KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN PADA SISTEM RANGKA DENGAN KETIDAKBERATURAN PERGESERAN MELINTANG TERHADAP BIDANG

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

EVALUASI KINERJA METODEDIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN DAN FORCE BASED DESIGNPADA BANGUNAN VERTICAL SETBACK 6 LANTAI

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 13/PEN/SIPIL/2010

PERBANDINGAN KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN DENGAN FORCE- BASED DESIGN DAN DIRECT DISPLACEMENT-BASED DESIGN MENGGUNAKAN SNI GEMPA 2012

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

EVALUASI KINERJA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS BERCOAKAN 40% DI WILAYAH BERESIKO GEMPA TINGGI DI INDONESIA

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 03/PEN/SIPIL/2010

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN SUDUT DALAM YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT-BASED

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR PUSTAKA. Sinjaya ( ) Antonius Ireng G. ( )

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN GEOMETRI VERTIKAL YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT BASED

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

adalah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok pada hubungan balok. Kolom tersebut.

STUDI TENTANG DAKTILITAS STRUKTUR PADA SISTEM SHEARWALL FRAME DENGAN BELT TRUSS

KATA KUNCI: direct displacement-based design, performance based design, sistem rangka pemikul momen, analisis dinamis riwayat waktu nonlinier.

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

TUGAS AKHIR ANALISA EFISIENSI STRUKTUR DENGAN METODE PSEUDO ELASTIS TERHADAP METODE DESAIN KAPASITAS PADA BANGUNAN BERATURAN DI WILAYAH GEMPA 5

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa di kepulauan Alor (11 November, skala 7,5), gempa Aceh (26 Desember, skala

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

EVALUASI KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN SECARA DDBD TERHADAP GEMPA RENCANA

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

PENGGUNAAN FRICTION BASE ISOLATION PADA RUMAH SEDERHANA

balok yang merangkainya atau yang biasa dikenal dengan istilah strong column weak beam. Gambar 1.1. Side Sway Mechanism

PENGARUH VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM TERHADAP PERILAKU ELEMEN STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA

ANALISIS KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI.

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

VISUALISASI PEMBELAJARAN DESAIN PENULANGAN DINDING GESER DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

T I N J A U A N P U S T A K A

PENGARUH RASIO KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR TERHADAP PERILAKU DINAMIS STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG BERTINGKAT RENDAH

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

KEANDALAN ANALISA PUSHOVER UNTUK MERAMAL PRILAKU SEISMIK NONLINIER STRUKTUR PORTAL TERBUKA DENGAN REENTRANT CORNER

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 14/PEN/SIPIL/2010

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

ANALISIS KINERJA BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN APLIKATIF KREATIF

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Berlantai 4: Studi Kasus Gedung Baru Kampus I Universitas Teknologi Yogyakarta ABSTRACT

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

Concentrically Braced Frame adalah pengembangan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Tahan Gempa

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

Peraturan Gempa Indonesia SNI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG TECHNO PARK UPN VETERAN JAWA TIMUR MENGGUNAKAN BALOK PRESTRESS TUGAS AKHIR

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh: AGUNG PRABOWO NIM : D

Performance Based Design, Sebaiknya Menggunakan Modal Pushover Analysis atau Capacity Spectrum Method?

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

GEMPA RENCANA UNTUK ANALISA RIWAYAT WAKTU

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. struktur bangunan tinggi terutama untuk gedung adalah keselamatan (strength and

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 08/PEN/SIPIL/2010

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN YANG MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LEWATAN (LAP SPLICES) PADA UJUNG KOLOM

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

EVALUASI STRUKTUR DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

Transkripsi:

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA Jimmy Setiawan 1, Victor Kopaloma 2, Benjamin Lumantarna 3 ABSTRAK : Metode Pseudo Elastis merupakan sebuah metode desain alternatif yang dikembangkan untuk perencanaan bangunan yang didesain terhadap gempa selain metode Desain Kapasitas. Perencanaan Pseudo Elastis memperbolehkan terjadinya sendi-sendi plastis pada ujung atas dan bawah kolom interior, sedangkan kolom eksteriornya harus berperilaku elastis penuh, kecuali ujung bawah kolom lantai dasar. Pola keruntuhan yang diharapkan setelah terjadi gempa merupakan partial side sway mechanism. Untuk menjamin terjadinya distribusi gaya geser pada kolom eksterior, maka diperlukan pembesaran gaya dalam kolom elastis akibat gempa berupa Faktor Pengali (FP). Tujuan penelitian ini adalah menguji asumsi penyaluran gaya geser dasar pada desain Pseudo Elastis dan menguji terjadinya partial side sway mechanism pada bangunan beraturan 6- dan 10-lantai berdenah persegi panjang di wilayah 6 peta gempa Indonesia. Kinerja bangunan diperiksa dengan metode dynamic non-linear time history analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asumsi penyaluran gaya geser dasar pada desain Pseudo Elastis tidak selalu terjadi pada bangunan yang ditinjau.untuk hasil kinerja bangunan, partial side sway mechanism terjadi pada bangunan 6-lantai untuk arah memanjang dan melintang, dan bangunan 10-lantai pada arah memanjang bangunan, sedangkan arah melintangnya tidak terjadi karena mengalami soft storey di lantai ke-2. KATA KUNCI: pseudo elastis, partial side sway mechanism, faktor pengali, dynamic non-linear time history analysis, kinerja bangunan, gaya geser dasar 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan mengalami bencana gempa bumi, maka dari itu kewajiban para insinyur dalam dunia teknik sipil adalah merencanakan bangunan untuk menghindari keruntuhan yang bersifat tiba-tiba. Dalam SNI 03-1726-2002 (Departemen Pekerjaan Umum, 2002), target perilaku struktur bangunan saat mengalami gempa adalah beam side sway mechanism pada Gambar 1. Hal ini diperoleh dengan mendesain kolom lebih kuat dibandingkan balok-balok yang merangka pada kolom tersebut (Strong Column Weak Beam). Kondisi Strong Column Weak Beam dapat dicapai dengan cara Capacity Design. Desain harus dilakukan secara bertahap, yaitu Gambar 1. mendesain balok terlebih dahulu daripada kolomnya. Dalam hal Beam Side Sway Mechanism ini proses desain membutuhkan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, muncul sebuah usulan untuk menggunakan metode alternatif yang disebut dengan Pseudo 1 Mahasiswa Prodi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, jim_setiawan@hotmail.com. 2 Mahasiswa Prodi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, victorkopaloma@gmail.com 3 Dosen Prodi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, bluman@peter.petra.ac.id. 1

Elastis. Pseudo Elastis adalah suatu metode dimana dalam perencanaan kolom tidak lagi berdasarkan momen kapasitas balok atau momen nominal aktual balok, melainkan berdasarkan beban yang bekerja pada kolom itu sendiri. Hal ini membuat perencanaan kolom dan perencanaan balok dapat dibuat secara independen, tanpa harus menunggu perencanaan balok selesai. Pola keruntuhan pada perencaan Pseudo Elastis mengizinkan adanya sendi plastis pada ujung-ujung kolom interior seluruh lantai, sedangkan kolom eksteriornya tetap hanya diperbolehkan terjadi sendi plastis di ujung bawah kolom lantai terbawah seperti terlihat pada Gambar 1 & 2. Pola keruntuhan seperti ini mengadopsi pola keruntuhan yang diusulkan oleh Paulay (1995), yaitu partial side sway mechanism. Ketika terjadi gempa, bangunan akan menerima gaya geser yang akan dipikul oleh keseluruhan kolom. Penyaluran gaya geser akan terus berlangsung dan menyebabkan terjadinya sendi plastis pada kolom-kolom yang direncanakan mengalami sendi plastis. Selanjutnya, kelebihan gaya geser yang terjadi akan dipikul oleh kolom-kolom elastis. Untuk membuat suatu bangunan yang mengalami beban gempa memenuhi kondisi partial side sway mechanism seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu adanya perkuatan pada kolom elastis. Hal ini dapat dicapai dengan memberi suatu faktor pengali (FP) pada perhitungan beban gempa yang diterima oleh kolom elastis. 2. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, digunakan rumusan faktor pengali (FP) dan T plastis yang merupakan hasil penelitian Muljati dan Lumantarna (2008). Rumusan tersebut dapat dilihat pada persamaan (1) dan (2). C T μ f n R 500th 1 int int FP = C (1) n R eks eks T plastis = 2,967 T elastis + 0,313 (2) Keterangan : C T = koefisien gempa target μ = daktilitas struktur f 1 = overstrength factor (f 1 ) sebesar 1,6 (berasal dari perkalian faktor kuat bahan sebesar 1,28 dan faktor lebih bahan sebesar 1,25 sesuai SNI 03-1726-2002) n eks = jumlah kolom eksterior n int = jumlah kolom interior R eks = rasio antara gaya geser dasar pada satu kolom eksterior dengan gaya geser dasar total akibat gempa nominal R int = rasio antara gaya geser dasar pada satu kolom interior dengan gaya geser dasar total akibat gempa nominal T plastis = periode plastis struktur T elastis = periode elastis struktur 3. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 2. Portal Interior Pertama-tama penulis menentukan denah bangunan berupa persegi panjang pada bangunan 6- dan 10- lantai dengan tiap bentang panjangnya 8 meter dan tinggi antar lantai 3,5 meter. Konfigurasi kolom elastis ditentukan pada kolom perimeter dan sisanya adalah kolom plastis. Denah struktur yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 3. 2

8 8 8 8 8 1 2 3 4 5 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 Kolom Elastis Kolom Plastis Gambar 3. Denah Struktur Bangunan yang Diteliti Langkah berikutnya adalah menentukan dimensi kolom dan balok. Elemen struktur didesain menggunakan metode Pseudo Elastis dari hasil analisa struktur ETABS v9.6 (Computer and Structures, Inc., 2009), sehingga dapat memenuhi kinerja batas layan dan ultimit serta persyaratan rasio tulangan longitudinal. Untuk menentukan dimensi balok dan kolom dilakukan trial and error berulang kali, sehingga ditemukan dimensi yang sesuai dengan kriteria desain. Pada penelitian kali ini digunakan kriteria desain sebagai berikut: a. Digunakan konfigurasi kolom elastis perimeter, supaya sejalan dengan penelitian sebelumnya. b. Digunakannya dimensi kolom yang seragam pada satu lantai, diharapkan asumsi penyaluran kelebihan gaya geser dapat lebih mudah dilihat ataupun diinterpretasikan. c. Tidak menggunakan rasio tulangan kolom plastis yang minimum, supaya tidak ada kolom plastis yang memiliki kapasitas momen yang berlebihan. Data struktur yang digunakan dapat dilihat seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Data dan Dimensi Struktur Bangunan Lantai Dimensi Kolom (mm) Bangunan Lantai Dimensi Kolom (mm) 1 950 950 1 800 800 2 750 750 2 700 700 6-Lantai 3 650 650 3-6 650 650 10-Lantai 4 650 650 7-8 600 600 5 600 600 9 550 550 6 550 550 10 500 500 Data-data lain Mutu Beton (f c ' ) 30 MPa Mutu Tulangan Longitudinal 400 MPa Mutu Tulangan Transversal Balok 240 MPa Mutu Tulangan Transversal Kolom 400 MPa Dimensi Balok Induk Bangunan 6-Lantai 300 700 mm 2 (Lantai 1-3) 300 650 mm 2 (Lantai 4-6) Dimensi Balok Induk Bangunan 10-Lantai 300 700 mm 2 (Lantai 1-10) Setelah itu dilakukan pencarian hinge properties dengan bantuan program CUMBIA (Montejo,2007). Hasil dari program CUMBIA kemudian digunakan untuk assign hinge properties pada SAP 2000 v.11 (Computer and Structures, Inc., 2007). Dengan program SAP 2000 v.11 dilakukan dynamic time 3

history non-linear analysis. Gempa yang digunakan adalah gempa El Centro 18 Mei 1940 N-S yang telah dimodifikasi sesuai dengan respons spektrum gempa periode ulang 500 tahun dengan bantuan program Seismomatch v2.0.0 (Seismosoft, Ltd., 2011). Pembebanan gempa dilakukan terhadap arah memanjang dan melintang bangunan. Kemudian dilakukan pengujian terhadap distribusi gaya geser dasar serta pola keruntuhan. Jika memenuhi asumsi Pseudo Elastis, maka dapat dievaluasi kinerja bangunan apakah sesuai dengan Asian Concrete Model Code (International Committee on Concrete Model Code, 1999) dan Applied Technology Council-40 (Applied Technology Council, 1996). 4. HASIL DAN ANALISIS Parameter yang dipakai untuk analisis meliputi distribusi gaya geser dasar dan pola keruntuhan yang terjadi. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian distribusi gaya geser dasar terhadap kedua arah gempa yang diambil pada keadaan sebagai berikut: a. Kondisi 1 : Semua komponen struktur masih dalam kondisi elastis (sesaat sebelum terbentuk sendi plastis pada balok). b. Kondisi 2 : Terjadi sendi plastis pada beberapa balok (sesaat sebelum ada kolom yang mengalami plastifikasi). c. Kondisi 3 : Diambil 2 time instance yang berbeda yaitu dalam kondisi ketika sudah ada kolom interior yang mencapai kondisi plastis. d. Kondisi 4 : Kondisi terakhir bangunan menerima pembebanan gempa atau sesaat sebelum ada komponen struktur yang mengalami fraktur. Dalam membuat grafik perbandingan gaya geser dasar dibutuhkan 3 persamaan, seperti dalam persamaan (3) - (5). V Totalgaya geser dasar (3) avg Jumlah kolom lantai dasar Jumlah gaya geser dasar kolom eksterior pada portalke - i V eks ke - i (4) Banyak kolom eksterior pada portalke - i Jumlah gaya geser dasar kolom interior pada portalke - i V int ke - i (5) Banyak kolom interior pada portalke - i Pada kedua bangunan baik untuk pembebanan gempa arah memanjang (arah X) maupun melintang (arah Y) saat kondisi 1 & 2, distribusi gaya geser yang terjadi masih relatif sama. Hal tersebut bisa dilihat seperti pada Gambar 4-11. Walaupun pada portal interior, gaya geser dasar rata-rata kolom eksteriornya (V eks ) lebih kecil dibandingkan gaya geser dasar rata-rata kolom interior pada portal tersebut (V int ). Bisa dilihat bahwa baik nilai V eks maupun V int masih mendekati nilai gaya geser dasar rata-rata tiap kolom (V avg ). Gambar 4. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 1 Gambar 5. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 1 4

Gambar 6. Grafik Perbandingan Gaya Geser Dasar Tiap Portal pada Bangunan 10-Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 1 Gambar 7. Grafik Perbandingan Gaya Geser Dasar Tiap Portal pada Bangunan 10-Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 1 Gambar 8. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 2 Gambar 9. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 2 Gambar 10. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 2 Gambar 11. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 2 Pada kedua bangunan baik untuk pembebanan gempa arah arah-x dan -Y saat kondisi 3a (time instance pertama untuk kondisi 3), distribusi gaya geser dasar yang terjadi banyak diterima oleh kolom eksterior, kecuali untuk bangunan 10-lantai pembebanan gempa arah Y. Hal tersebut bisa dilihat seperti pada Gambar 12-15. 5

Gambar 12. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 3a Gambar 13. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 3a Gambar 14. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 3a Gambar 15. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 3a Pada kedua bangunan baik untuk pembebanan gempa arah arah-x dan -Y saat kondisi 3b (time instance kedua untuk kondisi 3), distribusi gaya geser dasar yang terjadi banyak diterima oleh kolom interior. Hal tersebut bisa dilihat seperti pada Gambar 12-15. Gambar 16. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 3b Gambar 17. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 3b 6

Gambar 18. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 3b Gambar 19. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 3b Pada bangunan 6-lantai untuk pembebanan gempa arah arah-x dan -Y saat kondisi 4, gaya geser dasar yang terjadi banyak diterima oleh kolom interior. Hal tersebut bisa dilihat seperti pada Gambar 20-21. Sedangkan, pada bangunan 10-lantai untuk pembebanan gempa arah arah-x dan -Y saat kondisi 4, gaya geser dasar yang terjadi banyak diterima oleh kolom eksterior. Hal tersebut bisa dilihat seperti pada Gambar 22-23. Gambar 20. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 4 Gambar 21. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 4 Gambar 22. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa X di Kondisi 4 Gambar 23. Grafik Perbandingan Gaya Lantai dengan Arah Gempa Y di Kondisi 4 7

Dari Gambar 4-23 dapat diamati bahwa distribusi gaya geser dasar ketika kondisi masih elastis masih relatif merata, kemudian ketika kondisi bangunan sudah mengalami plastifikasi di berbagai tempat asumsi Pseudo Elastis tidak selalu terjadi. Hal ini ditandai dengan adanya kolom interior yang menerima gaya geser dasar yang lebih besar dibandingkan dengan kolom eksteriornya. Pada bangunan 6-lantai untuk time history analysis pembebanan gempa arah-x dan -Y, keduanya telah memenuhi partial side sway mechanism. Pada bangunan 10-lantai untuk time history analysis pembebanan gempa arah X, bangunan telah memenuhi partial side sway mechanism. Sedangkan, untuk pembebanan gempa arah Y, bangunan mengalami soft storey di lantai 2. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil evaluasi distribusi gaya geser dan pola keruntuhan bangunan beraturan 6- dan 10- lantai berdenah persegi panjang di wilayah 6 peta gempa Indonesia yang direncanakan secara Pseudo Elastis, dapat ditarik kesimpulan bahwa asumsi penyaluran gaya geser dasar tidak selalu terjadi. Selain itu, pola keruntuhan partial side sway mechanism juga tidak selalu tercapai. Saran untuk penelitian ini adalah meninjau kembali asumsi Pseudo Elastis sehingga dapat ditemukan ataupun disusun parameter-parameter yang lebih tepat pada rumusan FP. 6. DAFTAR REFERENSI Applied Technology Council. (1996). Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings Volume 1. Applied Technology Council, California. Computer and Structures, Inc. (2009). ETABS v9.6, Extended Three Dimensional Analysis of Building System Nonlinear Version 9.6.0. Berkeley, California, USA: Author. Computer and Structures, Inc. (2007). SAP v11, Static and Dynamic Finite Element Analysis of Structures Advanced 11.0.0. Berkeley, California, USA: Author. Departemen Pekerjaan Umum. (2002). SNI-03-1726-2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Rumah dan Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. International Committee on Concrete Model Code. (1999). Asian Concrete Model Code Level 1 & 2 Documents. Japan Concrete Institute, Tokyo. Montejo, Luis A. (2007). CUMBIA. Department of Civil, Construction, and Environmental Engineering. North Carolina State University, North Carolina, USA. Muljati, I. and Lumantarna, B. (2008). Performance of Partial Capacity Design on Fully Ductile Moment Resisting Frame in Highly Seismic Area in Indonesia. The Eleventh East Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction (EASEC-11). Taipei, November, 2008. Paulay, T. (1995). Special Issues in Seismic Design. Structural Engineering International, 5(1), 160-165. Seismosoft, Ltd. (2011). Seismomatch. Pavia, Italia: Author. 8