KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA SMA

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

ARTIKEL TUSZIE WIDHIYANTI

MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KONSEP ARCHAEBACTERIA

The Skills of High School Students on Data Communication and Experiment Concluding in Chemistry Laboratory Activities

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI PADA MATAKULIAH EKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN DAN MENGANALISIS ARGUMEN PADA MATERI KOLOID DENGAN INKUIRI TERBIMBING

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP UNGGULAN AMANATUL UMMAH SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Konstruksi Soal Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Alat Optik untuk Siswa SMA/MA Kelas X

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

ANALYSIS OF CRITICAL THINKING SKILLS CLASS X SMK PATRONAGE STATE NORTH SUMATRA PROVINCE ACADEMIC YEAR

PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

Elsa Sinaga, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna, Chansyanah Diawati Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JOURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PERANAN PRAKTIKUM DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KERJA LABORATORIUM

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN LEVEL OF INQUIRY UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA BERPIKIR SECARA KRITIS DALAM MENGHADAPI MEA

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

Pengembangan Modul Dilengkapi Software DSCH2

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS BERPIKIR KRITIS DISERTAI ARGUMENT MAPPING PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang

Program Studi Pendidikan Kimia, Departemen Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI, Bandung, Indonesia

Dwijayanti et al., Penerapan Pendekatan Scientific dengan Metode Inquiry...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENILAIAN ASPEK AFEKTIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE PRAKTIKUM

Pengaruh Penerapan Praktikum Virtual Berbasis Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DENGAN

ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI IPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

PROFIL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMPN1 WERU MELALUI IMPLEMENTASI MODUL IPA MENGGUNAKAN MODEL SAINTIFIK

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PERAN ELGAS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KIMIA FISIK DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

Pengembangan Modul Berbasis Berpikir Kritis Disertai Argument Mapping pada Materi Sistem Pernapasan untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO

Transkripsi:

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran mengenai Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) yang dapat dikembangkan siswa SMA kelas X dan XI pada pembelajaran Redoks (kelas X) dan Koloid (Kelas XI) dengan menggunakan metoda praktikum. Penelitian dilaksanakan menggunakan metoda deskriptif dan instrumen berupa LKS berisi prosedur praktikum dan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali KBK siswa serta pedoman wawancara. Sedangkan subyek penelitiannya adalah satu kelas kelas X dan satu kelas siswa kelas XI pada dua SMAN di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan kategori KBK untuk siswa kelas X adalah cukup dengan nilai paling tinggi (kategori baik) untuk KBK menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan nilai paling rendah untuk KBK menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki (kategori kurang). KBK untuk kelas XI adalah cukup dengan nilai paling tinggi untuk KBK memberikan contoh (kategori sangat baik) dan nilai paling rendah untuk KBK memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan (kategori sangat kurang) Keywords : Keterampilan Berpikir Kritis, metoda praktikum PENDAHULUAN Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari bangsa di dunia ini harus mampu bersaing dalam persaingan bebas yang disebabkan adanya era globalisasi saat ini. Untuk itu perlu dibangun manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan formal dan pendidikan informal. Salah satu jenjang pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan di SMA yang didalamnya terdapat pendidikan kimia. Pelaksanaan pendidikan di SMA tersebut diselenggarakan berdasarkan kurikulum yang berlaku seperti kurikulum 2004 dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Seperti yang tercantum dalam kurikulum-kurikulum yang berlaku, pembelajaran kimia dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta kemampuan berkomunikasi sebagai aspek penting kecakapan hidup. Dengan demikian pembelajaran kimia harus dirancang untuk dapat mengembangkan keterampilan bepikir, keterampilan proses sain dan kecakapan hidup siswa. Pengembangan keterampilan berpikir siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran yang menggunakan metoda praktikum. Melalui metoda praktikum siswa mempunyai kesempatan untuk mengalami/melakukan kegiatan praktikum sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Metoda praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhir tetapi bagaimana proses berpikir dapat berkembang. Kirschnier (1992) mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum adalah: (1) Praktikum dapat berfungsi untuk mengembangkan keterampilan khusus. (2) Praktikum merupakan sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis. (3) Praktikum dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya. Menurut Schafersman (1991) berpikir kritis adalah berpikir secara nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan baik tanpa berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi dengan mengintegrasikan, mengaplikasikan dan mengkomunikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Ennis (1985) mengklasifikasikan keterampilan berpikir kritis menjadi 5 kelompok, yaitu: (1) Memberikan penjelasan sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan. (2) Membangun keterampilan dasar, meliputi mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu penjelasan atau tantangan.

(3) Menyimpulkan, meliputi mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan menentukan nilai pertimbangan. (4) Memberikan penjelasan lanjut, meliputi mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dan mengidentifikasi asumsi. (5) Mengatur strategi dan taktik, meliputi menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. METODA PENELITIAN Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif. Subyeknya adalah satu kelas siswa kelas X dan satu kelas siswa kelas XI pada dua SMAN di Bandung. Instrumen yang digunakan berupa LKS yang berisi prosedur praktikum dan pertanyaanpertanyaan untuk menggali keterampilan berpikir kritis siswa dan pedoman wawancara. Data yang diperoleh diolah dengan memberi skor terhadap jawaban siswa berdasarkan standar penilaian yang telah disusun. Pengolahan berikutnya adalah mengubah skor menjadi nilai persentase dan menentukan kategori untuk masing-masing keterampilan berpikir kritis. Alur penelitian yang dilakukan digambarkan pada gambar berikut:

Analisis Materi berdasarkan kurikulum Analisis Materi Buku Kimia SMA Mengkaji Prosedur Praktikum Pembuatan instrumen KBK Pembuatan prosedur praktikum Validasi instrumen Optimalisasi prosedur praktikum Perbaikan instrumen Perbaikan prosedur praktikum Uji reliabilitas instrumen Pelaksanaan Praktikum Pengumpulan data (LKS & Wawancara) Analisis Data Pengambilan kesimpulan Alur Penelitian

HASIL PENELITIAN Untuk kelas X penelitian dilakukan pada pembelajaran topik Redoks sedangkan untuk kelas XI pada pembelajaran topik Koloid. Kedua pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan menggunakan metoda praktikum. Hasil penelitian tentang keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran menggunakan metoda praktikum disajikan dalam tabel berikut: Kelas Topik dan pada tiap KBK KBK-1 KBK-2 KBK-3 KBK-4 KBK-5 KBK Keseluruhan X Redoks 67,34 Baik 73,33 Baik 22,19 Kurang 25,99 Kurang 30,87 Kurang 43,95 cukup XI Koloid 70,94 Baik 20,50 Kurang 80,49 Sangat baik 15,12 Sangat Kurang 91,58 Sangat Baik 55,73 Cukup Keterangan: KBK-1 KBK-2 KBK-3 KBK-4 KBK-5 = memberikan penjelasan sederhana = menarik kesimpulan berdasarkan fakta = menarik kesimpulan dan hasil menyelidiki = memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan = memberikan contoh Pada pembelajaran Redoks (kelas X) dan pembelajaran Koloid (kelas XI) dengan menggunakan metoda praktikum dapat dikembangkan 5 (lima) KBK siswa. Namun tidak semua KBK dikembangkan siswa dengan baik. Untuk kelas X terdapat 3 (tiga) KBK yang berkategori kurang yaitu menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki (KBK-3), memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan (KBK-4) dan memberikan contoh (KBK-5). KBK-3 berkategori kurang disebabkan karena siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa praktikum yang dilakukan adalah suatu reaksi redoks. Untuk KBK-4 yang berkategori kurang disebabkan oleh penguasaan konsep prasyarat oleh siswa yang tidak baik, sehingga siswa tidak dapat memberikan penjelasan dengan baik. KBK-5 juga berkategori kurang, hal ini

disebabkan siswa kurang mampu memberi contoh aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan kategori KBK untuk kelas X pada pembelajaran redoks adalah cukup. Pada pembelajaran koloid (kelas XI) dari 5 (lima) KBK yang dikembangkan siswa terdapat satu KBK dengan kategori sangat kurang (KBK-4), satu KBK berkategori kurang (KBK-2), namun terdapat satu KBK berkategori sangat baik (KBK-5). KBK-4 sangat tidak dapat dikembangkan siswa. Hal ini terjadi karena siswa tidak dapat menghubungkan konsep-konsep yang telah dimiliki dan tidak dapat mengkaitkannya dengan suatu fenomena yang terjadi pada praktikum yang dilakukan. Penyebab KBK-2 berkategori kurang adalah siswa tidak dapat menyusun kalimat kesimpulan yang berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum. Untuk KBK-5 yang berkategori sangat baik, dapat disebabkan siswa mengetahui sebelumnya karena contoh-contoh tersebut biasanya tertera dalam buku pegangan siswa. Secara keseluruhan kategori KBK untuk kelas XI pada pembelajaran koloid adalah cukup. Keterampilan berpikir kritis baik untuk kelas X maupun untuk kelas XI secara keseluruhan berkategori cukup. Hal ini menunjukkan siswa belum optimal mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya, terutama dalam hal memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan dan membuat kesimpulan. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan temuan dari penelitian, dapat diambil kesimpulan mengenai keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran redoks (Kelas X) dan koloid (Kelas XI) menggunakan metoda praktikum sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan keterampilan berpikir kritis (KBK) siswa berkategori cukup.

2. Untuk kelas X, KBK dengan nilai paling tinggi adalah KBK menarik kesimpulan berdasarkan fakta (kategori baik) dan KBK dengan nilai paling rendah adalah KBK memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan (kategori kurang). 3. Untuk kelas XI, KBK dengan nilai paling tinggi adalah KBK memberi contoh (kategori sangat baik) dan KBK dengan nilai paling rendah adalah KBK memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan (kategori sangat kurang). SARAN Dari hasil penelitian, dapat disarankan beberapa hal: 1. Secara keseluruhan KBK yang dikembangkan siswa hanya berkategori cukup, maka hendaknya siswa diberi latihan untuk mengembangkan KBK-nya. 2. Pembelajaran dengan metoda praktikum dapat diimplementasikan untuk topik lain agar siswa dapat mengembangkan KBK-nya. DAFTAR PUSTAKA Ennis, R.H., (1985), Goals for Critical Thinking Curriculum, In A.L. Costa, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria : Association for Supervisor and Curriculum Development (ASCD). Facione, Peter A., (2006), Critical Thinking : What it is and Why it Counts. California: The California Academic Press. Gebi Dwiyanti, dkk., (2001) Pengembangan Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Kimia di SMU pada Pokok Bahasan Laju Reaksi. Laporan Penelitian. Dana Rutin. FPMIPA-UPI. Hodson, Derek, (1996), Practical Work in School Science: Exploring some direction for change. International Journal Science Education. Vol 18, No 17: 755-760. Krischner, Paul A., (1992), Epistemology, Practical Work and Academic Skill in Science Education, Science Education, Vol : 273-299. Schafersman, S.D., (1991) An introduction to Critical Thinking (Online). Tersedia : http://www.free inquiry.com/critical-thinking.html (11 Februari 2007).