28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik Tahu Astral) dan industri tahu yang berada di Kelurahan Ipilo (Pabrik Tahu Potlot). 3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013. 3.3 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif agar dapat mejelaskan dan menggambarkan masalah yang diteliti dengan beberapa instrument penelitian, sehingga menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti hasil uji laboratorium, catatan lapangan, gambar foto, kemudian bisa diolah dalam bentuk presentasi angka untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat. Penelitian ini juga diupayakan dapat menggambarkan indikasi tercemarnya lingkungan yang berada disekitar industri tahu yaitu dengan cara menguji sampel air limbah hasil pengolahan tahu dan akan dilihat apakah limbah yang dihasilkan tidak memenuhi standar limbah cair yang dibuang ke lingkungan.
29 3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Limbah cair Limbah cair industri tahu yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu yaitu Limbah dari bekas air pencucian bahan baku pembuatan tahu dan Limbah cair dari proses pengolahan bahan baku ( kedelai, dll), yang dibuang langsung ke lingkungan melalui selokan besar dan langsung di bawah ke badan air. 2. ph ph (konsentarasi ion hydrogen) merupakan ukuran kualitas dari air maupun dari air limbah. Air limbah dengan Konsentarasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis sehingga mengganggu proses penjernihannya. Semakin kecil nilai phnya maka akan menyebabkan air tersebut berupa asam ( Sugiharto, 1987 : 31) Sesuai dengan peraturan pemerintah dan Kep MenLH No.15/MENLH/1/2008 dan UU No 32 tahun 2009 tentang baku mutu limbah cair bagi kawasan industri maka keasaman maksimal adalah 6-9. Variabel ini akan diuji dengan menggunakan ph meter. 3. BOD Salah satu parameter limbah cair secara kimia yaitu BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan didalam air oleh mikroorganisme. Semakin tinggi nilai BOD maka akan
30 mengakibatkan oksigen terlarut berkurang. Karena oksigen yang terlarut akan digunakan oleh bakteri sehingga menyebabkan biota-biota yang ada dalam air akan kekurangan oksigen (Pratama, 2010). Sesuai dengan peraturan pemerintah dan Kep MenLH No.15/MENLH/1/2008 dan UU No 32 tahun 2009 tentang baku mutu limbah cair bagi kawasan industri tahu maka BOD maksimal adalah 150mg/L. Variabel ini akan diuji dengan menggunakan DO meter. 4. COD COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan kandungan bahan pencemar berupa senyawa kimia yang meyerap oksigen terlarut (DO) dalam air. Semakin Besar bahan kimia di dalam air akan lebih banyak meyerap oksigen terlarut sehingga dapat memepengaruhi kehidupan dalam air (Pratama, 2010). Sesuai dengan peraturan pemerintah dan Kep MenLH No.15/MENLH/1/2008 dan UU No 32 tahun 2009 tentang baku mutu limbah cair bagi kawasan Industri Tahu maka COD maksimal adalah 300 mg/l. Variabel ini akan diuji dengan menggunakan alat Sprektofotometer sinar tampak. 3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Cara Pengambilan Sampel Sampel diambil di dua lokasi industri tahu yang berbeda, yaitu industri tahu Astral dan Industri Tahu Potlot dengan memperhatikan jenis limbah yang dihasilkan.
31 Sampel limbah cair yang diambil adalah pada limbah cair yang mengalir sebelum masuk pada saluran pembuangan atau perairan penerima limbah cair. Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara menyediakan dua buah jergen ukuran 2 liter untuk mengambil limbah cair pada Industri I dan Industri II yang ditampung di dalam tong penampung kemudian memisahkan sampel untuk parameter BOD,COD dan ph masing masing dua buah botol berwarna gelap ukuran 150 ml untuk Industri I dan II, kemudian pemberian label untuk masing-masing parameter limbah cair Industri I dan Limbah Cair Industri II. 3.5.2 Metode Uji Laboratorium Uji laboratorium menggunakan angka laboratorium untuk mendapatkan angka masing-masing indikator uji dengan menggunakan alat laboratorium. Sehingga dapat dibandingkan dengan peraturan pemerintah tentang limbah cair yang dibuang ke alam atau lingkungan. Selain itu dapat mengetahui apakah limbah cair yang dihasilkan mencemari lingkungan sekitar. 3.5.3 Cara Kerja 1. Pengukuran BOD 5 Alat : Botol Winkler, Pipet, Gelas Kimia, Gelas Ukur Bahan : Air limbah, Aquades
32 Cara Kerja : 1. Pipet contoh (sesuai contoh jumlah pengenceran yang diinginkan), masukkan ke dalam gelas ukur, tambahkan air pengencer sesuai dengan jumlah pengenceran, kocok hingga homogen. Masukkan ke dalam botol winkler melalui bibir botol (hindarkan jangan sampai ada gelembung udara) sampai penuh, tutup rapat dengan penutup asah, buat juga blanko dengan cara yang sama, setelah itu masukkan ke dalam inkubator (pengeram) pada suhu 20 o C dan selama 5 hari. 2. Setelah 5 hari keluarkan dari incubator lalu ditambahkan 2 ml MnSO4, lalu tambahkan 2 ml NaOH-KI, kemudian terakhir tambahan 2 ml H2SO4. setiap penambahan dikocok sampai homogen. 3. Lalu dititrasi dengan tio sulfat (Na2S2O3) sampai pucat tambahkan larutan amilum 2-3 tetes dan dititrasi lagi sampai jernih. 2. Pengukuran COD Alat : Sprektofotometer sinar tampak, Kuvet, Tabung pencerna, Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung, Mikroburet, Labu ukur, Pipet, Gelas piala, Timbangan analitik. Bahan : Air limbah, Aquades, Reagent kit Cara kerja : 1. Mendinginkan perlahan lahan contoh yang telah direfluks sampai suhu ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas.
33 2. Membiarkan suspense mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar benar jernih 3. Mengukur contoh dan larutan standar pada panjang gelombang yang telah ditentukan ( 450 nm atau 600 nm) 4. Pada panjang gelombang 600 nm gunakan blanko yang telah direfluks sebagai larutan referensi. 5. Jika Konsentrasi KOK lebih kecil atau sama dengan 90mg/L, lakukan pengukuran pada panjang gelombang 420 nm, menggunakan pereaksi air sebagai larutan referensi. 6. Mengkutr absorsi blanko yang tidak direfluks yang mengandung dikromat, dengan pereaski air sebagai pengganti contoh uji, akan memberikan absorsi dikromat awal. 7. Perbedaan absorbansi antara blanko yang direfluks dan absorbansi larutan standar. 8. Melakukan analisa duplo. 3. Pengukuran ph Alat : ph meter, Gelas Kimia Bahan : Air limbah, Aquades Cara kerja : 1. Mengambil sampel air limbah 2. Mengambil 100 ml dituang kedalam gelas kimia kemudian didinginkan. 3. Alat ph meter dikalibrasi terlebih dahulu.
34 4. Setelah dikalibrasi di celupkan kedalam air limbah yang telah didinginkan. 5. Hasil pemeriksaan dapat dilihat langsung dalam monitor alat Digital ph meter. 3.6 Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode uji laboratorium. Laboratorium yang digunakan yaitu Laboratorium Kesehatan Masyarakat untuk menguji variabel ph, dan Laboratorium Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado untuk menguji variabel BOD dan COD. Sedangkan pengumpulan data sekunder seperti kondisi Industri tahu,kondisi lingkungan sekitar menggunakan metode observasi untuk melihat secara langsung pabrik tahu dan proses pembuangan limbahnya. 3.7 Tehnik Analisis Data Pemeriksaan kandungan limbah cair mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI. Hasil pemeriksaan sampel limbah cair selanjutnya akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 tahun 2008 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri Pengolahan Kedelai.