KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban

KAJIAN RUGI-RUGI AKIBAT MAKROBENDING PADA SERAT OPTIK PLASTIK BERBASIS PC

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Rancang Bangun Alat Ukur Getaran Mesin Sepeda Motor Menggunakan Sensor Serat Optik

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas

DAN KONSENTRASI SAMPEL

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB III METODE PENELITIAN

Sensor Serat Optik untuk Pengukuran Beban Bergerak

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

TUGAS AKHIR TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA YOVI HAMDANI

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

Pengembangan Sensor Napas Berbasis Serat Optik Plastik dengan Cladding Terkelupas untuk Aplikasi di Bidang Medis

RANCANG BANGUN SISTEM PENGONTROL FREKUENSI GETARAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi literatur. Pengujian daya optik pada sensor serat optik

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

PENGARUH INDEKS BIAS ZAT CAIR SEBAGAI PENGGANTI JAKET PELINDUNG SERAT OPTIK PLASTIK YANG DIBENGKOKKAN TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS CAHAYA KELUARAN

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN ZAT CAIR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MENGGUNAKAN SENSOR FOTOTRANSISTOR DAN PENAMPIL LCD

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

PEMBUATAN PROTOTIPE SENSOR TANAH LONGSOR BERBASIS FIBER OPTIK POLIMER DENGAN KONFIGURASI KOIL MENGGUNAKAN PIRANTI LINIER MEKANIK

TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK DENGAN METODE PENYAMBUNGAN FUSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

APLIKASI SERAT OPTIK SEBAGAI SENSOR KEKENTALAN OLI MESRAN SAE 20W-50 BERBASIS PERUBAHAN TEMPERATUR

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIMAN OPTIK

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN POF (Polymer Optical Fiber)

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT

Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik

Pembuatan Alat Ukur Beban Berbasis Fiber Optik Dengan Pelapisan Karet Pada Serat Optik Polimer

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

Endi Dwi Kristianto

± voice bandwidth)

MAKALAH FIBER OPTIK. Oleh : Ardyan Guruh A.R A JTD / 04

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 163 Oktober 2013

Analisis Pengaruh Tekanan Pada Serat Optik Terhadap Sistem Transmisi Data BerbasisMikrokontroler ATMega32 Dengan Akuisisi Data Menggunakan Matlab

SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN SENSOR OPTIK

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL COUPLER KONFIGURASI 3 3 SUSUNAN SEGITIGA BERBAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

BAB I SENTRAL TELEPON

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

OPTICAL MODULATOR. Faishol Nugraha Septiana Pamungkas I Made Santanu Wirayawan

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

Transkripsi:

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT Andeskob Topan Indra, Harmadi Laboratorium Fisika Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: andes7ti@yahoo.co.id, ABSTRAK Telah dilakukan pengkarakterisasian sistem sensor serat optik berdasarkan efek gelombang evanescent. Karakterisasi dilakukan untuk melihat pengaruh panjang pengelupasan cladding terhadap rugi-rugi pada serat optik dan pengaruh pembengkokan serat optik yang telah dikupas cladding-nya terhadap rugi-rugi pada serat optik. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jenis cladding pengganti yaitu cladding udara dan air, memvariasikan panjang pengupasan cladding dengan panjang 3 cm sampai 10 cm, serta memvariasikan pembengkokan serat optik tersebut. Alat dan bahan yang digunakan adalah serat optik moda jamak FD-620-10, LED superbright warna merah ukuran 5 mm, detektor cahaya OPT 101 dan multimeter digital. Serat optik dipotong sepanjang 17 cm dan dikupas cladding-nya dengan menggunakan larutan aseton. Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa semakin panjang pengupasan cladding, semakin besar rugi-rugi serat optik yang dihasilkan. Rugi-rugi serat optik juga akan semakin besar seiring bertambah besarnya pembengkokan serat optik. Pada kasus efek gelombang evanescent, nilai indeks bias cladding berpengaruh terhadap intensitas cahaya yang ditransmisikan dalam serat optik. Penurunan nilai indeks bias cladding akan membuat intensitas cahaya yang ditransmisikan juga akan menurun sehingga rugi-rugi serat optik menjadi besar. Kata kunci: sensor serat optik, gelombang evanescent ABSTRACT Characterization of fiber optic sensor system based on evenescent wave has been done. Characterization is done to see the long-stripping effect cladding toward losses and optical fiber bending effects had been pared its cladding toward losses in optical fiber. The experiment was conducted by varying the type cladding replacement of air and water, as well as varying the length of the cladding stripping length of 3 cm to 10 cm and varying the bending of the optical fiber. Tools and materials used are fiber optic multi mode FD-620-10, superbright LED red with 5 mm size, light detectors OPT 101 and digital multimeter. Optical fiber was cut along the 17 cm and its cladding was pared using acetone solution. The experimental results showed that the longer the stripping peeled of cladding, the greater losses resulting optical fiber. Losses optical fiber will increase the amount of fiber bending. In evanescent wave effects case, the value of refractive index cladding gave effect on the intensity of transmitted light in optical fibers. Decreasing in the value of the refractive index cladding will make intensity of transmitted light decreased so optical fiber losses become large. Key words: fiber optic sensor, evanescent wave I. PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan bidang telekomunikasi untuk transmisi data mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Banyak penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ilmuwan dalam memenuhi permintaan untuk mentransmisikan data yang besar pada jarak yang sangat jauh, salah satunya adalah serat optik. Serat optik pertama kali diperkenalkan oleh Charles Kao, yang telah mendapatkan hadiah nobel untuk kategori Fisika tahun 2009 karena penemuannya telah mengubah dunia telekomunikasi. Ia telah mengusulkan bahwa cahaya dapat ditransmisikan lewat kabel, dimana kabel tersebut berisi lapisan silika yang dapat menghantarkan cahaya (Djohan, 2009). Serat optik biasanya digunakan untuk menggantikan kabel konvensional yang fungsinya sebagai kabel daya. Serat optik memiliki banyak kelebihan terutama karena data yang dikirimkan dimodulasi dengan cahaya sehingga tidak berbahaya. Keunggulan lainnya yaitu pengiriman data yang lebih cepat, lebih akurat, dan relatif lebih stabil terhadap perubahan 8

kondisi lingkungan dibandingkan kabel konvensional. Serat optik juga memiliki keunggulan lain yang menjanjikan, seperti, berukuran kecil, tidak berinterferensi dengan gelombang elektromagnet, tahan terhadap suhu tinggi, redaman transmisi yang kecil, serta memiliki bandwith yang besar (Wahyudi). Karakteristik bahan serat optik sangat berpengaruh dalam transmisi sinyal pada serat optik tersebut. Pemantulan dan pembiasan sinyal di dalam serat optik tergantung pada indeks bias bahan yang dipakai dalam serat optik tersebut. Attenuasi (redaman) juga menjadi masalah tersendiri dalam penyaluran sinyal. Bentuk redaman yang sering terjadi ketika proses instalasi kabel adalah bending (pembengkokan). Serat optik mengalami redaman/rugi-rugi sinyal ketika dibengkokan pada jari-jari tertentu. Sinyal yang teredam di tengah perjalanan menuju receiver menyebabkan penurunan kualitas sinyal yang diterima oleh konsumen ketika menggunakan jasa (Dewi, 2010). Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan, serat optik tidak hanya digunakan sebagai penghubung dalam sistem telekomunikasi, tetapi juga telah berkembang menjadi sistem sensor yang dikenal dengan Fiber Optic Sensor (sensor serat optik). Sensor serat optik dibagi atas tiga tipe, yaitu sensor serat optik ekstrinsik, sensor serat optik intrinsik dan sensor evanescent. Salah satu bentuk sensor serat optik yang banyak dikembangkan adalah sensor evanescent dimana prinsip kerja sensor berdasarkan efek gelombang evanescent. Sensor evanescent dibuat dengan mengupas cladding asli serat optik dan diganti dengan material yang lain sehingga nilai indeks biasnya berubah (Frederick, 1990). Penelitian ini mempelajari karakteristik rugi-rugi serat optik dengan serat optik yang ditinjau adalah serat optik yang telah dikupas cladding-nya (sensor serat optik berdasarkan efek gelombang evanescent). penelitian dilakukan dengan memvariasikan panjang pengupasan cladding dan juga pembengkokan pada sensor serat optik tersebut, dimana cladding pengganti yang diapakai adalah cladding udara dan cladding air. II. METODE Kegiatan penelitian diawali dengan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Alat-alat yang digunakan diantarannya adalah LED, detektor cahaya berupa OPT 101, catu daya, mikroskop, mutimeter digital dan crocodile clip. Persiapan bahan dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya larutan aseton, lakban, amplas halus, dan serat optik multi mode FD-620-10. Serat optik yang dipakai pada penelitian ini adalah serat optik FD-620-10, karena serat optik ini mempunyai rugi daya yang cukup besar sehingga cocok dipakai untuk pengkajian serat optik sebagai sensor serat optik. Kabel serat optik dipotong menjadi 9 bagian dengan masing-masing panjang serat optik dipotong sepanjang 17 cm. Satu serat optik tidak dikupas cladding-nya, sedangkan 8 lagi dikupas. Pengupasan cadding ini bisa dilakukan dengan toolkit dari serat optik. Namun toolkit ini belum tersedia di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, Universitas Andalas sehingga pengupasan cladding kabel serat optik dilakukan dengan teknik hand made (buatan tangan). Panjang cladding yang dikupas divariasikan dari panjang 3 cm sampai 10 cm. Jaket kabel serat optik harus dikupas terlebih dahulu dengan menggunakan cutter. Setelah jaketnya dikupas, cladding dikupas dengan menggunakan larutan aseton. Larutan aseton ini digosokkan ke cladding sampai cladding nya terkelupas. Setelah itu cladding diamplas halus untuk memastikan cladding tidak ada yang tersisa. Sistem sensor didesain seperti pada Gambar 1. Pengambilan data dilakukan dengan mencari nilai tegangan yang keluar dari OPT 101. Data pertama yang diambil adalah nilai tegangan saat kabel serat optik belum dikupas cladding-nya. Selanjutnya diambil data tegangan ketika cladding kabel serat optik telah dikupas dengan cladding yang dipakai adalah cladding udara. Variasi yang dipakai adalah variasi panjang pengupasan cladding dari panjang 3 cm sampai 10 cm. Ada dua kondisi yang akan diambil nilai tegangannya untuk setiap sampel pengupasan. Pertama adalah kondisi pada saat serat optik dalam keadaan lurus. Kedua adalah 9

kondisi pada saat serat optik dibengkokan. Setelah itu diambil nilai tegangan dengan cladding air dengan kondisi dan cara yang sama seperti pengambilan data dengan cladding udara. Gambar 1 Desain perangkat sistem sensor III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Pengupasan Cladding Pengupasan cladding pada serat optik merupakan hal yang paling penting dan juga menentukan pada penelitian ini. Pengupasan dilakukan dengan teknik buatan tangan. Kesalahan dalam mengupas cladding akan mempengaruhi nilai keluaran yang akan ditinjau, oleh karena itu pengupasan cladding haruslah dikerjakan dengan sangat hati-hati. Kesalahan dan ketidakhati-hatian dalam proses pengupasan cladding bisa mengakibatkan serat optik menjadi patah yang menyebabkan sinar tidak dapat menjalar pada serat optik dan juga dapat menyebabkan inti serat optik menjadi rusak atau retak. Serat optik dapat menjadi patah jika serat optik terlalu lama direndam dalam larutan aseton. Sedangkan inti serat optik yang retak disebabkan oleh kesalahan sewaktu pengupasan jaket, yaitu jika pengupasan jaket menyebabkan cladding menjadi lecet terkena pisau cutter. Ketika cladding serat optik yang lecet ini direndam dalam larutan aseton akan mengakibatkan inti menjadi retak pada daerah yang lecet tersebut, walaupun waktu lamanya perendaman tidak terlalu lama. Inti yang retak juga bisa diakibatkan oleh perendaman serat optik terlalu lama yang diangkat sebelum serat optik tersebut menjadi patah. Gambar 2 Serat optik yang telah terkelupas bagian cladding 10

Serat optik yang telah terkelupas bagian cladding-nya bisa dibuktikan dengan menembakkan cahaya LED kedalam serat optik. Jika serat optik sudah terkelupas dengan sempurna maka akan terlihat berkas-berkas cahaya yang keluar pada bagian cladding yang telah terkelupas sebagai hamburan sinar yang dijalarkan. Bentuk penjalaran cahaya pada bagian cladding yang telah terkelupas dapat dilihat pada Gambar 2. 3.2 Pengaruh Panjang Pengupasan Cladding Terhadap Rugi-rugi Serat Optik Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan hubungan pengaruh panjang pengupasan cladding terhadap rugi-rugi serat optik dengan cladding udara dan cladding air. Secara keseluruhan pada masing-masing variasi jenis cladding yaitu cladding udara dan cladding air mengalami hal yang sama, yaitu semakin panjang cladding yang dikupas semakin besar nilai rugi-rugi yang dihasilkan. Hal yang membedakan adalah rentang nilai rugi-rugi yang didapatkan. Pada cladding udara rentang nilai rugi-rugi yang didapat adalah dalam rentang 3,562 db 13,412 db. Sedangkan pada cladding air rentang nilai rugi-rugi yang didapat adalah dalam rentang 1,978 db 12,436 db. Berdasarkan nilai rentang tersebut bisa dilihat bahwa pada cladding udara akan mengalami rugi-rugi yang paling besar dari pada cladding air untuk panjang pengupasan cladding yang sama. Gambar 3 Hubungan panjang pengupasan cladding dengan rugi-rugi serat optik pada cladding udara Gambar 4 Hubungan panjang pengupasan cladding dengan tengangan keluaran pada cladding air Perbedaan nilai rugi-rugi pada panjang pengupasan cladding yang sama dengan jenis cladding yang berbeda diakibatkan oleh perbedaan nilai indeks bias antara udara dengan nilai indeks bias air. Pada kasus efek gelombang evanescent, nilai indeks bias cladding berpengaruh terhadap intensitas cahaya yang ditransmisikan dalam serat optik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penurunan nilai indeks bias cladding akan membuat intensitas berkas cahaya 11

yang diteruskan melalui serat optik akan menurun. Penurunan intensitas diakibatkan oleh meningkatnya kedalaman penetrasi gelombang evanescent. Ini mengindikasikan bahwa jika nilai indeks bias semakin turun, maka intensitas cahaya yang ditransmisikan juga akan menurun (rugi-rugi besar) atau peningkatan indeks bias cladding akan menurunkan kedalaman penetrasi, sehingga intensitas cahaya yang ditransmisikan hanya mengalami rugi-rugi yang kecil. 3.3 Pengaruh Pembengkokan Terhadap Rugi-rugi Serat Optik Karakteristik lain yang dapat mempengaruhi rugi-rugi sensor serat optik berdasar efek gelombang evanescent adalah rugi akibat pembengkokan. Gambar 5 dan Gambar 6 memperlihatkan pengaruh pembengkokan terhadap nilai tegangan keluaran. Pembengkokan pada jarak kaki 11 cm mempunyai bentuk pembengkokan yang paling kecil, sedangkan pembengkokan dengan jarak kaki 4 cm merupakan bentuk pembengkokan yang paling besar. Dari Gambar 5 dan Gambar 6 terlihat bahwa nilai rugi-rugi serat semakin besar seiring bertambah besarnya pembengkokan serat optik. Semua sampel serat optik yang dikupas cladding-nya, baik untuk cladding udara maupun cladding air, akan mengalami kenaikan nilai rugi-rugi akibat pembengkokan yang semakin besar. Pada Gambar 5 dan 6 bisa dilihat bahwa nilai rugi-rugi yang paling tinggi yang didapatkan adalah 52,469 db. Nilai tersebut didapat pada saat nilai tegangan keluarannya adalah 10,4 mv. Nilai tegangan tersebut adalah sama dengan nilai tegangan keluaran pada kondisi ruangan gelap. Sehingga dianggap serat optik telah mengalami rugi-rugi yang menyeluruh (sinar yang melalui serat optik telah keluar semuanya dari serat optik). Gambar 5 Hubungan jarak antar kaki serat optik dengan rugi-rugi serat optik untuk setiap variasi panjang pengupasan cladding (cladding udara) Gambar 6 Hubungan jarak antar kaki serat optik dengan rugi-rugi serat optik untuk setiap variasi panjang pengupasan cladding (cladding air) 12

Pada dasarnya pengaruh pembengkokan pada jenis serat optik moda jamak FD-620-10 yang masih lengkap (cladding belum terkupas) sudah mengalami rugi-rugi, namun rugi-rugi tersebut sangat kecil. Rugi-rugi akan sangat jelas terlihat, jika pembengkokan dilakukan pada serat optik yang telah dikupas bagian cladding-nya. Pada prinsipnya sampel serat optik telah mengalami rugi-rugi akibat pengaruh panjang pengupasan cladding yang diterima oleh sampel itu sendiri. Pengaruh pembengkokan akan semakin menambah rugi-rugi yang diterima oleh sampel serat optik tersebut. Pada kasus pembengkokan serat optik berdasar efek gelombang evanescent, cahaya yang mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan di dalama serat optik karena sudut datang cahaya lebih kecil dari sudut kritis. Akan tetapi pada kenyataannya seiring dengan bertambahnya pembengkokan, tegangan tidak hilang seluruhnya, melainkan hanya turun saja sampai batas pembengkokan tertentu. Hal ini berkaitan dengan kemampuan serat optik untuk memerangkap cahaya yang datang, yaitu Numerical Apperture (NA). IV. KESIMPULAN Secara keseluruhan pada masing-masing variasi jenis cladding yaitu cladding udara dan cladding air mengalami hal yang sama, yaitu semakin panjang cladding yang dikupas semakin besar rugi serat optik yang dihasilkan. Rugi-rugi serat optik juga akan semakin besar seiring bertambah besarnya pembengkokan serat optik. Pada kasus efek gelombang evanescent, nilai indeks bias cladding berpengaruh terhadap intensitas cahaya yang ditransmisikan dalam serat optik. Penurunan nilai indeks bias cladding akan membuat intensitas cahaya yang ditransmisikan juga akan menurun. DAFTAR PUSTAKA Dewi, M. S., 2010. Kajian Karakteristik Rugi-Rugi pada Serat Optik Telkom karena Pembengkokan Makro, Skripsi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Djohan, N., 2009, Soliton dalam Serat Optik. Universitas Kristen Krida Wacana,Jakarta. Frederick, C.A., 1990, Fiber Optics Handbook For Engineers and Scientists, McGraw-Hill, Inc., New York. Wahyudi, M., Mengenal Teknologi Kabel Serat Optik (Fiber Optik), Bina Sarana Informatika. 13