PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

3 METODE PENELITIAN 3.1 Survei Limbah Organik Susu Bubuk 3.2 Penelitian Lapang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai. Penentuan Stakeholder. Analisis Kebutuhan. Penyusunan Diagram. Lengkap. Evaluasi Aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

Peneliti Utama : Dr. Muhammad Hatta PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Kompos Dengan Variasi Penambahan Dosis Abu Boiler Serta Penggunaan Bioaktivator EM-4

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

APPO Badan Litbang Pertanian Hasilkan Kompos Berkualitas dengan Biaya Minim

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahu, parameter yang berperan dalam komposting yang meliputi rasio C/N. ph. dan suhu selama komposting berlangsung.

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

TATA CARA PENELITIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

Pengaruh Variasi Tinggi Tumpukan Pada Proses Pengomposan Limbah Lumpur Sawit Terhadap Termofilik

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

JENIS PUPUK ORGANIK DARI MILL WASTE. 1. Janjangan kosong (EFB). 2. Abu Janjang (bunch ash). 3. Decanter solid. 4. POME. 5. Compost EFB.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

III. BAHAN DAN METODE

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK SECARA PARSIAL. Syekhfani (FP-UNIBRAW)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

pengamatan minggu ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

LATAR BELAKANG. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa

LAMPIRAN. Kecamatan Tampan. Pekanbaru-Riau

Tata Cara penelitian

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan studi. gondok dan jerami padi sebelum dan setelah dikomposkan.

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos LIMBAH PADAT ORGANIK PERKEBUNAN TEBU DAN KELOMPOK GRAMINEAE LAINNYA dengan Bioaktivator SUPERDEC. Bioaktivator adalah biang yang mengandung mikrob untuk pembuatan kompos secara cepat dan dalam jumlah/volume yang besar dari limbah perkebunan dan pertanian. Mikrob yang terkandung di dalam Bioaktivator SuperDec terdiri dari Trichoderma pseudokoningii, Trichoderma sp, dan Phanerochaete chrysosporium. Mikrob tersebut secara bersamaan mempunyai kemampuan yang tinggi menghasilkan enzim yang dapat menguraikan lignin dan selulosa secara sinergik dari limbah padat organik famili gramineae. Produk akhir dari proses penguraian (pengomposan) ini berupa air dan karbondioksida. Penggunaan bioaktivator diharapkan mampu memperpendek masa pengomposan. Penerapan sistem pengomposan secara bioaktif memiliki peluang teknis dan ekonomis yang cukup memadai dalam hubungannya dengan usaha efisiensi penggunaan pupuk kimia sintetik, pengendalian limbah padat organik, dan peningkatan daya dukung lahan perkebunan, pertanian, dan pasca tambang. 1. Alat bantu proses pengomposan dan produksi kompos blotong : a. Mesin Pencacah : Kapasitas 8 ton/jam b. Bioaktivator : Phanerochaete chrysosporium, Trichoderma sp. (2 spesies) c. Pembentukan CP : mini loader d. Sistem pengadukan kompos : backhus e. Alat untuk menyiram tumpukan bahan baku yang akan dikomposkan. f. Termometer kaca (batang/tongkat) untuk mengamati perubahan suhu lingkungan dan suhu kompos selama proses pengomposan berlangsung. g. Meteran untuk mengukur penyusutan volume bahan selama pengomposan berlangsung. h. Perlengkapan K3 (sarung tangan, masker, dan sepatu boots). 2. Persiapan bahan kompos Bahan organik segar dicacah dengan menggunakan mesin pencacah, sehingga diperoleh hasil cacahan dengan ukuran 2.5-5.0 cm. Volume bahan organik segar yang akan dikomposkan sekitar 50 m 3 (± 5.000 kg) per satu tumpukan (Composting Pile). Untuk membentuk satu composting pile (CP) dengan ukuran berat dan volume tersebut diperlukan alat bantu berupa forklift atau paver. Dilakukan pengadukan secara merata terhadap bahan organik dan bioaktivator. Setelah terbentuk satu composting pile (CP) yang relatif padat, CP ditutup dengan lembaran terpal untuk menjaga kelembaban bahan baku dan untuk mempercepat naiknya suhu kompos selama proses pengomposan berlangsung. Selanjutnya CP didiamkan selama 7-14 hari tanpa diperlukan pengadukan. Kadar air tumpukan bahan kompos selama proses pengomposan diupayakan berkisar 60 70% dengan mengatur jumlah limbah cair yang ditambahkan. 3. Proses pencampuran bahan baku dengan bioaktivator Dosis bioaktivator yang digunakan adalah 10 kg untuk setiap 1 ton bahan baku limbah organik segar. Pada tahap awal, sebanyak 10 kg bioaktivator dicampur 1

merata dengan 10% dari total bahan baku yang telah dicacah dengan ukuran 2.5-5.0 cm. Apabila 10% dari total bahan baku dan bioaktivator sudah tercampur secara merata, maka campuran bahan ini ditambahkan ke tumpukan bahan baku utama yang akan dikomposkan. Pengadukan dilakukan kembali sampai diperoleh campuran yang homogen. 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan Ketinggian tumpukan bahan yang akan dikomposkan diusahakan mencapai 1.5 m agar diperoleh panas yang cukup tinggi untuk berlangsungnya proses pengomposan serta memudahkan untuk melihat tingginya penyusutan selama proses pengomposan berlangsung. Hasil cacahan berupa potongan bahan segar berukuran 2.5-5.0 cm. Cacahan ini selanjutnya ditumpuk membentuk satu composting pile di atas lantai yang dipadatkan. Composting pile (CP) dibuat tanpa atap tetapi dengan menggunakan penutup terpal. Antar composting pile dibuat saluran pembuangan air untuk menghindari genangan air berlebih yang dibentuk dari hasil proses pengomposan ataupun air hujan. Panjang CP ini dapat disesuaikan dengan luas rumah pengomposan (composting house) yang tersedia atau alur areal pengomposan di lapangan terbuka. Selanjutnya CP (bahan segar plus bioaktivator sesuai dosis anjuran) ditutup dengan lembaran terpal dan diinkubasi selama 7-14 hari tanpa pengadukan. Setelah 7-14 hari kompos dipanen dan dikeringkan dengan dryer pada suhu 80 100 o C, dihaluskan menggunakan hammer mill. Setelah melalui alat penyaring (screen) selanjutnya dapat dikemas menjadi kompos curah atau diproses lebih lanjut menggunakan binding agent menjadi pupuk organik granular. 5. Parameter pengamatan Parameter yang dapat diamati sebagai petunjuk kesempurnaan proses pengomposan, antara lain adalah : a. Selama proses pengomposan berlangsung, mulai dari hari pertama secara bertahap suhu pengomposan meningkat lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Pengomposan dianggap selesai apabila pada akhir pengomposan suhu kompos turun hingga mendekati suhu awal yang teramati. Pengamatan ini dapat dilakukan setiap hari dengan termometer kaca. Buat lubang pengukur suhu dengan pipa pralon ½ inc dan panjang ½ m yang diberi lubang (perforated) tiap 10 cm zig-zag. Pengukuran suhu dilakukan pada enam titik CP (samping), dua di sisi panjang masing-masing berjarak 2 m dan masing-masing satu di sisi pendek. b. Pengamatan penyusutan tumpukan kompos diukur setiap minggu untuk mengetahui keefektifan proses pengomposan yang sedang berlangsung. Jika permukaan sudah turun minimal 20% (30 cm) dan warna sudah berubah kecoklatan, maka kompos dipanen. Untuk mengetahui kualitas kompos dapat dilakukan analisis laboratorium yang meliputi: kadar air, KTK, C-org, N-total, P, K, Ca, Mg, Cu, Fe, Pb, Cd, mikrobiologi (E. coli dan Salmonella). 2

6. Kriteria kematangan kompos Secara fisik, kompos yang telah matang ditandai oleh perubahan bahan yang dikomposkan yaitu: (i) warna kompos yang diperoleh adalah cokelat kehitaman (ii) kompos yang terbentuk tidak memberikan bau yang menyengat, (iii) hasil analisis sifat kimia dari kompos. Kualitas Kompos dan Jaminan Performa Penggunaan biodekomposer SuperDec dalam pengembangan teknologi pengomposan memiliki target perolehan hara tersedia bagi tanaman yang disajikan pada Tabel 1. Spesifikasi ini atas dasar rata-rata perolehan beberapa data pengomposan yang dilakukan dengan bioaktivator SuperDec pada berbagai jenis bahan baku limbah padat organik, khususnya kelompok bahan tanam famili Gramineae. Tabel 1. Spesifikasi kompos dengan penambahan bioaktivator SuperDec. No Parameter Nilai No Parameter Nilai 1 N-total (%) > 1.40 9 (ppm) 0.5-1.6 2 P 2 O 5 (%) 0.80 0.90 10 (ppm) < 3 3 K 2 O (%) 1.03 1.50 11 (ppm) < 50 4 C-Org (%) 35 12 (ppm) < 500 5 C/N 25 13 (ppm) 1755-1960 6 CaO (%) 1.0 14 (ppm) 1.32-2.76 7 MgO (%) 0.5 15 dar Air (%) 40 50 8 100-110 16 6.5-8.0 Spesifikasi kompos yang dihasilkan dengan penggunaan bioaktivator SuperDec atas dasar nilai hara makro, C-organik, logam berat, dan C/N memenuhi standardisasi kompos yang tertuang dalam SNI 19-7030-2004 dan Peraturan Menteri Pertanian nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011. Kompos yang dihasilkan selanjutnya diproses lebih lanjut melalui pengeringan dan penggilingan, sehingga diperoleh jaminan performa akhir sebagai berikut (Tabel 2). Tabel 2. Jaminan Performa Kompos Bioaktif. Parameter Unit Nilai Kadar air % 10-20 Rasio C/N - 15-25 ph - 6.5-8.0 C-Organik % >12 Unsur makro % <6 Bakteri Patogen MPN/g <100 Ukuran Butir mm 3-5 Kandungan bahan ikutan % <2 3

Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos LIMBAH PADAT ORGANIK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN SAMPAH PERKOTAAN dengan Bioaktivator ORGADEC. OrgaDec merupakan bioaktivator atau biang yang mengandung mikrob untuk pembuatan kompos secara cepat dan dalam jumlah/volume yang besar dari limbah perkebunan. Mikrob yang terkandung di dalam OrgaDec terdiri dari Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp. Mikrob tersebut di atas secara bersamaan mempunyai kemampuan yang tinggi menghasilkan enzim yang dapat menguraikan lignin dan selulosa secara sinergik dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Produk akhir dari proses penguraian (pengomposan) ini berupa air dan karbondioksida. Penggunaan bioaktivator OrgaDec diharapkan mampu memperpendek masa pengomposan. Penerapan sistem pengomposan TKKS secara bioaktif memiliki peluang teknis dan ekonomis yang cukup memadai dalam hubungannya dengan usaha efisiensi penggunaan pupuk kimia sintetik, pengendalian limbah padat organik, dan peningkatan daya dukung lahan perkebunan kelapa sawit. 1. Alat bantu proses pengomposan dan produksi kompos TKKS : a. Mesin Pencacah : 1 buah, kapasitas 5-15 ton TKKS/jam b. Bioaktivator : OrgaDec c. Ukuran composting pile (CP) : 2 m x 6 m x 1.5 m d. Sistem pengadukan kompos : manual/backhus e. Alat untuk menyiram tumpukan bahan baku yang akan dikomposkan. f. Termometer kaca (batang/tongkat) untuk mengamati perubahan suhu lingkungan dan suhu kompos selama proses pengomposan berlangsung. g. Meteran untuk mengukur penyusutan volume bahan selama pengomposan berlangsung. h. Perlengkapan K3 (sarung tangan, masker, dan sepatu boots). 2. Persiapan bahan kompos Bahan organik segar (TKKS) dicacah dengan menggunakan mesin pencacah, sehingga diperoleh hasil cacahan dengan ukuran 2.5-5.0 cm. Setiap Composting Pile (CP) tersusun dari 25.000-50.000 kg bahan segar TKKS yang telah dibelah dan dicacah dengan bunch crusher serta bunch shredder di PKS. Sementara itu, untuk membentuk satu composting pile (CP) dengan ukuran 50x1.5x3.2M digunakan truk untuk menumpuk TKKS di lokasi dan mini loader untuk menyusun dan merapikan CP. Setelah terbentuk satu composting pile (CP) yang relatif padat, CP ditutup dengan lembaran terpal untuk menjaga kelembaban bahan baku dan untuk mempercepat naiknya suhu kompos selama proses pengomposan berlangsung. Selanjutnya CP didiamkan selama 14-28 hari tanpa diperlukan pengadukan. Kadar air tumpukan bahan kompos selama proses pengomposan diupayakan berkisar 60 70% dengan mengatur jumlah limbah cair PKS yang ditambahkan. 4

3. Proses pencampuran bahan baku dengan bioaktivator Dosis bioaktivator yang digunakan adalah 1-5 kg OrgaDec untuk setiap 1 ton bahan baku TKKS. Pada tahap awal, sebanyak 1-5 kg OrgaDec dicampur merata dengan 10% dari total bahan baku yang telah dicacah dengan ukuran 2.5-5.0 cm. Apabila 10% dari total bahan baku dan bioaktivator sudah tercampur secara merata, maka campuran bahan ini ditambahkan ke tumpukan bahan baku utama yang akan dikomposkan. Pengadukan dilakukan kembali sampai diperoleh campuran yang homogen. 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan proses produksi kompos Ketinggian tumpukan bahan yang akan dikomposkan diusahakan mencapai 1.5 m agar diperoleh panas yang cukup tinggi untuk berlangsungnya proses pengomposan serta memudahkan untuk melihat tingginya penyusutan selama proses pengomposan berlangsung. Bahan TKKS dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang keluar dari sabuk berjalan, yang umumnya dalam disain PKS saat ini langsung masuk ke incinerator, diarahkan langsung masuk ke dalam mesin pencacah. Mesin pencacah yang digunakan secara khusus dirancang untuk keperluan pencacahan TKKS. Kapasitas cacah mesin dapat bervariasi dari 5 hingga 15 ton TKKS/jam. Hasil cacahan berupa potongan TKKS berukuran 2.5-5.0 cm. Cacahan ini selanjutnya ditumpuk membentuk satu composting pile di atas lantai/ tanah yang dipadatkan sehingga tidak dapat ditembus air. Composting pile dapat dibuat dalam bangunan beratap atau tanpa atap tetapi dengan menggunakan penutup terpal. Antar composting pile dibuat saluran pembuangan air untuk menghindari genangan air berlebih yang dibentuk dari hasil proses pengomposan ataupun air hujan. Satu CP dengan volume cacahan TKKS dari satu hari produksi PKS dibuat dengan ukuran tinggi 1.5 m, lebar bagian bawah 2 m, lebar bagian atas 1.5 m dan panjang sekitar 100 m. Panjang CP ini dapat disesuaikan dengan luas rumah pengomposan (composting house) yang tersedia atau alur areal pengomposan TKKS di lapangan terbuka. Selanjutnya CP (TKKS plus OrgaDec sesuai dosis anjuran) ditutup dengan lembaran terpal dan diinkubasi selama 14-28 hari tanpa pengadukan. Setelah 14-28 hari kompos dipanen dan dikeringkan dengan dryer pada suhu 80 100 o C, dihaluskan menggunakan hammer mill. Setelah melalui alat penyaring (screen) selanjutnya dilakukan proses pengkayaan dengan mikroba (dan abu TKKS jika tersedia). 5. Parameter pengamatan Parameter yang dapat diamati sebagai petunjuk kesempurnaan proses pengomposan, antara lain adalah : a. Selama proses pengomposan berlangsung, mulai dari hari pertama secara bertahap suhu pengomposan meningkat lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Pengomposan dianggap selesai apabila pada akhir pengomposan suhu kompos turun hingga mendekati suhu awal yang teramati. Pengamatan ini dapat dilakukan setiap hari dengan termometer kaca. Buat lubang pengukur suhu dengan pipa pralon ½ inc dan panjang ½ m yang diberi lubang (perforated) tiap 10 cm zig-zag. Pengukuran suhu 5

dilakukan pada enam titik CP (samping), dua di sisi panjang masing-masing berjarak 2 m dan masing-masing satu di sisi pendek. b. Pengamatan penyusutan tumpukan kompos diukur setiap minggu untuk mengetahui keefektifan proses pengomposan yang sedang berlangsung. Jika permukaan sudah turun minimal 20% (30 cm) dan warna sudah berubah kecoklatan, maka kompos dipanen. Untuk mengetahui kualitas kompos TKKS dapat dilakukan analisis laboratorium yang meliputi: kadar air, KTK, C-org, N-total, P, K, Ca, Mg, Cu, Fe, Pb, dan Cd. 6. Kriteria kematangan kompos Secara fisik, kompos yang telah matang ditandai oleh perubahan bahan yang dikomposkan, adalah: 1. Warna kompos yang diperoleh adalah cokelat kehitaman 2. Kompos yang terbentuk tidak memberikan bau yang menyengat. 3. Analisis sifat kimia dari kompos. Analisis kimia di laboratorium diperlukan sebagai data pendukung. Dari hasil laboratorium dapat diketahui bahwa kompos aman digunakan bagi tanaman (matang), apabila memiliki perbandingan kadar karbon dan nitrogen (nisbah C/N) dibawah 30. SIFAT KIMIA KOMPOS DARI BERBAGAI LIMBAH PADAT ORGANIK Sifat kimia kompos yang diproses dengan menggunakan bioaktivator OrgaDec dari beberapa limbah padat organik disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat kimia kompos yang diperoleh dengan menggunakan bioaktivator OrgaDec. Jenis Kompos Sifat Kimia TKKS Sisa Pangkasan Teh Kulit Buah Kakao Rumput Tongkol jagung 1 2 *) 3 4 5 6 ph N-total (%) C-Organik (%) Nisbah C/N P2O5 (%) K2O (%) CaO (%) MgO (%) 8.0 1.5 35.1 23.0 0.8 2.5 1.0 0.9 4.2 2.1 34.6 16.0 0.4 0.7 1.5 0.4 5.4 1.3 33.7 26.0 0.2 5.5 0.2 0.6-1.76 35.25 20 0.80 4.21 0.67 0.53-1.41 35.25 18 0.11 1.74 0.11 0.13 *)2-3-4: Analisis dilakukan di laboratorium analitik, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) Bogor. 5-6: Analisis dilakukan di laboratorium Tanah dan Tanaman, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Gedung Johor - Medan. Disusun oleh Dr. Laksmita Prima Santi dan Dr. Didiek Hadjar Goenadi Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Jl. Taman Kencana No. 1 Bogor 16128. Telp: 0251 8327449, Fax : 0251 8328516, website: www.iribb.org. 6