BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha
|
|
- Suparman Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi tuntutan globalisasi dan industrialisasi. Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dan kompeten di bidangnya. Kecakapan dan kompetensi ini tercermin dalam suatu sikap ilmiah yang diimplementasikan ke dalam pembelajaran sains, termasuk di dalamnya pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan sains. Penanaman sikap ilmiah ini dirasakan perlu dilakukan sedini mungkin agar siswa terbiasa melakukan kegiatan belajarnya secara terpola, terstruktur dan bertanggung jawab. Salah satu metode yang penting dalam menumbuhkan sikap ilmiah dalam proses pembelajaran kimia adalah melalui kegiatan belajar di laboratorium, yang lazim disebut dengan praktikum. Menurut Arifin, dkk. (2003) mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan laboratorium. Hodson dalam Astuti (2008) menyatakan bahwa kegiatan praktikum membantu perolehan dan pengembangan konsep, menanamkan sikap ilmiah serta mendorong terbangunnya kecakapan sosial. Kegiatan praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, serta keadaan suatu proses (Khirscher, 1992). Namun pada kenyataannya, 1
2 2 pembelajaraan praktikum banyak memiliki kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh pada salah satu SMA di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, kendala-kendala yang menghambat terlaksananya praktikum di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) keterbatasan waktu, khususnya waktu belajar di kelas, 2) Ketermanfaatan bahanbahan praktikum yang tidak optimal di laboratorium sekolah, dan 3) tidak tersedianya laboratorium dan fasilitas laboratorium yang memadai. Berdasarkan data hasil studi pendahuluan tersebut, seorang guru di suatu sekolah dalam seminggunya rata-rata harus mengajar sebanyak 5 hingga 6 jam per kelasnya, dimana seorang guru kimia mengajar hingga 4 kelas dalam seminggunya (SMA N 1 Singaraja, 2009). Selain itu, kesibukan lain dari guru misalnya mengajar di sekolah lainnya atau tempat lainnya, menjadi alasan yang tidak dapat dikesampingkan juga dalam hal persiapan pembelajaran yang menyebabkan tersitanya waktu guru tersebut. Masalah lainnya, masih terlihat adanya bahanbahan praktikum yang terbuang percuma dan tidak digunakan selama bertahuntahun yang terlihat dari tahun pembuatan zat tersebut yang merupakan pemborosan tersendiri juga dalam pelaksanaan pembelajaran praktikum. Terakhir, yaitu kendala laboratorium yang memadai merupakan hambatan dari sekolahsekolah yang bermasalah akan areal sekolah dan fasilitas pendukung lainnya, utamanya sekolah-sekolah yang berada jauh dari perkotaan sehingga pihak sekolah hanya mengutamakan adanya kelas-kelas utama saja terlebih dahulu untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran. 2
3 3 Tidak semua topik pembelajaran penting yang dilakukan di sekolah memungkinkan dilaksanakan dalam pembelajaran praktikum/eksperimen. Kesetimbangan kimia merupakan salah satu konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari yang diajarkan di sekolah yang jarang dan bahkan tidak dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode eksperimen karena memerlukan penggunaan alat dan bahan yang mahal, pengerjaan praktikum yang membutuhkan waktu yang lama, dan memerlukan perlakuan yang khusus serta hanya dapat dilakukan dalam skala besar. Selain kesulitan tersebut, karakteristik dasar konsep kesetimbangan kimia merupakan konsep abstrak yang membutuhkan kemampuan abstraksi dan visualisasi yang baik dapat menjadi masalah tersendiri dalam usaha peningkatan penguasaan konsep bagi siswa. Namun demikian, pembelajaran secara konvensional masih mengalami kesulitan untuk memfasilitasi permasalahan tersebut sehingga tujuan penguasaan konsep menjadi tidak optimal. Di sisi lain, pembelajaran sains tidak sekedar untuk menanamkan penguasaan konsep saja. Namun, pembelajaran tersebut juga bertujuan menanamkan dan menumbuhkan keterampilan berpikir kompleks siswa, dalam hal ini keterampilan kritis dan kemampuan generik sains siswa. Hal ini sesuai dengan Cohen (dalam Costa, 1985) menyebutkan bahwa pembelajaran di sekolah diharapkan mampu membekali siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya di masa depan, diantaranya adalah kemampuan generik sains dan berpikir kritis yang termasuk kegiatan berpikir kompleks. Chiras (dalam Kurniati, 2001) menjelaskan bahwa berpikir kritis yang dipelajari dalam kelas sains juga 3
4 4 mempengaruhi siswa jauh setelah mereka meninggalkan pendidikan formal dengan memberikan alat dimana mereka dapat menganalisis sejumlah fenomena terkait konsep-konsep dalam IPA, khususnya kimia, yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Disamping itu, beberapa hasil penelitian pendidikan menunjukkan bahwa berpikir kritis ternyata mampu menyiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta dapat dipakai untuk pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik, karena dapat mempersiapkan peserta didik untuk menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Liliasari, 1996). Munculnya permasalahan-permasalahan tersebut di atas dan pentingnya suatu pembelajaran yang mampu menumbuhkan sikap ilmiah, meningkatkan kemampuan berpikir dan penguasaan konsep melandasi diperlukannya suatu alternatif pembelajaran yang menyenangkan namun tidak mengurangi esensi pembelajaran yang dituntut dalam kurikulum nasional. Hal ini sekaligus bertujuan untuk membantu dan memfasilitasi siswa dalam rangka pemenuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dalam bentuk simulasi laboratorium interaktif. Pembelajaran dengan menggunakan simulasi laboratorium interaktif ini sangat potensial untuk meningkatkan keterampilan berpikir kompleks siswa, khususnya dalam pembelajaran dengan pendekatan student active learning. Hal ini didukung oleh hasil penelitian oleh Burewicz dan Miranowicz (2006) yang 4
5 5 menyatakan bahwa interaksi yang terdapat pada suatu pembelajaran laboratorium multimedia/virtual dapat mengarahkan dan membimbing siswa memahami materi praktikum, sehingga kesalahan dapat dikurangi dan waktu praktikum menjadi efektif. Penelitian lain tentang penggunaan dan pengembangan simulasi laboratorium (SimuLab) menyebutkan bahwa pembelajaran lingkungan berbasis komputer mampu meningkatkan kemampuan analisis dan pengalaman belajar siswa secara efektif. Pembelajaran menggunakan simulasi laboratorium interaktif juga mampu memotivasi siswa dalam pelaksanaan aktivitas kognitifnya, meningkatkan keterampilan berpikir dan melakukan analisis, pengalaman belajar dan motivasi siswa (Josephen dan Kristensen, 2006). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dirumuskan permasalahan penelitian berupa sejauhmana pemanfaatan simulasi laboratorium interaktif dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan keterampilan generik dan berpikir kritis siswa SMA. Untuk mempermudah permasalahan dalam penelitian ini, selanjutnya dirinci beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh pembelajaran yang memanfaatkan simulasi laboratorium interaktif terhadap penguasaan konsep siswa? 2. Bagaimana pengaruh pembelajaran yang memanfaatkan simulasi laboratorium interaktif terhadap kemampuan generik sains siswa? 3. Bagaimana pengaruh pembelajaran yang memanfaatkan simulasi laboratorium interaktif terhadap keterampilan berpikir kritis siswa? 5
6 6 4. Apa keunggulan-keunggulan pembelajaran yang memanfaatkan simulasi laboratorium interaktif? 5. Apa kelemahan-kelemahan pembelajaran yang memanfaatkan simulasi laboratorium interaktif? 6. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran yang memanfaat- kan simulasi laboratorium interaktif? C. PEMBATASAN MASALAH Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut. 1. Virtual laboratorium interaktif yang dimanfaatkan dalam penelitian ini courseware yang didesain berdasarkan analisis konsep yang telah dilakukan, yaitu meliputi animasi dan simulasi interaktif tentang: a) reaksi reversibel dan kesetimbangan dinamis, b) kesetimbangan homogen dan heterogen, c) konstanta kesetimbangan (K c ) dan konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas (K p ), serta d) Azas Le-Chatelier dan faktor-faktor yang menggeser kesetimbangan serta Proses Harber Bosch. 2. Kemampuan generik sains yang diteliti diadopsi dari Brotosiswoyo (2000) mencakup indikator-indikator berupa: a) pengamatan tak langsung, b) pengamatan langsung, c) membangun konsep, d) pemodelan matematis, e) bahasa simbolik, f) hukum sebab akibat, g) inferensi logis, h) kerangka logis taat azas, i) kesadaran tentang skala besaran, j) abstraksi. 3. Berpikir kritis yang diukur berdasarkan pada kemampuan-kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan Ennis (1985), dimana berpikir kritis 6
7 7 didefinisikan sebagai cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Dari 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikemukan Ennis (1985), hanya 10 indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a) memfokuskan pada sebuah pertanyaan, b) menganalisis argumen, c) mempertimbangkan kredibilitas sebuah sumber; kriteria (yang sering bukan kondisi yang diperlukan), d) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; kriteria (sering kondisi tidak diperlukan), e) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, f) membuat induksi dan mempertimbangkan induksi, g) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan, h) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, i) mengidentifikasi asumsi, j) memutuskan sebuah tindakan. D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk merancang suatu perangkat pembelajaran dalam bentuk simulasi laboratorium interaktif sebagai alternatif modifikasi praktikum kimia di laboratorium. 2. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan generik siswa SMA pada materi kesetimbangan kimia menggunakan simulasi laboratorium interaktif. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 7
8 8 1. Menghasilkan suatu perangkat media pembelajaran dalam bentuk simulasi laboratorium interaktif untuk konsep kesetimbangan kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai saran penunjang pembelajaran kimia di sekolah menengah atas. 2. Memberikan informasi bagi guru kimia mengenai penguasaan konsep, kemampuan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis pada konsep kesetimbangan kimia yang dapat digali melalui kegiatan belajar mengajar berbantuan simulasi laboratorium interaktif. 3. Memberikan masukan sekaligus motivasi kepada guru untuk melakukan variasi dan menciptakan suasana belajar melalui pembelajaran berbantuan simulasi laboratorium interaktif yang diharapkan dapat membantu siswa menguasai konsep yang sedang dipelajari. 4. Memberikan motivasi dan menciptakan suasana belajar yang berkonsep student active learning kepada para siswa agar dapat membangun suatu konsep kimia dalam dirinya melalui kegiatan belajar mandiri dan bermakna berbantuan simulasi laboratorium interaktif. 5. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang tertarik melakukan penelitian dengan topik permasalahan yang sama dengan penelitian ini. 8
BAB I PENDAHULUAN. berperan langsung di dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu kimia sebagai salah satu disiplin Ilmu Pengetahuan Alam sangat berperan langsung di dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, kimia diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya (Winarno, 2007). Proses belajar dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Budaya Bandar Lampung diketahui bahwa rata-rata nilai test formatif siswa pada materi pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran menuntut langkah kreatif guru sebagai fasilitator pembelajaran. Esensi perubahan tersebut berorientasi pada usaha pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sains memegang peranan yang sangat penting dalam membangun karakter peserta didik dalam pengembangan sains dan teknologi. Kondisi ini menuntut pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan, keingintahuan, keteguhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya pada
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, perkembangan pesat dibidang teknologi informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian standar-standar pendidikan seperti yang telah digariskan pada undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan formal yang boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih tinggi. Di sekolah dasar inilah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan
Lebih terperinciSiti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguhsungguh dan berkelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. calon guru kimia ditengarai memiliki keterbatasan kecakapan generik biokimia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelemahan mendasar dalam pembelajaran kimia di SMA adalah konsepkonsep biokimia kurang terungkap dalam mata pelajaran kimia di SMA/MA, dan calon guru kimia ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan merupakan materi yang senantiasa muncul dan dipelajari oleh setiap tingkatan satuan pendidikan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinci2013 PENGARUH PENGGUNAAN PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permendikbud No. 69 tahun 2013 menjelaskan tentang karakteristik dari Kurikulum 2013 yaitu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi akhir-akhir ini semakin pesat, sehingga dapat mempermudah pekerjaan manusia. Hal ini tidak terlepas dari ilmu-ilmu dasar seperti ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas banyak mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas banyak mengalami kesulitan. Salah satunya dapat disebabkan oleh karakteristik materi yang terdapat pada mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, pada umumnya dalam pembelajaran sains siswa lebih banyak dituntut untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Cara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan agar siswa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran bukan hanya sekedar proses transfer ilmu pengetahuan yang berlangsung secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai bentuk interaksi antara pendidik dengan siswa. Interaksi antara pendidik dengan siswa ini terjadi pada saat proses pembelajaran.
Lebih terperinciyang sesuai standar, serta target pembelajaran dan deadline terpenuhi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Fisika merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan jaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.
Lebih terperinciPENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA
PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA Sutarno Program Studi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP UNIB msutarno_unib@yahoo.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk menghadapi berbagai tantangan, mampu memecahkan masalah yang dihadapi, mengambil keputusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
B A B I. P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Dalam belajar fisika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu. teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Pengembangan diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mengembangkan (Anonim,1991). Jika dibuat suatu pengertian, maka pengembangan adalah suatu proses (perbuatan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Lesmana, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai masalah. Salah satu masalah yang sangat penting adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia, yang tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan bernalar yang tinggi. Dengan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sulit dipahami oleh siswa karena ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak, kompleks,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh manusia semakin kompleks seiring dengan perkembangan jaman. Permasalahan tersebut muncul karena adanya interaksi antara manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran kimia di SMA diantaranya berfungsi untuk mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis siswa. Selain itu disebutkan pula tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus dilaksanakan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Mencerdaskan bangsa merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pendidikan merupakan masalah kompleks yang didalam pelaksanaannya menyangkut berbagai unsur pendukung yang saling berkaitan, guna mendukung usaha pencapaian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu dan kualitas pendidikan Indonesia diusahakan oleh pemerintah meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah mulai penyempurnaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang
Lebih terperinciNurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN GENERIK SAINS PADA SISWA SMP NEGERI 1 DOLO Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin e-mail: Fatonahnurun@gmail.com Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan sekolah sebagai suatu lembaga pelaksana kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari prestasi siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi sangat pesat dan memengaruhi semua aspek kehidupan termasuk di bidang pendidikan. Dalam mengha-dapi ini, sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perubahan yang sangat pesat. Pada konteks ini pendidikan juga mengalami pembaharuan dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna bagi siswa menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Strategi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan alam dan fenomena yang terjadi di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pembahasan yang dikhususkan pada ilmu kimia adalah mengenai struktur dan komposisi zat (Liliasari, 2011). Bentuk molekul termasuk konsep kimia yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh siswa di sekolah. Menurut Komala (2008:96), ternyata banyak siswa menyatakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses adanya perubahan yang bersifat permanen pada diri seorang siswa yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan dan perilaku yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM. Pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan merupakan bagian yang penting dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu bagian
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap dinamakan belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara yuridis, pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang, Permendiknas, serta Peraturan Pemerintah. Fisika sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa
1 BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam persaingan global. Oleh karena itu, pendidikan memegang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam mengembangkan siswa agar nantinya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat mengikuti kemajuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown dan Palincsar di tahun 1982. Model pembelajaran reciprocal teaching
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip fisika dapat digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran sains, tujuan pendidikan pada satuan pendidikan SMA adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan yang sangat penting. Di dalam tubuh makhluk hidup larutan penyangga berperan menjaga ph di dalam cairan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung diketahui bahwa rata-rata nilai tes formatif mata pelajaran kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elvina Khairiyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika sebagai bagian dari pembelajaran IPA di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 23 tahun 2006, menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara tentang pendidikan kita dewasa ini dalam perspektif masa depan. Dalam kenyataannya, pendidikan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
1. Identitas Mata Pelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI IPA/ I : Kesetimbangan Kimia : 2 x 45 (1 kali pertemuan) 2. Standar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN COURSEWARE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi yang terjadi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Silberberg, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa dan salah satu aset masa depan yang menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan semakin hari terus mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinci