BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR GEDUNG YAYASAN PRASETIYA MULYA DENGAN LANTAI BETON BERONGGA PRATEGANG PRACETAK

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS. Data-data yang digunakan dalam perancangan ini :

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

Yogyakarta, Juni Penyusun

TUGAS AKHIR ANALISA PEMBESARAN MOMEN PADA KOLOM (SRPMK) TERHADAP PENGARUH DRIFT GEDUNG ASRAMA MAHASISWI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB IV ANALISA STRUKTUR. yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan akan digunakan sebagai Perkantoran

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Perencanaan Gempa untuk

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. basement dan Roof floor. Dimana pelat lantai yang digunakan dalam perencanaan

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

f ' c MPa = MPa

PERBANDINGAN DIMENSI BALOK AKIBAT MENGGUNAKAN BATA KONVENSIONAL DAN BATA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban manusia. Oleh karena itu, peraturan

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

BAB VII PENUTUP. Pada arah arah X. V y = ,68 kg = 642,44 ton. Pada arah Y

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG TINGKAT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS

TUGAS AKHIR RC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI YOGYAKARTA

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KUSUMA MULIA TOWER SOLO MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

Pertemuan 10 DESAIN BETON BERTULANG 1

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

BAB II SPESIFIKASI TEKNIS DAN PEMODELAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS HOTEL 10 LANTAI DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK)

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS 4.1 Data Perancangan Bangunan Alternatif Bentuk bangunan : Jumlah lantai : 8 lantai Tinggi total gedung : 35 m Fungsi gedung : - Lantai dasar s.d lantai 4 untuk areal parkir - Lantai 5 s.d lantai 7 untuk kantor yayasan - Lantai 8 untuk lantai atap Jenis tanah di lokasi : Tanah keras Wilayah Gempa : 3 lokasi Jakarta (SNI 03-1726-2002) Mutu bahan : f c = 25 Mpa dan 35 Mpa (untuk kolom) Fy = 400 Mpa 4.2 Desain Pendahuluan 4.2.1 Pra-desain Pelat Beton Berongga Prategang Pracetak (HCS) Struktur pelat lantai menggunakan beton berongga prategang pracetak (HCS) produk dari PT.Beton Elemindo Perkasa dengan dimensi mengikuti spesifikasi dari pabrik. Gedung Yayasan Prasetiya Mulya memiliki bentang terekstrem dari pelat lantai adalah 8m pada arah X dan 8 m pada arah Y. Sehingga pelat lantai HCS diambil yang memiliki bentang 8m. IV - 1

Pembebanan yang terjadi pada pelat lantai diluar berat sendiri pelat HCS : Beban mati : - Berat tegel + speci = 45 kg/m 2 - Berat plafond & ME = 18 kg/m 2 + 63 kg/m 2 Beban hidup untuk area parkir = 400 kg/m 2 Beban hidup untuk area kantor = 250 kg/m 2 Beban hidup untuk lantai atap = 100 kg/m 2 Beban terfaktor yang terjadi pada lantai : Beban terfaktor (Qu) pada Lt.1 s.d. Lt.4 (area parkir) Qu = 1,2 qdl + 1,6 qll = 1,2 * 63 kg/m 2 + 1,6 * 400 kg/m 2 = 715,6 kg/m 2 Pakai HCS Type 250.07.16 bentang 8m (Qu = 815 kg/m 2 > 715,6 kg/m 2 ) Beban terfaktor (Qu) pada Lt.5 s.d. Lt.7 Qu = 1,2 * 63 kg/m 2 + 1,6 * 250 kg/m 2 = 475,6 kg/m 2 Pakai HCS Type 200.07.16 bentang 8m (Qu = 570 kg/m 2 > 475,6 kg/m 2 ) Beban terfaktor (Qu) pada lantai atap Qu = 1,2 * 63 kg/m 2 + 1,6 * 100 kg/m 2 = 235,6 kg/m 2 Pakai HCS Type 200.07.12 bentang 8m (Qu = 375 kg/m 2 > 235,6 kg/m 2 ) IV - 2

4.2.2 Pra-desain Struktur Balok Pelat lantai (HCS) termasuk pelat satu arah sehingga penyaluran beban yang diterima balok menjadi beban merata (bukan beban amplop). Adapun prinsip dan model pembebanan yang diterima balok pada Gedung Yayasan Prasetiya Mulya diperlihatkan pada gambar dibawah. Gambar 4.1 Denah / Model Pembebanan yang Diterima Balok, (a) Pembebanan dari 1 Sisi dan (b) Pembebanan 2 Sisi Untuk rancangan pendahuluan struktur balok, dimensi perkiraan awal diambil dari pendekatan Tabel-8 SNI 03-2847-2002. Diambil, h = 1/20.L dan b = ½.h ~ 2/3. h 20 8000 400 20 Pembebanan yang terjadi pada balok disajikan dalam bentuk tabel 4.1 berikut, IV - 3

Tabel 4.1 Pembebanan yang Bekerja pada Balok - Beban merata terfaktor yang terjadi pada balok : qu = (1,2 QDL + 1,6 QLL) * Panjang Tributary + 1,2 qdl - Lt.1 s.d. Lt.4 (area parkir) type. a (pembebanan 1 sisi) qu = (1,2* 369 kg/m 2 + 1,6 * 400 kg/m 2 )* 4m = 4331,2 kg/m 43,3 kn/m - Lt.1 s.d. Lt.4 (area parkir) type. b (pembebanan 2 sisi) qu = (1,2* 369 kg/m 2 + 1,6 * 400 kg/m 2 )* 8m = 8662,4 kg/m 86,6 kn/m - Lt.5 s.d. Lt.7 (area kantor) type. a (pembebanan 1 sisi) qu = (1,2* 328 kg/m 2 + 1,6 * 250 kg/m 2 )* 4m + 1,2 * 1125 = 4524,4 kg/m 45,2 kn/m - Lt.5 s.d. Lt.7 (area kantor) type.b (pembebanan 2 sisi) qu = (1,2* 328 kg/m 2 + 1,6 * 250 kg/m 2 )* 8m + 1,2 * 1125 = 7698,8 kg/m 77 kn/m - Lantai atap type. a (pembebanan 1 sisi) qu = (1,2* 304 kg/m 2 + 1,6 * 100 kg/m 2 )* 4m = 2099,2 kg/m 21 kn/m IV - 4

- Lantai atap type.b (pembebanan 2 sisi) qu = 4198,4 kg/m 42 kn/m - Momen terfaktor maksimal yang terjadi pada balok menerus Lt.1 s.d. Lt.4 (area parkir) type. a (pembebanan 1 sisi): 10 43,3 8 277,2. 277,2 10. 10 - Menghitung dimensi balok yang diperlukan Untuk Lt.1 s.d. Lt.4 (area parkir) type. a (pembebanan 1 sisi):..!."#1 $ 0,59."' Asumsi ρ = 0,01 (perkiraan nilai rasio tulangan yang ekonomis), " (. ) *! 0,01.400 25 0,16. 277,2 10 95653710, 0,8 25 0,16#1 $ 0,59 0,16' Jika diasumsikan b = 2/3.d maka : 2 3., 95653710, 523,5 Diambil d = 535 mm dan b = 350 mm, (bd 2 = 100178750 mm 3 > 95653710 mm 3 ) Pengecekan Dimensi Balok, ρmin = 1,4/Fy = 1,4/400 = 0,0035 IV - 5

( 0,85.!.-1 ) ( 0,85 25 0,85 ) ρmax = 0,75 ρb = 0,02 600. 600. ) 600. 600. ) 0,027 Mencari nilai ρ,. 277,2 2766,5. 0,1002 Dari Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang CUR IV didapat nilai rasio tulangan, ρ = 0.0095 [ρmin < ρ < ρmax] OK Dimensi balok adalah b = 350 mm * h = 600 mm Untuk perhitungan dimensi balok type lainnya disajikan dalam bentuk tabel 4.2 berikut, Tabel 4.2 Perhitungan Dimensi Balok yang Diperlukan IV - 6

4.2.3 Pra-desain Struktur Kolom Untuk mendapatkan tinggi efektif yang sama pada bangunan alternatif, berikut ditabelkan besarnya penambahan tinggi kolom perlantai akibat perubahan dimensi balok alternatif dan penambahan tebal plat lantai HCS, terangkum dalam tabel 4.3 berikut, Tabel 4.3 Penambahan Tinggi Kolom per-lantai pada Bangunan Alternatif Gambar 4.2 Tinggi Kolom Bangunan Alternatif dan Pengelompokan Kolom untuk Pra-desain IV - 7

Penentuan dimensi awal pada kolom akan dibuat berdasar pertimbangan ekonomis dan kemudahan pelaksanaan dilapangan dan dibuat berdasarkan pengelompokan tingkat maupun posisi dari kolom (sudut, interior, eksterior). Gambar 4.3 Denah pembebanan HCS terhadap Kolom Untuk rancangan pendahuluan struktur kolom, dimensi perkiraan awal dapat dicari dengan pendekatan sebagai berikut : / 0,30.! 01 232 / 0,40.! 01 IV - 8

4.2.3.1 Pra-desain Kolom Interior Type 3 Gambar 4.4 Detail Pembebanan Kolom Interior Type-3 IV - 9

Beban mati, PDL(Type 3) Beban akibat St.Baja : - Rafter WF 350.175.7.11 = 14m * 49,6 kg/m = 694,4 kg - Rafter WF 200.100.5,5.8 = 1,5m * 21,3 kg/m = 32 kg - Kolom WF 350.175.7.11 = 3m * 49,6 kg/m = 144,8 kg - R.Balk WF 200.100.5,5.8 = 8m * 21,3 kg/m = 170,4 kg - CNP 200.75.20.2,3 = 10bh * 8m * 9,3 = 746,67 kg - Atap Zincalume = 13m * 8m * 5kg/m 2 = 520 kg + Sub Total a 2308,27 kg Beban Lantai Atap : - HCS type 200 = 265 kg/m 2 * 8m * 4m = 8480 kg - Balok arah X = 0.35m * 0,6m * 4m * 2400 kg/m 3 = 2016 kg - Balok arah Y = 0.35m * 0,6m * 8m * 2400 kg/m 3 = 4032 kg - Berat plafond & ME = 8m * 4m * 18 kg/m 2 = 576 kg - Screed waterproofing = 0,03m * 8m * 4m * 21kg/m 3 Dinding ½ bata Sub Total b Beban Lantai 7 : = 20,16 kg = 2,5m * 8m * 250 kg/m 2 = 5000 kg 20124,16 kg - HCS type 200 = 265 kg/m 2 * 8m * 8m = 16960 kg - Balok arah X = 0.45m * 0,7m * 8m * 2400 kg/m 3 = 6048 kg - Balok arah Y = 0.45m * 0,7m * 8m * 2400 kg/m 3 = 6048 kg - Berat plafond & ME = 8m * 8m * 18 kg/m 2 = 1152 kg - Tegel + Speci = 8m * 8m * 45 kg/m 2 = 2880 kg Dinding ½ bata Sub Total c = 2,9m * 8m * 250 kg/m 2 = 5800 kg 38888 kg IV - 10

Berat sendiri kolom : Kolom (Lt.7 Lt.Atap) h=3,7m 0,4m * 0,4m * 3,7m * 2400 kg/m 3 = 1420,8 kg TOTAL beban mati, PDL(Type 3) = (a+b+c+d) = 62741,23 kg Beban hidup, PLL(Type 3) a. Beban pekerja (atap metal) = 100 kg, atau Beban hujan maksimal (atap metal) = 13m * 8m * 20 kg/m 2 = 2080 kg (diambil beban hidup pada atap metal = 2080) b. Beban pekerja (atap dak) = 100 kg/m 2 * 8m * 4m = 3200 kg, atau Beban air hujan (atap dak) = 0,05m * 8m * 4m * 1000kg/m 3 = 1600kg (diambil beban hidup pada dak = 3200 kg) c. Beban hidup (kantor) Lt. 7 = 8m * 8m *250kg/m 2 = 16000 kg TOTAL beban hidup, PLL(Type 3) = 21280 kg Beban terfaktor, Pu(Type 3) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 62741,23 kg + 1,6 * 21280 kg Pu = 109337,476 kg 1093374,76 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.! 01 / 0,30.*! 1093374,76 0,30 35 104130 2 Diambil dimensi K.Interior Type-3: 400/400 (160000 mm 2 ) > 104130 mm 2 IV - 11

4.2.3.2 Pra-desain Kolom Eksterior Type 3 Gambar 4.5 Detail Pembebanan Kolom Eksterior Type-3, Type-2 & Type-1 Untuk selanjutnya perhitungan beban terhadap kolom ditampilkan dalam bentuk tabel 4.4 dibawah. Tabel 4.4 Beban terhadap Kolom Eksterior Type 3 IV - 12

Beban terfaktor, Pu(Type 3) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 53597,44 kg + 1,6 * 16800 kg Pu = 91196,928 kg 911969,28 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 911969,28 0,30 35 86854 2 Diambil dimensi K.Eksterior Type-3: 300/300 (90000 mm 2 ) > 86854 mm 2 4.2.3.3 Pra-desain Kolom Sudut Type 3 Gambar 4.6 Detail Pembebanan Kolom Sudut Type-3, Type-2 & Type-1 Perhitungan beban terhadap kolom sudut type 3 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.5 berikut, IV - 13

Tabel 4.5 Beban terhadap Kolom Sudut Type 3 Beban terfaktor, Pu(Type 3) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 43737,88 kg + 1,6 * 12600 kg Pu = 72645,456 kg 726454,56 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 726454,56 69186 2 0,30 35 Diambil dimensi K.Sudut Type-3: 300/300 (90000 mm 2 ) > 69186 mm 2 IV - 14

4.2.3.4 Pra-desain Kolom Interior Type 2 Gambar 4.7 Posisi Kolom Interior Type-2 Perhitungan beban terhadap kolom interior type 2 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.6 berikut, Tabel 4.6 Beban terhadap Kolom Interior Type 2 IV - 15

Beban terfaktor, Pu(Type 2) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 196466,03 kg + 1,6 * 78880 kg Pu = 361967,236 kg 3619672,36 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 01 / 0,30.*! 3619672,36 0,30 35 344730 2 Diambil dimensi K.Interior Type-2: 600/600 (360000 mm 2 ) > 344730 mm 2 4.2.3.5 Pra-desain Kolom Eksterior Type 2 Perhitungan beban terhadap kolom eksterior type 2 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.7 berikut, Tabel 4.7 Beban terhadap Kolom Eksterior Type 2 IV - 16

Beban terfaktor, Pu(Type 2) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 164525,64 kg + 1,6 * 60000 kg Pu = 293430,768 kg 2934307,68 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 2934307,68 279458 2 0,30 35 Diambil dimensi K.Eksterior Type-2: 550/550 (302500 mm 2 ) > 279458 mm 2 4.2.3.6 Pra-desain Kolom Sudut Type 2 Perhitungan beban terhadap kolom sudut type 2 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.8 berikut, Tabel 4.8 Beban terhadap Kolom Sudut Type 2 IV - 17

Beban terfaktor, Pu(Type 2) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 136121,88 kg + 1,6 * 45000 kg Pu = 235346,256 kg 2353462,56 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 2353462,56 224139 2 0,30 35 Diambil dimensi K.Sudut Type-2: 500/500 (250000 mm 2 ) > 224139 mm 2 4.2.3.7 Pra-desain Kolom Interior Type 1 Gambar 4.8 Posisi Kolom Interior Type-1 Perhitungan beban terhadap kolom sudut type 2 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.9 berikut, IV - 18

Tabel 4.9 Beban terhadap Kolom Interior Type 1 Beban terfaktor, Pu(Type 1) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 337922,03 kg + 1,6 * 155680 kg Pu = 654594,436 kg 6545944,36 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 01 / 0,30.*! 6545944,36 623423 2 0,30 35 Diambil dimensi K.Interior Type-1: 800/800 (640000 mm 2 ) > 623423mm 2 IV - 19

4.2.3.8 Pra-desain Kolom Eksterior Type 1 Perhitungan beban terhadap kolom eksterior type 1 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.10 berikut, Tabel 4.10 Beban terhadap Kolom Eksterior Type 1 Beban terfaktor, Pu(Type 1) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 281456,64 kg + 1,6 * 117600 kg Pu = 525907,968 kg 5259079,68 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 5259079,68 0,30 35 500864 2 Diambil dimensi K.Eksterior Type-1: 750/750 (562500 mm 2 ) > 500864 mm 2 IV - 20

4.2.3.9 Pra-desain Kolom Sudut Type 1 Perhitungan beban terhadap kolom sudut type 1 ditampilkan dalam bentuk tabel 4.11 berikut, Tabel 4.11 Beban terhadap Kolom Sudut Type 1 Beban terfaktor, Pu(Type 2) Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL Pu = 1,2 * 233081,88 kg + 1,6 * 88200 kg Pu = 420818,256 kg 4208182,56 N Menghitung dimensi kolom yang diperlukan : / 0,30.*! 4208182,56 0,30 35 400779 2 Diambil dimensi K.Sudut Type-1: 650/650 (422500 mm 2 ) 400779mm 2 IV - 21

4.2.3.10 Dimensi Pra-desain Struktur Utama Hasil perhitungan pra-desain pada struktur kolom, balok maupun pelat lantai HCS ditampilkan dalam bentuk tabel 4.12 dan Gambar 4.9, 4.10 dan 4.11 berikut : Tabel 4.12 Dimensi Hasil Pra-desainStruktur Utama Bangunan Alternatif IV - 22

Gambar 4.9 Denah Balok Lantai Atap Gambar 4.10 Denah Balok Lantai 5 s/d Lantai 7 IV - 23

Gambar 4.11 Denah Balok Lantai 1 s/d Lantai 4 4.3 Perhitungan Pembebanan yang Bekerja Data-data pembebanan akibat beban mati maupun beban hidup yang bekerja pada struktur gedung Yayasan Prasetiya Mulya dijadikan acuan untuk penginputan beban kedalam program ETABS. 4.3.1 Beban Atap Baja Beban akibat St.Baja (Kolom Tengah): - Rafter WF 350.175.7.11 = 14m * 49,6 kg/m = 694,4 kg - Rafter WF 200.100.5,5.8 = 1,5m * 21,3 kg/m = 32 kg - Kolom WF 350.175.7.11 = 3m * 49,6 kg/m = 144,8 kg - R.Balk WF 200.100.5,5.8 = 8m * 21,3 kg/m = 170,4 kg - CNP 200.75.20.2,3 = 10bh * 8m * 9,3 = 746,67 kg - Atap Zincalume = 13m * 8m * 5kg/m 2 = 520 kg + Sub Total a 2308,27 kg IV - 24

Beban akibat St.Baja (Kolom Sisi): - Rafter WF 350.175.7.11 = 14m * 49,6 kg/m = 694,4 kg - Rafter WF 200.100.5,5.8 = 1,5m * 21,3 kg/m = 32 kg - Kolom WF 350.175.7.11 = 3m * 49,6 kg/m = 144,8 kg - R.Balk WF 200.100.5,5.8 = 4m * 21,3 kg/m = 85,2 kg - CNP 200.75.20.2,3 = 10bh * 5m * 9,3 = 558 kg - Atap Zincalume = 13m * 5m * 5kg/m 2 = 325 kg + Sub Total b 1839,4 kg Beban hujan maksimal atap metal (Kolom Tengah): Beban hujan maksimal atap metal (Kolom Sisi): = 13m * 8m * 20 kg/m 2 = 2080 kg = 13m * 5m * 20 kg/m 2 = 1300 kg 4.3.2 Beban Lantai Beban mati akibat pelat lantai HCS, plafond dan beban lainnya maupun beban hidup sesuai peruntukan lantai Gedung Yayasan Prasetiya Mulya dijabarkan dalam tabel 4.13 berikut: IV - 25

Tabel 4.13 Beban Mati dan Beban Hidup Lantai terhadap Balok 4.3.3 Beban Dinding Beban mati akibat dinding batu dan partisi gypsum pada Gedung Yayasan Prasetiya Mulya dijabarkan dalam tabel 4.14 berikut: IV - 26

Tabel 4.14 Beban Mati Dinding terhadap Balok 4.4 Alur Pembebanan per Lantai 4.4.1 Alur Pembebanan Lantai Atap Pembebanan akibat beban mati maupun beban hidup yang terjadi pada lantai atap direncanakan membentuk alur pembebanan seperti pada gambar 4.12 berikut, IV - 27

Gambar 4.12 Alur Pembebanan Lt.Atap Dari pembebanan sesuai alur pada lantai atap untuk mempermudah penginputan beban ke program ETABS besar pembebanan yang terjadi pada lantai atap dijabarkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.13 berikut, IV - 28

Gambar 4.13 Grafik Pembebanan Lt.Atap IV - 29

4.4.2 Alur Pembebanan Lantai 5 sampai Lantai 7 Pembebanan yang terjadi pada lantai 5, lantai 6 dan lantai 7 direncanakan membentuk alur pembebanan seperti pada gambar 4.14 berikut, Gambar 4.14 Alur Pembebanan Lt.5, Lt.6 & Lt.7 Sesuai alur pada gambar 4.14 diatas, besar pembebanan yang terjadi pada lantai dijabarkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.15 & gambar 4.16 berikut, IV - 30

Gambar 4.15 Grafik Pembebanan Lt.7 IV - 31

Gambar 4.16 Grafik Pembebanan Lt.5-6 IV - 32

4.4.3 Alur Pembebanan Lantai 1 sampai Lantai 4 Pembebanan yang terjadi pada lantai 1 sampai dengan lantai 4 direncanakan membentuk alur pembebanan seperti pada gambar 4.17 berikut, Gambar 4.17 Alur Pembebanan Lt.1-4 Sesuai alur pada gambar 4.17 diatas, besar pembebanan yang terjadi pada lantai dijabarkan dalam bentuk grafik pada gambar 4.18 berikut, IV - 33

Gambar 4.18 Grafik Pembebanan Lt.1 s.d Lt.4 IV - 34

4.5 Beban Gempa Statik Ekivalen 4.5.1 Beban Bangunan tiap Lantai Perhitungan beban bangunan tiap lantai pada bangunan alternatif Yayasan Prasetiya Mulya ditampilkan dalam bentuk tabel 4.16 dibawah. Tabel 4.15 Beban Bangunan per-lantai IV - 35

IV - 36

IV - 37

Beban gravitasi berupa beban mati dan beban hidup yang telah direduksi 30% disajikan seperti dalam bentuk tabel 4.16 berikut, Tabel 4.16 Beban Bangunan tiap Lantai 4.5.2 Waktu Getar Alami T (Empiris) Taksiran waktu getar alami T secara empiris menggunakan UBC Section 1630.2.2 Method A adalah sebagai berikut : 4 5 6.# ',/8 Dan sesuai SNI 1726 2002 pasal 5.6 diharuskan adanya pembatasan dimana nilai waktu getar alami fundamental T1 < ζ. n. Tinggi Gedung (Roof Floor) hn = 30,4 m Ct = 0,061 (Portal Beton) Koefisien, ζ = 0,18 (WG.3: Tabel.8 SNI 1726 2002) Jumlah lantai, n = 8 4 0,061.#30,4',/8 0,79 9 1,44 #4 9 :.; ' IV - 38

4.5.3 Gaya Geser Dasar Nominal Statik Ekivalen V Beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi ditingkat dasar dihitung menurut pasal 6.1.2 SNI 1726 2002 dengan persamaan sebagai berikut : < 5 =.>?.@ 6 Lokasi di WG.3 dan tanah keras dengan nilai T = 0,79 maka dari Gambar.2 Respons Spektrum Gempa Rencana didapat nilai C1 = 0,29 Faktor keutamaan gedung (umum), I = 1,0 (Tabel.1 SNI 1726 2002) Faktor reduksi gempa SPRMM, R = 5,5 (Tabel.3 SNI 1726 2002) Berat Total Gedung, Wt = 7770 ton ABC;112 C2D23 ;C2C, < 0,29.1 5,5.@ 6 411,43 3E; 4.5.4 Beban Nominal Statik Ekivalen, Fi Beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi ditingkat dasar harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi bebanbeban nominal statik ekivalen Fi sesuai pasal 6.1.3 SNI 1726 2002 dengan persamaan sebagai berikut: FC @C.GC.<C @C. GC I= Hasil perhitungan beban nominal statik ekivalen tingkat ke-i (Fi) dan gaya geser tingkat ke-i (Vi) disajikan dalam bentuk tabel 4.17 dan 4.18 dibawah, IV - 39

Tabel 4.17 Distribusi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa ke sepanjang tinggi gedung dalam arah X dan Y Tabel 4.18 Nilai Beban Gempa Statik Eqivalen Data nilai beban gempa statik eqivalen tersebut diatas selanjutnya diinputkan sebagai beban lateral gempa pada program ETABS selain beban vertikal yang telah diinput sebelumnya. IV - 40

4.6 Analisis terhadap T Rayleigh Setelah proses penginputan seluruh beban baik vertikal maupun lateral pada program ETABS selesai dilakukan maka dari hasil running analyse program ETABS tersebut didapatkan nilai simpangannya yang dapat dilihat melalui Grafik didalam menu Display > Show Strory Respons Plot > Maksimum Story Displacement. Nilai simpangan yang didapat dari program ETABS dirangkum seperti dalam tabel 4.19 berikut, Tabel 4.19 Simpangan Struktur Akibat Beban Lateral Dari nilai simpangan kemudian dicari nilai waktu getar bangunan, waktu getar bangunan dalam arah X disajikan dalam bentuk tabel 4.20 berikut, IV - 41

Tabel 4.20 Waktu Getar Bangunan dalam arah X (Tx) Besarnya T yang dihitung sebelumnya memakai cara empiris sesuai pasal 6.2.2 tidak boleh menyimpang lebih dari 20% hasil TRayleigh. 4J 6,3.K I= @C.C 1. FC.C I= 6,3.K 173932,1 1,81 B3C 981 J 2138,03 Diketahui Tx nilainya menyimpang lebih dari 20% dari hasil perhitungan T empiris (0,79 1,81 detik) oleh karena itu nilai waktu getar bangunan diambil sebesar Tx = 1,81 detik. Untuk Tx = 1,81 detik, zona 3 dan jenis tanah keras, diperoleh C = 0,1268. IV - 42

Sedangkan untuk waktu getar bangunan dalam arah Y disajikan dalam bentuk tabel 4.21 berikut, Tabel 4.21 Waktu Getar Bangunan dalam arah Y (Ty) 4) 6,3.K I= @C.C 1. FC.C I= 6,3.K 270310,6 2,041 B3C 981 J 2626,05 Dari hasil tersebut diketahui Ty nilainya juga menyimpang lebih dari 20% dari hasil perhitungan T empiris (0,79 2,041 detik) oleh karena itu nilai waktu getar bangunan diambil sebesar Ty = 2,041 detik. Untuk Ty = 2,041 detik, zona 3 dan jenis tanah keras, diperoleh C = 0,1127. Dengan perubahan nilai Faktor Respons Gempa maka distribusi akhir gaya geser dasar horizontal akibat gempa ke sepanjang tinggi gedung akan berubah. Seperti cara diatas untuk mencari perubahan nilai distribusi akhir gaya geser dasar horizontal akibat gempa ke sepanjang tinggi gedung adalah sebagai berikut : IV - 43

Faktor keutamaan gedung (umum), I = 1,0 (Tabel.1 SNI 1726 2002) Faktor reduksi gempa SPRMM, R = 5,5 (Tabel.3 SNI 1726 2002) Berat Total Gedung, Wt = 7770 ton LC2D23 B2; 1BMBN 2M2N ;EC;2 2N )2C3 MBBM2N: <J <) 0,1268.1.@ 5,5 6 179,1 3E; 0,1127.1.@ 5,5 6 159,2 3E; Sehingga didapat perubahan beban nominal statik ekivalen tingkat ke-i (Fi) dan gaya geser tingkat ke-i (Vi) yang disajikan dalam tabel 4.22 dan 4.23 berikut : Tabel 4.22 Distribusi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa ke sepanjang tinggi gedung dalam arah X dan Y (terkoreksi) IV - 44

Tabel 4.23 Nilai Beban Gempa Statik Eqivalen (terkoreksi) Nilai pada tabel diatas adalah nilai beban gempa statik X maupun statik Y, sehingga beban lateral yang diinput ke dalam program ETABS sebelumnya dirubah menjadi beban lateral sesuai pada tabel diatas. Sehingga didapatkan hasil displacement baru dari run analyze program ETABS sebagai berikut : Tabel 4.24 Simpangan Struktur Akibat Beban Lateral IV - 45

4.7 Analisa Pembatasan Penyimpangan Lateral Pengecekan penyimpangan kinerja batas layan yang besarnya tidak boleh melebihi 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau maksimal 30 cm dan kinerja batas ultimit yang tidak boleh melebihi 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Pasal 8, diperlihatkan dalam tabel 4.25 berikut, Tabel 4.25 Analisa Kinerja Batas Layan ( s) dan Kinerja Batas Ultimit ( m) arah X dan arah Y Keterangan : Drift M = 0,7. R x Drift s IV - 46

Gambar 4.19 Grafik Penyimpangan Lateral Arah-X Gambar 4.20 Grafik Penyimpangan Lateral Arah-Y IV - 47

Dari hasil analisa pembatasan penyimpangan lateral pada lantai ke-8 (roof floor) melebihi dari yang dipersyaratkan, oleh karena itu diambil langkah merubah penampang kolom pada lantai 4 sampai lantai atap menjadi berukuran 650mm x 650mm. Setelah perubahan penampang kolom diinput ke dalam program ETABS untuk kemudian dilakukan run analyze maka didapatkan nilai displacement baru yang disajikan dalam tabel 4.26 berikut, Tabel 4.26 Simpangan Struktur Akibat Beban Lateral (Setelah Perubahan Penampang) Sedangkan pengecekan penyimpangan kinerja batas layan dengan data displacement seperti tabel diatas diperlihatkan dalam tabel 4.27 berikut, IV - 48

Tabel 4.27 Analisa Kinerja Batas Layan ( s) dan Kinerja Batas Ultimit ( m) arah X dan arah Y (Baru) Setelah perubahan beberapa penampang kolom didapatkan nilai analisa penyimpangan lateral yang masih dibawah batas yang dipersyaratkan. Grafik penyimpangan lateral diperlihatkan pada gambar 4.21 dan gambar 4.22 berikut, IV - 49

Gambar 4.21 Grafik Penyimpangan Lateral Arah-X (terkoreksi) IV - 50

Gambar 4.22 Grafik Penyimpangan Lateral Arah-Y (terkoreksi) IV - 51