BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.


BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

1

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012) Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010. Data Dinas Kesehatan kota Semarang tahun 2009 menyebutkan prevalensi hipertensi sebesar 12,85 % dengan jumlah kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012) Prevalensi Penyakit Hipertensi pada tahun 2008 hingga tahun 2010 menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, pada tahun 2008 sebesar 865sss204 jiwa, pada tahun 2009 sebesar 698816 jiwa, pada tahun 2010 sebesar 562117 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah kasus yaitu sebesar 634860 jiwa (Dinkesprov, 2011). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar 123990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130683 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 113537 jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 107839 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu sebesar 128594 jiwa (DKK, 2011). 1

2 Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang di dapatkan data bahwa penyakit tidak menular berdasarkan tempat pada tahun 2012, angka kejadian hipertensi tertinggi di kota Semarang terdapat di Puskesmas Kedungmundu yaitu sebanyak 5.097 penderita. Diantara wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang terdiri dari 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Kedungmundu, Kelurahan Sambiroto, Kelurahan Sendangmulyo, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Tandang, Kelurahan Sendang Guo, Kelurahan Jangli. Angka kejadian hipertensi tertinggi yaitu di Kelurahan Sambiroto yaitu sebesar 801 penderita. Dari 11 RW pada Kelurahan Sambiroto, angka kejadian hipertensi tertinggi yaitu terdapat pada RW II, sebesar 102 penderita. Salah satu komplikasi utama dari hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang terlarut seperti kolesterol, kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding pembuluh yang dikenal dengan istilah penyempitan pembuluh darah. Bila penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu yang lama dengan tekanan darah yang sangat tinggi, maka pembuluh darah akan pecah yang akan mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang dan tidak adekuat lagi, bahkan terhenti yang selanjutnya menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011) Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa menderita stroke, dan menyebabkan kematian 275.000 300.000 orang amerika. Di pusat-pusat pelayanan neurologi Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap (Harsono, 2007). Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam, jika tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, bahkan saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dan keempat didunia, setelah India, Cina, dan Amerika (Farizal, 2011) Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh

3 lima persen stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease. Riset kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional sebesar 0.8%. Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai 15.9% pada kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada kelompok umur 55 sampai 64 tahun. Stroke dikenal sebagai penyakit yang menimbulkan disabilitas permanen yang menyebabkan penderita kurang bahkan tidak produktif lagi. Hal ini terjadi akibat kerusakan permanen jaringan otak yang tidak tergantikan (Yuniadi, 2010) Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita stroke dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar 9656 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 13481 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 11002 jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 9142 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu sebesar 14690 jiwa (DKK, 2011) Faktor resiko stroke terdiri dari dua faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya (Pinzon, 2010). Sedangkan faktor yang dapat diubah sangat penting untuk dikenali, penanganan berbagai faktor resiko ini merupakan upaya untuk mencegah stroke. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama penyebab stroke. Hipertensi menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel endotel pembuluh darah melalui mekanisme perusakan lipid dibawah otot polos. Karena itu, sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal untuk menurunkan resiko terjadinya serangan stroke (Utami P., 2009). Kejadian stroke dapat dicegah lebih dini pada penderita hipertensi. Penanganan hipertensi dilakukan bersama dengan pengubahan pola tidak mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik yang cukup, mengurangi konsumsi garam,

4 mempertahan konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup, dan berhenti merokok. Selain itu penderita hipertensi juga harus mempunyai pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk dapat menyesuaikan penatalaksanaan hipertensi dalam kehidupan sehari- hari (Utami P., 2009). Pengendalian faktor-faktor resiko stroke seperti hipertensi adalah tindakan yang paling tepat untuk pencegahan stroke. Pencegahan stroke itu sendiri dapat dilakukan dengan cara memodifikasi faktor resiko. Berdasarkan (Achdiat Agoes, 2013) pencegahan stroke dapat dilakukan dengan cara olahraga secara teratur, tidak merokok dan minum alkohol, diet rendah garam dan lemak, istirahat tidur yang cukup, serta mampu mengelola stress yang dialami. Dari hasil wawancara 3 orang penderita hipertensi di kelurahan Sambiroto mengatakan mereka sudah mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi dan sudah mendapatkan informasi dari petugas Puskesmas untuk mengurangi makanan yang asin-asin dan makanan yang berlemak tinggi. Namun, upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke yang usia semakin tua belum sepenuhnya dilakukan. Mereka masih mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi seperti ikan asin dan ikan pindang, sering mengkonsumsi rokok, tidak pernah berolahraga. Pada tahun 2012 Puskesmas Kedungmundu menempati peringkat pertama Puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien hipertensi terbanyak di Kota Semarang. Diantara wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang terdiri dari 7 kelurahan, angka kejadian hipertensi yang tertinggi terdapat pada Kelurahan Sambiroto. Kelurahan Sambiroto terdiri dari 11 RW, penderita hipertensi tertinggi terdapat pada RW II. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian terkait pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang.

5 B. Rumusan Masalah Angka harapan hidup penduduk Indonesia semakin meningkat sejalan meningkatnya taraf hidup manusia. Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam, bila tidak dilakukan upaya penanggulangan maka penderita stroke akan semakin meningkat pula. Salah satu penyebab timbulnya stroke adalah hipertensi. Hipertensi dapat dicegah apabila diimbangi dengan gaya hidup yang sehat seperti pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Pencegahan Stroke Pada Penderita Hipertensi Di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan pemenuhan diit hipertensi. b. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan olahraga secara teratur. c. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan pemenuhan istirahat tidur. d. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan manajemen stress. e. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan berhenti merokok dan konsumsi alkohol.

6 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadikan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian secara baik dan benar terutama tentang pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bidang pelayanan kesehatan mengenai gambaran pelaksanaan pencegahan stroke pada pederita hipertensi, sehingga bagi pelayanan kesehatan dapat menjadi perantara untuk memberikan pengetahuan kepada penderita hipertensi agar terhindar dari stroke maupun penyakit kardiovaskuler lainnya. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu pendidikan khususnya bidang keperawatan mengenai pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi. 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat luas betapa pentingnya melakukan pencegahan stroke untuk menjaga kesehatan baik dimasa sekarang atau untuk masa mendatang. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan komunitas.

7 F. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pelaksanaan pencegahan stroke pada hipertensi adalah sebagai berikut: Table 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti, Judul Penelitian, Tahun Desain Penelitian Hasil Rista Emiria Afrida Apriany, Tatik Mulyati. Asupan protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT Terkait Dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang, 2012 Margiyati, Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi waras, Dusun Kemloko, Desa Bergas Kidul, 2010. Erlyna Nur Syahrini, Henry Setyawan Susanto, Ari Udiyono,Alumnus FKM UNDIP, Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP, Faktor-faktor Resiko Hipertensi Primer Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang, 2012 Studi cross sectional dengan jumlah 43 subjek yang diambil secara consecutive sampling. Analisis data bivariat menggunakan rank sperman. Pra eksperimental one group pretest-posttest desain dan jumlah sampel sebanyak 12 responden dengan tehnik purposive sampling. Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang berjumlah 80 responden yang memeriksakan diri di puskesmas tlogosari kulon. Asupan Protein Berhubungan dengan Tekanan Darah Sistolik Terdapat pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi Umur, obesitas, kebiasaan konsumsi garam, dan kebiasaan konsumsi makanan berlemak merupakan faktor risiko hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Ekowati Rahajeng, Sulistyowati Tuminah, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, 2009 Desain analisis yang dilakukan yaitu analisis potong lintang (crosssectional) untuk mengetahui besarnya prevalensi hipertensi, analisis kasus kontrol (case-control) dengan perbandingan sampel kasus-kontrol, untuk mengetahui faktor yang berisiko Faktor risiko hipertensi di Indonesia adalah umur, pria, pendidikan rendah, kebiasaan merokok konsumsi minuman berkafein >1 kali per hari, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, obesitas dan obesitas abdominal. Pencegahan dan pengendalian hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi

8 terhadap hipertensi hipertensi dan mencegah komplikasinya. Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian di atas adalah terletak pada tempat, penelitian ini dilakukan di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang. Penelitian ini mengenai deskripsi pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita Hipertensi. Dengan demikian, penelitian ini mempunyai perbedaan dari penelitian sebelumnya dari segi tempat penelitian maupun gambaran pengendalian tekanan darah pada hipertensi.