BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori pengaharapan (expectancy theory) dari teori motivasi. Motivasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pertimbangan dasar dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penjelasan Wikipedia Bahasa Indonesia (2015) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN TEORETIS dan PERUMUSAN HIPOTESIS. Definisi akuntansi yang dikemukakan oleh American Institute of Certified

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan masyarakat untuk mengetahui perkembangan pendidikan dan profesi akuntansi di Indonesia sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan teori motivasi, yaitu teori harapan. Motivasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. hal ini menjadi langkah awal untuk meniti masa depan yang lebih baik. Setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternyata jawabannya tidak membantu mengidentifikasi berbagai tindakan ilmiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, setelah menyelesaikan pendidikan ekonomi jurusan akuntansi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mahasiswa dituntut memiliki kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1967, 1968 yaitu pada saat pemerintah mulai mengeluarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terluas di Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi, dan berikut ini akan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar untuk memilih jurusan. Baik itu berasal dari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB 5 SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara lain, baik berupa barang, jasa, investasi, modal dan juga sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia perekonomian global dan modern. Dengan meningkatnya kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. mejadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia, oleh karenanya karir seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, seperti tumbuhnya lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun nonbank,

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memiliki karir di

BAB I PENDAHULUAN. kesuksesan dalam karir. Terkadang beberapa orang tidak melakukan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIR MENJADI PRAKTISI AKUNTANSI SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. khususnya expectancy theory. Menurut Robbins (1996) dalam Setiyani (2005)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan tuntutan masyarakat disektor usaha dan pemerintahan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan sebuah karier bagi mahasiswa akuntansi adalah tahap awal

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Kantor Akuntan Publik menjadi sukses. Sebaliknya jika SDM. terutama pada era persaingan yang semakin kompetitif ini.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian auditor dan kriteria seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. beragam untuk angkatan kerja. Salah satu yang tergolong sebagai angkatan

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan kemajuan pesat dunia teknologi dan informasi, ilmu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan dunia bisnis saat ini memberikan lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada akhir tahun 2015 ini, akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. oleh sistem pendidikan akuntansi agar dapat menghasilkan sarjana akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dihadapkan dalam beberapa pilihan hidup yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, sedangkan ditinjau dari sudut pandang subjektif karir dipandang. karena seseorang menjadi tua (Wany, 2011).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: ELPIRAWATI ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) & AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung memberikan peluang yang semakin beragam untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. akan berkiprah dalam dunia kerja adalah sarjana ekonomi, khususnya dari jurusan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Generasi muda ini merupakan calon-calon pekerja di bank, perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Harianto dan Sudomo dalam Rofiaoh (2002:342) agency theory

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. saatnya nanti akan mecapai yang dicita-citakanya. Seorang individu diharapkan bisa

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang berkualitas, dapat diandalkan, dipercaya dan mampu menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan perilakunya terhadap pekerjaan tertentu (Gibson et al, 1997

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan kunci keberhasilan suatu negara. Perkembangan dunia bisnis memberikan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Re

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa eksekutif jurusan akuntansi Universitas Esa Unggul (UEU)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP UJIAN SERTIFIKASI AKUNTAN PUBLIK (USAP)

LANDASAN TEORI. Menurut Rivai (2004:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

# Namun peranan PR tidak hanya sebatas menjalin hubungan baik dengan publiknya, baik publik internal maupun publik eksternal. PR juga memiliki tugas u

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pengharapan Teori dasar yang digunakan sebagai landasan teori dalam pemilihan karir adalah teori pengaharapan (expectancy theory) dari teori motivasi. Motivasi merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan individu untuk memulai dan mengarahkan perilakunya terhadap pekerjaan tertentu (Gibson et al, 1997). Teori pengharapan merupakan salah satu dari teori motivasi, dimana definisi dari teori pengharapan adalah kekuatan dari kecendrungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh output tertentu dan tergantung pada daya tarik output tersebut bagi individu itu (Robbins, 2006) Menurut (Robbins 2011, dalam Ramdani 2013) sikap seseorang terbentuk dari tiga komponen yaitu cognitive component, emotional component dan behavior component. 1. Cognitive component merupakan keyakinan dari informasi yang dimiliki oleh seseorang yang akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap profesi yang akan dijalani. 2. Emotional component merupakan perasaan yang bersifat emosi yang dimiliki oleh seseorang untuk menyukai sesuatu. Apabila seseorang menyukai sesuatu maka ia akan cenderung untuk berusaha memperolehnya. 3. Behavior component merupakan kegiatan untuk bertindak secara lebih khusus dalam merespon kejadian dan informasi dari luar, sehingga seseorang akan termotivasi untuk menjalankan tingkat usaha yang tinggi apabila ia meyakini bahwa upaya tersebut akan menghantarkannya ke suatu kinerja yang lebih baik.

Ringkasnya mengenai teori pengharapan bahwa karyawan akan berupaya untuk memberikan kinerja terbaik mereka dengan melakukan usaha yang keras dan cerdas sehingga mendapat penilaian yang baik. Dengan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan sebagai imbalannya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya perusahaan menerapkan manajemen imbalan dengan memberikan bonus, kenaikan penghargaan finansial/gaji atau promosi dan imbalan yang akan memenuhi sasaran karyawan. Oleh karena itu, teori ini berfokus pada tiga hubungan (Robbins 2011, dalam Ramdani 2013) yaitu : a. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja. b. Hubungan kinerja-imbalan. Sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya kinerja yang diinginkan. c. Hubungan imbalan-sasaran pribadi. Sampai sejauh mana imbalanimbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi individu tersebut.\ 2.1.2 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Model Maslow atau yang sering disebut sebagai model hierarki kebutuhan, digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar ia termotivasi untuk bekerja. Menurut A.H Maslow dalam Arep dan Tanjung (2003), pada umumnya ada lima hierarki kebutuhan manusia yaitu: a. Kebutuhan fisiologik (fisik), misalnya makanan, minuman, istirahat/tidur, seks. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu. b. Kebutuhan keamanan/perlindungan. Tiap individu mendambakan keamanan bagi dirinya termasuk keluarganya.

c. Kebutuhan akan kebersamaan (kebutuhan sosial). Tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan pihak lain. d. Kebutuhan penghormatan dan penghargaan (kebutuhan harga diri). Sejelek-jelek kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan. e. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri atas kemampuan, skill, dan potensi yang telah dimiliki. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide member penilaian dan kritik terhadap sesuatu. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan Harga Diri Kebutuhan akan Kebersamaan Kebutuhan Keamanan Kebutuhan Fisik Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow Sumber : Arep dan Tanjung (2003) 2.1.3 Teori X dan Teori Y dari Dauglas McGregor Dauglas McGregor mengemukakan dua pandangan tentang manusia; negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y. McGregor merumuskan asumsi-asumsi dan prilaku manusia dalam organisasi sebagai berikut:

a. Teori X (negatif) merumuskan asumsi: 1) Manusia sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan maka ia akan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja. 2) Pada saat manusia tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh. 3) Manusia akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan formal sebisa mungkin. 4) Kebanyakan manusia menempatkan keamanan di atas faktor lainnya yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya dengan sedikit ambisi. b. Teori Y (positif) merumuskan asumsi: 1) Manusia dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam arti berdiskusi atau sekedar teman bicara. 2) Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika mereka melakukan komitmen yang sangat objektif. 2.2 Karir 2.2.1 Pengertian Karir Hampir semua orang mempertanyakan akan siklus hidup pekerjaan seseorang, dan kebanyakan hasilnya tidak membantu untuk mengidentifikasi berbagai tindakan yang dibutuhkan dalam pengembangan karir orang tersebut. Seseorang dikatakan berkarir ketika ia berada dalam suatu pekerjaan atau dapat dikatakan pula bahwa karir adalah seluruh jabatan yang diduduki oleh seseorang

dalam dunia kerjanya. Bagi sebagian orang memperoleh jabatan dalam berkarir merupakan suatu rencana atau target yang telah dibuat sebelumnya namun untuk sebagian orang lagi, karir merupakan bentuk suatu keberuntungan. Karir merupakan pola dari pekerjaan yang sangat berhubungan erat dengan pengalaman seseorang (posisi, wewenang, keputusan, dan interpretasi subjektif atas pekerjaan), dan aktivitas selama masa kerja individu. Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa karir tidak menekankan dengan kesuksesan atau kegagalan, namun lebih berhubungan terhadap sikap dan tingkah laku seseorang, dan kontinuitas individu dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaannya. Posisi dimasa mendatang yang ingin dicapai oleh seseorang adalah tujuan dalam berkarir. Namun, keberhasilan karir tidak hanya diartikan sebagai penghargaan institusional dengan meningkatnya kedudukan dalam suatu hierarki formal. Pada saat-saat sekarang ini karir telah mengalami pergeseran menuju karir tanpa batas (the boundaryless career). Kunci keberhasilan seseorang dalam berkarir di masa mendatang akan lebih tercermin dari pengalaman hidup dalam bekerja serta posisi yang telah ia duduki. 2.3 Profesi Akuntansi 2.3.1 Akuntan Publik Profesi akuntan publik pada saat-saat sekarang ini semakin dibutuhkan sejalan dengan semakin beragamnya jenis-jenis perusahaan dan bentuk badan hukum yang ada. Dalam menjalankan usahanya perusahaan membutuhkan investasi dalam bentuk modal yang diperoleh baik dari pihak internal(pemilik perusahaan) ataupun pihak eksternal(investor dan kreditor). Dimana modal ini akan tergambar aliran masuk dan keluarnya dalam laporan keuangan. Laporan

keuangan menjadi salah satu alat pertanggungjawaban bagi kedua belah pihak dalam, sehingga dapat disimpulkan akuntan publik diperlukan untuk meminimalisir asymmetry information antara pemilik perusahaan (principal atau kreditor ) dengan pengelola manajemen perusahaan. Kantor Akuntan Publik antara lain dapat melakukan pekerjaan sebagai pemeriksa laporan keuangan dan memberikan jasa konsultasi di bidang keuangan. Sehingga seorang akuntan yang bekerja di sebuah kantor akuntan publik akan selalu berhubungan dengan klien yang memerlukan jasanya sebagai pemeriksa dan sebagai konsultan ataupun memberikan jasa sesuai dengan yang dibutuhkan kliennya Akuntan publik sebagai salah satu jenis profesi yang mampu memberikan peluang dalam dunia kerja. Karena akuntan publik salah satu profesi yang diberi kewenangan untuk memberikan jasa audit. Selain undang-undang perseroan terbatas mewajibkan bahwa perseroan dengan aset diatas 50 milyar wajib dilakukan audit. Sehingga hal ini dapat menguatkan jika profesi akuntan publik sangat diperlukan mengingat jumlah perseroan terbatas di Indonesia relatif banyak. Bahkan perusahaan terbuka hanya bisa diaudit oleh akuntan publik berdasarkan undang-undang. Pemerintahan dalam melengkapi kualitas kinerjanya juga melimpahkan audit keuangan negara kepada akuntan publik baik langsung atau atas nama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemilihan umum atau dana kampanye perlu dilakukan pengauditan dan hanya akuntan publik yang berhak mengaudit untuk mengetahui bahwa kegiatan yang berkenaan dengan pemilu tersebut sesuai dengan prosedur yang disepakati. Sektor perpajakan juga menjadi

peluang akuntan publik dan sektor perbankan sudah mewajibkan audit bagi nasabahnya yang memperoleh fasilitas kredit. Dapat terlihat jelas betapa sangat dibutuhkannya peran dari akuntan publik di Indonesia, sehingga pada saat-saat sekarang ini persyaratan untuk menjadi seorang akuntan publik tidak hanya dibatasi dari sarjana akuntansi saja. Disatu sisi hal ini merupakan hal yang baik karena kesempatan untuk menjadi akuntan publik dapat dimiliki oleh siapa saja namun disisi lain hal ini menjadi pukulan bagi sarjana akuntansi karena lapangan pekerjaan yang seharusnya hanya tersedia bagi sarjana akuntansi sekarang telah menjadi lapangan pekerjaan bagi sarjana-sarjana yang lainnya asalkan mereka telah lulus dalam ujian akuntan publik. Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kepentingan publik, pembinaan terhadap profesi akuntan dan guna mendorong perkembangan profesi akuntan di Indonesia untuk menghadapi tantangan profesi dalam perekonomian global, termasuk kesiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) tahun 2015, maka Menteri Keuangan menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014 tanggal 3 Februari 2014 tentang Akuntan Beregister Negara. PMK yang diundangkan pada tanggal 4 Februari 2014 ini mengganti ketentuan sebelumnya yaitu KMK Nomor 331/KMK.017/1999 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan Pada Register Negara. Penerbitan PMK Akuntan Beregister Negara dimaksudkan untuk mewujudkan terciptanya akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat global dengan karakteristik sebagai berikut: (i) memiliki kompetensi, yaitu telah melalui proses pendidikan, akumulasi pengalaman dan ujian sertifikasi kompetensi profesi

dibidang akuntansi, (ii) menjaga kompetensi melalui pendidikan profesional berkelanjutan, (iii) menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan, dan (iv) mematuhi standar dan kode etik profesi. Sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, perizinan untuk menjadi seorang akuntan publik adalah : Pasal 6 (1) Untuk mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut: a.memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah; b.berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; c.berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d.memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak e.tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik; f.tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; g.menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri; dan h.tidak berada dalam pengampuan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri. Berikut ini adalah gambaran jenjang karir akuntan publik (Mulyadi, 2002): 1. Auditor junior, bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

2. Auditor senior, bertugas untuk melaksankan audit dan bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. 3. Manajer, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit : mereview kertas kerja, laporan audit dan management letter. 4. Partner, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, dan bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai auditing. 2.3.2 Akuntan Non Publik Selain akuntan publik juga terdapat profesi akuntan non publik. Akuntan non publik merupakan akuntan yang bekerja di dalam suatu instansi baik itu milik pemerintah ataupun swasta. Akuntan non publik meliputi akuntan perusahaan, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah. A. Akuntan Perusahaan Akuntan perusahaan atau biasa disebut dengan auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam suatu perusahaan (baik milik swasta ataupun pemerintah) yang tugasnya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. B. Akuntan Pemerintah Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja di dalam instansiinstansi pemerintahan. Antara lain unit-unit organisasi yang berada dalam instansi

pemerintahan adalah Kementrian Keuangan, Badan Pengawas Keuangan (BPK), dan Badan Pengawas Keuangan Pemerintah (BPKP). Sarjana akuntansi yang berprofesi sebagai akuntan pemerintah adalah yang mempunyai status sebagai pegawai negeri. C. Akuntan Pendidik Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan penelitian di bidang akuntansi. Dalam melakukan tugasnya akuntan pendidik berpedoman kepada Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Jumamik (2007) menambahkan bahwa akuntan pendidik merupakan profesi yang menghasilkan sumber daya manusia yang berkarir pada tiga bidang akuntan lainnya. Akuntan pendidik melaksanakan proses penciptaan profesional, baik profesi akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. 2.4 Penelitian Terdahulu Peneletian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya seperti Kunartinah (2003) melakukan penelitian mengenai perilaku mahasiswa di STIE STIKUBANK Semarang dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir sebagai akuntan publik. Dalam hal ini faktorfaktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih karir sebagai akuntan publik adalah faktor intrinsik, penghasilan, pertimbangan pasar kerja, persepsi mahasiswa mengenai kelebihan dan kelemahan menjadi akuntan publik yang

merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik. Penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir juga pernah dilakukan oleh Rahayu (2003). Dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa yang berada di tahun ketiga Universitas Negeri dan Universitas Swasta yang ada di Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta. Variabel yang digunakan yaitu, penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan kerja dan personalitas. Dari tujuh faktor hanya faktor nilai-nilai sosial dan personalitas yang tidak terlalu mempengaruhi mahasiswa sedangkan kelima faktor yang lain sangat berpengaruh dalam pemilihan karir mahasiswa akuntansi. Pada penelitian yang dilakukan Oktavia (2005) di Universitas Widyatama hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik adalah faktor instrinsik, penghasilan jangka panjang dan jangka pendek, pertimbangan pasar kerja, latar belakang pendidikan di SMU, persepsi keuntungan menjadi Akuntan Publik. Serta diketahui adanya beberapa faktor pertimbangan lain yaitu penghasilan jangka panjang dan jangka pendek, kebutuhan individu, peluang menjadi pimpinan dan pekerjaan yang menarik tetapi tidak memiliki waktu santai. Penelitian Widyasari (2010) di Universitas Diponegoro hasil analisis menunjukkan persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang membedakan pemilihan karir menunjukkan secara keseluruhan ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi yang dilihat dari keinginan karir akuntan yang

ditinjau dari gaji/ penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar kerja. Sedangkan dari personalitas disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi. Tabel 2.1 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU Peneliti (Tahun) Rahayu (2003) Judul Variabel Hasil Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor pemilihan karir Variabel independen : 1. Gaji 2. Pelatihan Profesional 3. Pengakuan Profesional 4. Nilai nilai sosial 5. Lingkungan Kerja 6. Pertimbangan Pasar Kerja 7. Personalitas Variabel dependen: Pemilihan karir akuntan publik dan non publik Hasil penelitian menunjukkan penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non publik. Kunartinah (2003) Faktor yang mempengaruhi pemilihan karier sebagai akuntan public Terdapat 6 faktor yang selalu dipertimbangkan mahasiswa dalam pemilihan karir: 1.Nilai intrinsik 2.Penghasilan 3.Pertimbangan pasar kerja 4.Persepsi mahasiswa tentang kelebihan dan kelemahan profesi akuntan 5.Latar belakang pendidikan SMU 6.Personalitas (kepribadian) faktor yang paling dominan yang selalu dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih karir adalah faktor nilai intrinsik, karena pada dasarnya seseorang selalu mempertimbangkan kepuasan yang diterima setelah mereka melakukan suatu pekerjaan.

Trironia (2004) Melani Oktavia (2005) Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi akuntan oleh mahasiswa akuntansi Analisis faktorfaktor yang memotivasi pemilihan karir bagi mahasiswa akuntansi Variabel independen : 1. Gaji 2. Pengakuan profesional 3. Pelatihan Profesional 4. Nilai-nilai sosial 5. Lingkungan kerja 6. Keamanan Kerja Variabel dependen : Pemilihan karir akuntan Variabel independent: Faktor instrinsik - Penghasilan jangka panjang dan jangka pendek -Pertimbangan pasar kerja -Latar belakang pendidikan di SMU - Persepsi keuntungan menjadi Akuntan Publik Hasil penelitian menunjukkan penghargaan finansial, pengakuan profesional, keamanan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik atau akuntan non public Hasil Analisis menunjukkan faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik adalah: Faktor instrinsik: -Penghasilan jangka panjang dan jangka pendek -Pertimbangan pasar kerja -Latar belakang pendidikan di SMU -Persepsi keuntungan menjadi Akuntan Publik Beberapa faktor pertimbangan lain: - Penghasilan jangka panjang dan jangka pendek Jumamik (2007) Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor faktor yang Variabel independen: 1. Gaji 2. Pelatihan Profesional 3. Pengakuan profesional Secara parsial dan stimulan semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan

Yuanita Widyasari (2010) Andersen (2012) mempengaruhi karir akuntan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor Yang Membedakan Pemilihan Karir Analisis persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi sebagai akuntan 4. Nilai nilai sosial 5. Lingkungan kerja 6. Pertimbangan pasar kerja 7. Personalitas. Dependen variabel : Pemilihan karir akuntan Variabel Independen: -Gaji -Pelatihan profesional -Pengakuan profesional -Nilai-nilai sosial -Lingkungan kerja -Pertimbangan Pasar Kerja -Personalitas Variabel Dependen: -Akuntan publik -Akuntan pendidik -Akuntan perusahaan -Akuntan pemerintah Variabel independen : 1. Gaji 2. Pelatihan profesional 3. Pengakuan profesional 4. Nilai nilaisosial 5. Lingkungan kerja 6. Pertimbangan pasar kerja 7. Kesetaraan gender Variabel dependen: Pemilihan karir karir akuntan Secara keseluruhan ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi yang dilihat dari keinginan karir akuntan yang ditinjau dari gaji/ penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilainilai sosial, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar kerja. Sedangkan dari personalitas disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan persepsi dinilai dari faktor gaji/penghargaan finansial, pengakuan profesional, pelatihan profesional, nilainilai sosial dan pertimbangan pasar kerja. Hasil tidak ada perbedaan persepsi

ditemukan pada faktor lingkungan kerja dan kesetaraan gender 2.5 Keterkaitan antar variabel dengan hipotesis 2.5.1 Kerangka Pemikiran Terdapat hubungan antar varibel independen yang terdiri dari penghargaan finansial (gaji), pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan kebanggaan terhadap variabel dependen yaitu pemilihan karir profesi akuntansi baik sebagai akuntan publik ataupun akuntan akuntan non publik, hal ini dapat dilihat pada kerangka pemikiran berikut ini. Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penghargaan Finansial (X1) Pengakuan Profesional (X2) Nilai-nilai Sosial (X3) Pertimbangan Pasar Kerja (X4) Kebanggaan (X5) H1 H2 H3 H4 Pemilihan Karir : Akuntan Publik Akuntan Non Publik H6 2.5.2 Pengembangan Hipotesis penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hipotesis yang akan diuji dalam

a. Gaji atau penghargaan finansial memiliki keterkaitan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik Saat ini penghargaan finansial merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam mengukur kepuasan kinerja dan pertimbangan dalam pemilihan karir. Penelitian Widyasari (2010) mengenai faktor penghargaan finansial menunjukkan bukti bahwa pandangan mahasiswa terhadap faktor gaji atau penghargaan finansial dalam pemilihan karir mereka sebagai akuntan publik dengan akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik berbedabeda. Dalam hal ini berarti adanya perbedaan pandangan antar sesama mahasiswa dalam menyikapi faktor gaji sebagai faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi sebagai seorang akuntan. Andersen (2012) menambahkan dalam penelitiannya secara umum mahasiswa akuntansi memiliki pandangan pekerjaan akuntan memiliki gaji yang baik. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dihipotesiskan bahwa penghargaan finansial atau gaji mempengaruhi mahasiswa dalam pemilihan karirnya, sehingga hipotesis pertama diusulkan. H1: Penghargaan finansial berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik. b. Pengakuan profesional memiliki keterkaitan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik Pengakuan profesional meliputi sesuatu yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi dan keberhasilan dari suatu pekerjaan. Dengan adanya pengakuan profesional seseorang ini akan menjadi motivasi untuk menjadi lebih berkualitas. Menurut Widyasari (2010), pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi. Pengakuan profesional ini

meliputi adanya kemungkinan bekerja dengan ahli yang lain, kesempatan untuk berkembang dan pengakuan prestasi. H2 : Pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non publik. c. Nilai-nilai sosial memiliki keterkaitan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik Profesi akuntan akan dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial yang berasal dari lingkungan sekitar, hal ini bertujuan agar profesi akuntan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik dan memiliki tempat di masyarakat. Menurut Widyasari (2010), nilai-nilai sosial ditunjukkan sebagai faktor yang mencerminkan kemampuan seseorang pada masyarakatnya, atau dengan kata lain nilai-nilai sosial adalah nilai seseorang dari sudut pandang orang lain di lingkungannya. H3 : Nilai-nilai sosial berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik. d. Pertimbangan pasar kerja memiliki keterkaitan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik Pada era globalisasi sekarang ini kesempatan kerja tidak hanya terbuka bagi warga negara dalam negeri saja tetapi juga terbuka untuk warga asing untuk itu mahasiswa yang merupakan bagian dari warga negara dalam negeri dituntut untuk memiliki keahlian dan mampu menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan pasar. Sehingga dapat dibuat hipotesis. H4 : Pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non publik.

e. Kebanggaan memiliki keterkaitan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik atau non publik Kebanggaan terhadap seseorang yang menduduki profesi sebagai akuntan publik dan non publik dapat dipengaruhi karena profesi akuntan memiliki tempat yang cukup banyak dalam dunia kerja dan termasuk sebagai salah satu profesi yang diminati, hal inilah yang menjadi faktor terdapat rasa kebanggaan bagi seseorang yang memiliki keahlian sebagai seorang akuntan, sehingga hipotesis yang dapat dibuat adalah H5: Kebanggaan berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non publik. H6 : Penghargaan finansial, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan kebanggaan berpengaruh secara simultan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non publik.