KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

dokumen-dokumen yang mirip
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

KEPERAWATAN MATERNITAS II

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL (MENGAPA TIDAK) Oleh : Drs. Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

konsekuensinya : sperma sudah harus ada sebelum sel telur dilepaskan

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Anatomi/organ reproduksi wanita

PELAYANAN KONTRASEPSI dan RUJUKAN

PROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI (KELUARGA BERENCANA)

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13

Kontrasepsi Usaha mencegah kehamilan 1. Sementara 2. permanen

LOGO. Marselinus Laga Nur. Kontrasepsi

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

... Tugas Milik kelompok 8...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keluarga Berencana (KB) kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan

BAB II TINJAUAN TEORI

Transkripsi:

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria terdiri atas: testis (gonade), saluran reproduksi (epididimis, duktus seminalis, duktus ejakulatorius, dan uretra), kelenjar tambahan (vesikula seminalis, prostat, bulbouretralis) dan alat kelamin luar yaitu penis. 2. Sistem reproduksi wanita Sistem reproduksi wanita meliputi ovarium (gonade), saluran kelamin (tuba uterina, uterus, dan vagina), dan alat kelamin luar. Fungsi sistem reproduksi wanita adalah untuk menghasilkan sel kelamin (gamet) betina yang disebut sel telur (oosit), menyediakan lingkungan yang cocok untuk pembuahan (fertilisasi), pertumbuhan zygote menjadi janin, dan pengeluaran janin. B. Siklus Reproduksi Siklus reproduksi manusia disebut juga siklus menstruasi yaitu periode dari awal menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya. Biasanya pada wanita normal berkisar 28 hari. Siklus reproduksi dapat dibedakan menjadi 2 tahap utama yaitu tahap perkembangan folikel (fase folikuler), dan tahap perkembangan korpus luteum (fase luteal). *) Makalah disampaikan pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di SMA Negeri 2 Wates, Kulon Progo, padaa tanggal 2005 **) Dosen Jurdik Biologi, FMIPA, UNY 1

1. Fase folikuler, atau disebut juga fase proliferasi, dapat dibedakan menjadi: a. Fase folikuler awal: dimulai sejak akhir fase luteal. Ditandai dengan peningkatan kadar FSH, pertumbuhan folikel dengan pesat, dan kadar E 2 dan P tidak ada perubahan yang berarti. b. Fase folikuler akhir: biasanya 7-8 hari sebelum ovulasi. Ditandai dengan peningkatan kadar E 2 dan mencapai puncaknya bersamaan dengan LH. Kadar FSH menurun dan kadar LH naik, kadar P mulai meningkat. Peningkatan kadar E 2 dan P menyebabkan sedikit edematus dan vaskularisasi. 2. Fase ovulasi, ditandai dengan puncak sekresi LH dan turun dengan segera (surge LH), pecahnya dinding folikel yang diikuti pelepasan sel telur (ovulasi), biasanya terjadi 16-24 jam setelah puncak LH. 3. Fase luteal, atau sekretori: diawali oleh surge LH dan peningkatan kadar P. 4. Fase menstruasi; ditandai dengan perdarahan karena nekrosis endometrium yang disebabkan oleh membran lisosom pecah kemudian membebaskan enzim-enzim yang membentuk PGF 2α. Darah menstruasi mengandung: reruntuhan jaringan (tissue debris), PGF 2α, dan fibrinolysin (untuk melisiskan gumpalan darah) dari jaringan endometrium. C. Kelainan menstruasi 1. Amenorhea apabila tidak ada menstruasi. Dibedakan menjadi amenorhea estrogenik dan nonestrogenik. Amenorhea primer jika tidak pernah mens, amenorhea sekunder jika sebelumnya pernah mens (misal karena pregnansi (hamil), emosional, perubahan lingkungan, kelainan hipothalamus, pituitari, ovarium primer, dan berbagai penyakit sistemik lainnya). 2. Hipomenorhea apabila darah menstruasi volumenya sedikit. 3. Menorhagia jika darah menstruasi yang keluar berlebihan. Metroraghia jika terjadi perdarahan dari uterus pada antar periode mens (bukan karena menstruasi). 4. Oligomenorhea jika frekuensi mens berkurang. 2

5. Dismenorhea jika menstruasi dengan rasa sakit akibat akumulasi PGF 2α yang berlebihan. Kelainan siklus menstruasi adalah siklus anovulatori yang ditandai tidak adanya ovulasi, sehingga tidak adanya CL dan tidak adanya P4. D. Fertilitas Fertilitas (kesuburan) adalah kesiapan pembuahan sel kelamin betina oleh sel kelamin jantan. Penyebab infertilitas (ketidak suburan) pada wanita antara lain: disfungsi kelenjar endokrin, sukar ovulasi, dan psikis. Penyebab infertilitas pada pria antara lain: sperma sedikit (oligospermia). 1. Pengaturan kehamilan Pengaturan kehamilan dapat dibedakan secara sederhana dan dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi. 1.1. Pengaturan kehamilan secara sederhana Pengaturan kehamilan secara sederhana bertujuan mencegah terjadinya pembuahan sel kelamin betina oleh sel kelamin jantan dengan cara sederhana, sebagai contoh: 1) Senggama terputus (azl, bahasa arab), mengeluarkan sperma diluar vagina. 2) Pantang berkala 3) Memperpanjang masa menyusui 4) Mencuci vagina segera setelah persetubuhan, dsb. 1.2. Pengaturan kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi 1) AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau IUD (Intra Uterine Device). Cara kerja; (1) AKDR merangsang perubahan seluler dan biokimiawi pada endometrium dan juga timbulnya reaksi peradangan sehingga mematikan sprermatozooa, (2) AKDR mempercepat jalannya ovum yang telah difertilisasi sehingga mencegah implantasi. Efek samping: 3

(1) Jumlah darah haid menjadi bertambah, (2) Kemungkinan terjadinya infeksi daerah panggul (PID) meningkat, dan (3) Dapat terjadi perforasi dinding rahim. 2) Pil biasanya mengandung hormon estrogen atau progesteron. Pil kombinasi mengandung estrogen dari berbagai konsentrasi yang dipergunakan setiap hari tanpa istirahat selama satu siklus menstruasi. Oleh karena itu satu paket terdiri atas 20, 21, atau 22 pil yang berisi preparat estrogen dan 7 pil inaktif yang mengandung zat besi atau gula. 3) Suntik, biasanya menggunakan preparat progestin sintetis sebagai contoh; medroksi progesteron asetat (MPA) yang dikenal dengan nama Depo Provera, noretindron enantat (NEE) yang dikenal dengan nama Norigest atau Noristerat. Keuntungan; manjur, praktis (sekali suntik cukup untuk 3 bulan), mudah didapat, dan tidak mengganggu produksi air susu ibu, sehingga diterima banyak orang. Cara kerja: (1) Mencegah ovulasi, melalui penekanan pengeluaran hormon yang mengatur ovulasi (feedback negatif), (2) Mengentalkan lendir servik uteri sehingga menghambat masuknya sperma ke dalam rahim, dan (3) Penipisan dinding endometrium sehingga tidak cocok untuk nidasi (penempelan zygote). Efek samping: (1) Kelainan haid dengan jumlah darah sedikit, (2) Tidak datang haid, dan (3) Perdarahan diantara dua waktu haid. 4) Susuk (Norplant implant): merupakan alat pencagahan kehamilan hormonal. Terdiri dari 6 kapsul atau tabung silastik, yang tipis dan lentur, terbuat dari bahan polidimethoxysiloxane silastic. Dipasang di bawah kulit 4

lengan atas bagin dalam dengan cara pembedahan kecil. Setiap kapsul berisi hormon sintetis yaitu levonorgestrel 36 gram. Hormon ini biasanya digunakan dalam pil kombinasi namun kadarnya jauh lebih kecil sehingga Norplant dikatakan sebagai mini pil. Dari pengujian menunjukkan bahwa bahan ini lebih aktif 18 kali daripada progesteron. Perbedaan dengan pil yang harus diminum setiap hari atau suntikan yang diberikan setiap 3 bulan sekali, Norplant dapat dipkai dalam jangka panjang. Sekali pasang dapat memberikan perlindungan kehamilan selama 5 tahun. Sesudah 5 tahun Norplant harus diambil dan jika masih ingin memakainya dapat dipasang yaang baru. Kalau Norplant dicabut, maka kesuburan akan pulih kembali (reversible) dan kehamilan dapat terjadi. Dengan kepercayaanya dapat menunda kehamilan selama 5 tahun, maka oleh para ahli Norplant digolongkan ke dalam metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET). Mekanisme kerja: (1) Secara sedikit demi sedikit, teratur, dan terus menerus hormon levonorgastrel yang ada di dalam kapsul dilepaskan dan masuk ke aliran darah. (2) Hormon ini mencegah terjadinya ovulasi sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan. (3) Mempertebal lendir leher rahim (serviks) (4) Mempersulit melekatnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim. (5) Perlindungan didapatkan beberapa hari setelah dipasang sampai lima tahun. Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan suami istri, gairah seks. Efek samping: (1) Biasanya yang umum terjadi perdarahan tidak teratur yang terjadi diluar waktu haid, haid lebih lama, spotting (bercak darah) bisa juga 5

terjadi tidak haid sama sekali dan keadaan ini berlangsung paling lama 3 bulan, setelah itu akan kembali normal. 5) Kondom (CO): 6) Tissue KB: 7) Difragma vagina: 8) Pengaturan kehamilan secara permanen (steril): tubektomi (pengikatan atau pemutusan saluran oviduk) dan vasektomi (pengikatan atau pemutusan saluran vas deferens) 6