Oktober 24 Oktober 2012.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian. Tenggah. Berikut batas wilayah Desa Kaligentong :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. tempat penelitian di SMK PL Tarcisius I Semarang, dikarenakan SMK

BAB III METODE PENELITIAN. data dilakukan sebelum dilakukan intervensi penkes (pre test) dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan (post test).

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui pengujian

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Banjaran untuk mengambil sampel yang dimulai dari survey pendahuluan sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, untuk mempelajari hubungan tingkat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB 3 KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep : Berdasarkan tujuan penelitian diatas, kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan asupan kalsium pada wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II diuraikan seperti berikut : Tingkat pengetahuan wanita premenopause - Osteoporosis - Asupan kalsium Sikap Gambar 2: Kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan dan sikap wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II

3.2 Variable dan Definisi Operasional a. Pengetahuan adalah segala suatu yang diketahui oleh wanita premenopause tentang osteoporosis dan asupan kalsium. b. Sikap adalah tindakan atau reaksi wanita wanita premenopause dalam mencegah osteoporosis dan dalam pengambilan asupan kalsium mencukupi. c. Premenopause adalah dimana wanita wanita yang masih tidak terpotong kitaran haidnya. d. Digunakan kuesioner untuk mengetahui sejauhmanakah tingkat pengetahuan wanita wanita premenopause de Kecamatan Medan Selayang II. e. Kriteria dalam memilih responden adalah wanita diantara umur 40 45 tahun yang dianggap sudah mecapai fase premenopause. f. Digunakan skala ukur Guttman, iaitu pertanyaan Ya atau Tidak yang di beri score 1 bagi jawapan benar dan score 0 bagi jawapan yang salah. Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Variable Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur -Tingkat pengetahuan wanita premenopause - Sikap - Osteoporosis - Asupan kalsium Kuesioner - Baik - Sedang - Kurang Guttman Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut: 1. Baik bila >80 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 2. Sedang bila 40 80 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 3. Kurang bila <40 % pertanyaan dijawab benar oleh responden

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitaian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak banyaknya mengenai pengetahuan osteoporosis dan sikap terhadap asupan kalsium dikalangan ibu ibu di Kecamatan Medan Selayang II. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu pengamatan dilakukan sekali ( pada saat penelitian itu dilaksanakan ). 4.2 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilakukan dilakukan di Kecamatan Medan Selayang II bulan Juli hingga Agustus. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi penelitian adalah wanita premenopause yang menjelang usia 40 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II. Penentuan usia 40 tahun keatas ini berdasarkan pertimbangan bahwa pada rentang usia tersebut diperkirakan seorang wanita seharusnya sudah menjelang premenopause dan gejala gejala premenopause sudah mula tampak.

4.3.2 Sampel Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus: N = (Zα) 2 pq d 2 Keterangan rumus: N = jumlah/besar sampel α = tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan yang digunakan ialah α = 0,05, sehingga Zα yaitu kesalahan tipe I penelitian ini sebesar 1,96. p = proporsi keadaan yang akan dicari = 0,5 q = 1-p = 0,5 d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki. Dalam penelitian ini, ditetapkan d = 0,10 Angka-angka yang di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel : N = (1,96) 2 (0,5)(0,5) / (0.10) 2 = 96 = 100 Teknik sampling yang dipakai adalah Consecutive Sampling dimana wanita- wanita premenopause yang memenuhi kriteria inklusi yang ditemui dipilih sebagai sampel sehingga mencapai 100 orang.

Kriteria inklusi subjek penelitian termasuk wanita wanita premenopause dengan wanita wanita 40 45 tahun yang sanggup berkerjasama dalam penelitian. Kriteria eksklusi subjek pula ialah yang kuestionernya tidak lengkap. 4.4 Teknik Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berupa kuisioner yang dibagikan kepada reasponden. 4.4.1 Data primer Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument kuisioner. 4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Notoatmodjo sebelum kuesioner itu dignakan perlu diuji validitasnya. Uji validitas aka dilakukan pada 10 orang responan yang memiliki karakteristik yang mirip dengan sampel. Kemudian akan diuji korelasi antara skor tiap tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment. Rumusnya adalah: R = ( N ( Σ XY) ( Σ XY ) {NΣX² (ΣX)²}{NΣY² (ΣY)²} Keterangan : X = skor tiap responden untuk pertanyaan nomor n Y = skor total tiap responden untuk semua pertanyaan XY = skor pertanyaan nomor n dikali skor total pada tiap responden

Untuk memastikan bahawa kuesioner dapat dipercayai, akan dilakkan uji reliabilitas dengan teknik tes tes ulang. (Notoatmodjo, 2007 ) Table 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap pertanyaan dalam angket Variable Nomor Total Pearson Status Alpha Status Pertanyaan Correlation Pengetahuan 1 0.832 Valid 0.649 Reliabel Tentang 2 0.740 Valid Reliabel Osteoporosis 3 0.509 Valid Reliabel 4 0.899 Valid Reliabel 5 0.509 Valid Reliabel 6 0.509 Valid Reliabel 7 0.740 Valid Reliabel 8 0.509 Valid Reliabel 9 0.509 Valid Reliabel 10 0.740 Valid Reliabel Pengetahuan 1 0.509 Valid 0.686 Reliabel Tentang 2 0.683 Valid Reliabel Kalsium 3 0.857 Valid Reliabel 4 0.827 Valid Reliabel 5 0.726 Valid Reliabel 6 0.612 Valid Reliabel 7 0.573 Valid Reliabel

Variable Nomor Total Pearson Status Alpha Status Pertanyaan Correlation Sikap 1 0.655 Valid 0.664 Reliabel Terhadap 2 0.509 Valid Reliabel Osteoporosis 3 0.868 Valid Reliabel 4 0.612 Valid Reliabel 5 0.726 Valid Reliabel 6 0.612 Valid Reliabel 4.5 Pengolahan dan Analisis Data Data diperoleh dari penilaian jawaban kuisioner responden. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputar yaitu Statistical Product and Service Solution, ( SPSS). Pada penelitian ini, variable pengetahuan merupakan data kuantitatif yaitu score hasil pengisian kuesioner. Data ini kemudian akan diubah menjadi kualitatif yaitu, baik, sedang dan kurang melalui induktif.

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Proses pengambilan data untuk penelitan ini telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini. 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Medan Selayang II. Kecamatan ini bertempat di Pasar 4, Padang Bulan. Penduduknya, rata rata adalah pertani, tukang beca dan suri rumah bagi yang wanita. Boleh dilihat banyak sawah padi sekitar Kecamatan ini, yang menunjukan kegiatan utama penduduk di sini. 5.1.2 Deskripsi Sampel Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita wanita premenopause iaitu dalam umur 40 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II. Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 100 responden. Semua data responden diambil dari data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. 5.1.3 Hasil Analisa Data 5.1.3.1 Pengetahuan wanita premenopause terhadap Osteoporosis Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 petanyaan mengenai pengetahuan terhadap Osteoporosis. Pertanyaan pertanyaan yang didalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap Osteoporosis. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini :

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel Pengetahuan Osteoporosis No Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden Benar Salah f % f % 1. Osteoporosis adalah penyakit keroposnya tulang. 98 98,0 2 2 2. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang menular. 98 98,0 2 2 3. Pengeroposan tulang banyak berlaku pada pria. 96 96,0 4 4,0 4. Usia yang paling beresiko untuk mendapat 95 95,0 5 5,0 osteoporosis adalah pada usia 51 75 tahun. 77 77,0 23 23,0 5. Pertumbuhan tulang yang mencapai masa puncaknya sekitar umur 20 30 tahun 6. Tulang yang keropos mengakibatkan tulang rapuh 96 96,0 4 4,0 dan tidak mudah patah. 7. Semakin kita tua mencapai fase menopause, 100 100 0 0 tulang kita semakin rapuh. 8. Pengeroposan tulang banyak terjadi pada wanita 92 92,0 8 8,0 menopause. 9. Orang yan mengalami osteoporosis kelihatan tinggi. 98 98,0 2 2,0 10. Dikatakan osteoporosis cepat menimbulkan efek. 24 24,0 76 76,0 Berdasarkan table 5.1 di atas pada pertanyaan pertanyaan pengetahuan osteoporosis yang paling banyak dijawab dengan benar (ya) yaitu pertanyaan pada nomor 1, 2, 7 dan 9 yaitu sebesar 98%, 98%, 100% dan 98%. Sedangkan petanyaan yang paling banyak di jawab salah (tidak) adalah pertanyaan nomor 10 yaitu sebesar 76%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawb 8 10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4 7 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan osteoporosis dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan wanita wanita premenopause 40 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II dapat dikategorikan pada table 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Osteoporosis Pengetahuan F % Baik 87 87 Sedang 13 13 Kurang 0 0 Total 100 100 Dari tabel tersebut dapt dilihat bahwa tingkat pengetahuan osteoporosis dengan kategori kurang memiliki persentase 0% iaitu tidak ada, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang sebanyak 13% dan tingkat pengetahuan osteoporosis yang paling besar adalah kategori baik iaitu sebesar 87%. 5.1.3.2 Pengetahuan wanita premenopause terhadap Kalsium Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 7 petanyaan mengenai pengetahuan terhadap Osteoporosis. Pertanyaan pertanyaan yang didalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap kalsium. Data lengkap

distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini : Table 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel Pengetahuan Kalsium No Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden Benar Salah f % f % 11. Kalsium adalah mineral yang tidak penting bagi 92 92,0 8 8,0 wanita menjelang menopause. 12. Kalsium membantu dalam pembentukan tulang. 100 100 0 0,0 13. Kalsium tidak berperanan dalam memperkuatkan 93 93,0 7 7,0 tulang 14. Wanita premenopause memerlukan lebih kurang 91 91,0 9 9,0 1000 mg kalsium prehari. 15. Susu dan makan yang diperbuat dari susu tidak di 92 92,0 8 8,0 perkaya dengan kalsium 16. Ikan dan sayuran hijau kaya dengan kalsium 90 90,0 10 10,0 17. Garam merupakan penyebab tubuh kekurangan 62 62,0 38 38,0 kalsium. Berdasarkan table 5.3 di atas pada pertanyaan pertanyaan pengetahuan kalsium yang paling banyak dijawab dengan benar ( ya) yaitu pertanyaan pada nomor 12 dan 13 yaitu sebesar 100% dan 93%. Sedangkan petanyaan yang paling banyak di jawab salah ( tidak)adalah petanyaan nomor 17 yaitu sebesar 62%. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawab 6 7 pertanyaan

pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 3 5 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 2 dari pertanyaan pengetahuan kalsium dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan wanita wanita premenopause 40 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II dapat dikategorikan pada table 5.4. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Kalsium Pengetahuan F % Baik 84 84 Sedang 15 15 Kurang 1 1 Total 100 100 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai kalsium dengan kategori kurang memiliki persentase 1% iaitu hampir tidak ada, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang sebanyak 15% dan tingkat pengetahuan osteoporosis yang paling besar adalah kategori baik iaitu sebesar 84%. 5.1.3.4 Sikap Wanita wanita Premenopause Terhadap Asupan Kalsium. Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 6 petanyaan mengenai sikap terhadap asupan kalsium. Pertanyaan pertanyaan yang didalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan pertanyaan tersebut dapat mewakili sikap responden terhadap asupan kalsium. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini :

Table 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Respnden pada Variabel Sikap No Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden Ya Tidak f % f % 18. Saya mengkonsumsi susu yang kaya dengan 23 23,0 77 77,0 kalsium setiap pagi. 19. Saya mengkonsumsi suplemen tambahan kalsium. 9 9,9 91 91,0 20. Setiap hari makan sayur hijau dan ikan atau tahu 96 96,0 4 4,0 tempe. 21. Saya membatasi jumlah garam yang saya makan. 87 87,0 13 13,0 22. Saya sering makan, makanan sereal 28 28,0 72 72,0 23. Setiap hari saya makan, makanan yang bergizi 97 97,0 3 3,0 kaya dengan kalsium supaya saya sehat. Berdasarkan table 5.5 di atas pada pertanyaan pertanyaan sikap terhadap asupan kalsium yang paling banyak dijawab dengan ya (benar) yaitu pertanyaan pada nomor 20 dan 23 yaitu sebesar 96% dan 97%. Sedangkan petanyaan yang paling banyak di jawab tidak (salah) adalah petanyaan nomor 19 yaitu sebesar 91%. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan sikap baik bila menjawab 5 6 pertanyaan sikap terhadap asupan kalsium dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan sikap sedang bila menjawab 3 4 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan sikap kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 2 dari pertanyaan pengetahuan kalsium dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat sikap

wanita wanita premenopause 40 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II dapat dikategorikan pada table 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap Sikap F % Baik 16 16 Sedang 76 76 Kurang 8 8 Total 100 100 Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan sedang memiliki persentase yang paling besar yaitu 76% sedangkan sikap dengan kategori baik sebesar 16 % dan sikap dengan kategori kurang hanya 8%. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi malalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba ( Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian pertanyaan yang telah valid untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu. Dari hasil penelitian diperolehi sebanyak 98 responden (98%) telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa osteoporosis adalah penyakit keroposnya tulang yang merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat

trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993). 98 responden (98%) menjawab dengan benar bahwa penyakit ini tidak menular dan 96 responden (96%) mengatakan dengan benar osteoporosis kurang berlaku pada pria tetapi berlaku lebih tinggi pada wanita menopause yaitu dijawab benar oleh 92 responden (92%). Sebanyak 77 responden (95%) yang mengetahui pertumbuhan tulang mancapai masa puncak sekitar umur 20 30 tahun dan 96 responden (96%) jawab dengan benar bahawa semakin tua mencapai fase menopause, tulang semakin rapuh dan semuanya tahu iaitu 100 responden (100%) yang tulang rapuh mudah patah. Usia yang paling beresiko untuk mendapat osteoporosis adalah pada usia 51 75 tahun dan penelitian ini menunjukkan bahwa 92 responden (92%) mengetahuinya. 98 responden (98%) dan 76 responden (76%) masing masing menjawab dengan benar yaitu seseorang yang mengalami osteoporosis kelihatan pendek dan osteoporosis tidak menimbulkan efek dengan cepat. Semua responden (100%) yang terlibat didalam penelitian ini menjawab dengan benar bahwa kalsium membantu dalam pembentukan tulang dan kalsium adalah mineral yang penting bagi wanita menjelang menopause dijawab benar oleh 92 responden (92%). Ia adalah penting bagi wanita menjelang menopause adalah kerana kalsium ini akan di simpan bagi kegunaan semasa menopause. Pada menopause produksi estrogen akan berkurang dalam badan. Estrogen membantu osteoblast dalam proses remodeling tulang dan juga membantu mengangkut kalsium ke tulang tulang dalam tubuh kita. Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Sebanyak 91 responden (91%) mengetahui bahwa wanita premenopause memerlukan lebih kurang 1000 mg kalsium prehari. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium harian, status vitamin D dan umur. Disebabkan oleh keperluan kalsium, asupan makan seharian harus diperkaya dengan makanan makanan yang di perbuat dari susu. Sebanyak 92 responden menjawab dengan benar bahwa susu dan bahan makan diperbuat dari susu kaya dengan kalsium. Disamping itu, 90 responden (90%) mengetahui bahwa ikan dan sayuran hijau juga diperkaya dengan kalsium. Walaubagaimanapun, kalsium yang dikonsumsi akan

diganggu absorbsinya dengan kehadiran garam yang berlebihan, hanya 38 responden (38%) mengetahui hal ini. Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 87 responden (87%) berpengetahuan baik mengenai osteoporosis, diikuti dengan 13 responden (13%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak dijumpai responden yang berpengetahuan kurang. Manakala bagi pengetahuan kalsium pula sebanyak 84 responden (84%) berpengetahuan baik, 15 responden berpengetahuan sedang dan hanya 1 responden (1%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang osteoporosis dan kalsium pada wanita wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II pada tingkat baik. Menurut asumsi penelita, hal ini mungkin dikarenakan oleh bahan media massa seperti televisi, koran, dan sebagainya banyak memberi pengetahuan, seperti yang disampaikan oleh Wied Harry A. (1996) bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan sesorang, sehingga dalam kaitannya dengan hasil yang didapati. 5.2.2. Sikap Dalam penelitian sikap, pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan sikap responden terhadap asupan kalsium. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hanya 23 responden (23 %) yang menjawab ya bahwa mereka mengkonsumsi susu setiap pagi, 9 responden (9 %) menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi suplemen tambahan kalsium dan 96 responden (96%) menyatakan mereka mengkonsumsi sayuran hijau dan ikan atau tahu tempe setiap hari. Sedangkan didapati 87 responden (87%) mengatakan mereka membatasi jumlah garam dalam makanan mereka seharian, hanya 28 responden (28%) menyatakan bahwa mereka sering makan makanan sereal, dan 97 responden (97%) menyatakan mereka makan makanan yang bergizi kaya dengan kalsium setiap hari supaya sehat. Dari hasil analisa secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sikap wanita wanita premenopause terhadap asupan kalsium berada pada kategori sedang (76%). Bila dilihat dari pengetahuan responden yang baik, maka hal ini bertolak belakang dengan teori yang dikemukan oleh Notoadmodjo (2003). Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang

dipeoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik juga. Tetapi dalam penelitian in didapati hasil pengetahuan dan sikap tidak sejalan, dimana pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada kategori baik ( 87% dan 84% ) sedangkan sikap dalam penelitian ini berada pada kategori sedang ( 76% ). Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sikap responden sehingga memiliki sikap yang sedang walaupun dengan pengetahuan yang baik. Menurut Azwar (2005), sikap dapat dipengaruhi oleh faktor faktor lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat istiadat, ataupun pengalaman. Sehingga walaupun dengan pengetahuan baik, responden hanya memiliki sikap yang sedang.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian yang dijalankan ini, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dan kalsium wanita wanita premenopause dalam lingkungan 40 45 tahun di Kecamatan Medan Selayang II berada dalam kategori baik yaitu masing masing 87 % dan 84 %. Manakala kategori sedang pula sebanyak 13 % dan 15 %. Jadi jika diberi lebih banyak menekanan didalam meningkatkan tahap pengetahuan mereka, kita dapat mengurangkan lagi persentase tersebut. Penelitian ini juga menunjukan bahwa tahap sikap wanita wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II masing berada di tingkat sedang yaitu sebesar 76 %. Ini mungkin adalah disebabkan masih terdapat banyak wanita wanita premenopause yang tidak perhatin terhadap kesehatan mereka walaupun pengetahuan mereka berada dalam kategori baik. 6.2. Saran Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu : a. Orang dewasa perlu makan makanan yang kaya kalsium (1000 1200 mg perhari) untuk mencegah osteoporosis. The National Institutes of Helath menganjurkan bahkan lebih banyak kalsium sampai 1500 mg perhari untuk yang berumur diatas 40-45 tahun. Makanan yang kaya kalsium adalah susu, yogurt, keju, ikan salmon, dan brokoli.satu gelas susu mengandungi sekitar 300 mg kalsium. b. Disarankan juga melakukan pemeriksaan rutin. Jika berisiko terkena osteoporosis diambil suplemen tambahan kalsium yang dianjurkan dokter. c. Sering beraktivitas luar kerana vitamin D adalah penting dan ia boleh didapati dari sinar matahari pagi hari. d. Disarankan juga, berolahraga. e. Selain itu edukasi adalah sangat penting, jadi pihak yang berkuasa perlu sering member input kepada masyarakat melalui koran, seminar, dan sebagainya supaya masyarakat lebih memahami apa itu osteoporosis.