BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup. Di Indonesia jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

LAPORAN PENELITIAN HIBAH NON KOMPETITIF FK UNLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, salah satu indikatornya adalah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini para lansia diseluruh dunia diperkirakan berjumlah sekitar 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun. Untuk tahun 2025 jumlah para lansia tersebut diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan lansia ± 1000 orang per hari. Di mana pada tahun 1985 saja, diperkirakan 50% dari penduduk Amerika tersebut berusia di atas 50 tahun. Peningkatan jumlah lansia tersebut cukup signifikan, sehingga, istilah Baby Boom (ledakan penduduk karena faktor kelahiran) pada masa lalu, akan berganti menjadi ledakan penduduk usia lanjut (Lansia) (Nugroho, 2000 dalam Novita Sari, 2012). Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2010 sudah 9,77 persen dari total penduduk dan tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang sehingga menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar didunia (Badan Pusat Statistik [BPS], 2007 dalam Sinthania, 2012). Jumlah tersebut termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (Badan Pusat Statistika 2010). Diwilayah Asia Pasifik, jumlal lanjut usia akan meningkat dengan pesat dari 410 juta tahun 2007 menjadi 733 juta pada 2025, dan di perkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050 (Murwani, 2011 dalam Setiawan 2014). 1

Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 Usia Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan Usia Harapan Hidup (UHH) menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Pada tahun 2000 Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%) (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan (Maryam 2011). Usia permulaan tua menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia tua (Nugroho 2008). Proses menua dan usia lanjut merupakan proses alami yang di alami setiap orang (Atun, 2008 dalam Setiawan, 2014). Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif. Fungsi Kognitif adalah kemampuan mengenal atau mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas inteligensi seseorang. Termasuk fungsi 2

kognisi ialah: memori/daya ingat, konsentrasi/ perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf inteligensi (Wreksoatmodjo 2014). Menurunnya fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (gejala ringan adalah mudah lupa dan jika parah akan menyebabkan kepikunan) sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai dengan banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan (Rohana, 2011). Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999 dalam Novita Sari, 2012). Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan, serta tidak bisa terlepas dari satu hubungan yang terjadi antar individu, sosial, dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Maryati dan Suryawati, 2006). Interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Estelle, Kirsch, & Pollack, 2006 dalam Sanjaya, 2014). Interaksi sosial terjadi jika memenuhi dua persyaratan, yaitu adanya komunikasi serta kontak sosial yang berlangsung dalam tiga bentuk diantaranya adalah hubungan antar individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok. 3

Kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain akan dimiliki oleh individu sampai akhir hayat (Gillin, 1951 dalam Sanjaya, 2014). Berdasarkan penelitian Marlina Dwi Rosita pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di Kelurahan Mandan wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Semakin tinggi fungsi kognitif pada lansia maka semakin tinggi kemampuan interaksi sosial pada lansia di Kelurahan Mandan wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Populasi lanjut usia 10% sampai 15% yang berusia lebih dari 65 tahun dan hampir 50% populasi berusia lebih dari 85 tahun mengalami perubahan kognitif seperti demensia, kelainan ini merupakan masalah yang terjadi dan serius. Kelainan status kognitif cepat meluas pada usia lanjut dan diperkirakan pada tahun 2050 akan mengalami peningkatan kurang lebih 14 juta penderita gangguan kognitif (Muttaqin, 2008 dalam Nurjanah, 2012). Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, jumlah lansia yang berada di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 11.165 jiwa pada tahun 2014. Jumlah lansia yang tertinggi di Puskesmas Kabila sebanyak 1.644, tetapi yang dilayani hanya sebanyak 809 jiwa. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara peneliti kepada 6 lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila menunjukkan 4 diantaranya mengalami interaksi sosial yang kurang baik. Lansia tersebut ada yang melakukan percakapan tanpa mau bertatap muka, lansia yang apabila diberikan pertanyaan tidak mau memberikan jawaban atau tanggapan, dan ada juga lansia yang memilih untuk 4

diam. Dan setelah dilakukan pengkajian fungsi kognitif dengan menggunakan MMSE, di tunjukkan bahwa adanya lansia yang lupa dengan tanggal lahir, serta lansia yang sudah tidak bisa mengingat tanggal, bulan dan tahun sekarang. Dari uraian singkat di atas, diduga bahwa kemampuan interaksi sosial lansia dipengaruhi oleh fungsi kognitif. Dugaan tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Pada tahun 2000 Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). 2. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara peneliti kepada 6 lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila menunjukkan 4 diantaranya mengalami interaksi sosial yang kurang baik. Lansia tersebut ada yang melakukan percakapan tanpa mau bertatap muka, lansia yang apabila diberikan pertanyaan tidak mau memberikan jawaban atau tanggapan, dan ada juga lansia yang memilih untuk diam. 3. Berdasarkan pengkajian fungsi kognitif dengan menggunakan MMSE, lansia yang interaksi kurang baik ini mengalami gangguan fungsi 5

kognitif. Hal ini di tunjukkan dengan adanya lansia yang sudah tidak bisa mengingat tanggal lahir, serta lansia yang sudah tidak bisa mengingat tanggal, bulan dan tahun sekarang. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : Bagaimana Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan kabila. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi fungsi kognitif pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila. 2. Mengidentifikasi interaksi sosial pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila. 3. Menganalisis hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila. 6

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Manajemen Puskesmas Sebagai bahan masukan pihak Puskesmas dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di tahun berikutnya. 1.5.2. Bagi Pendidikan 1. Sebagai pengetahuan dan menambah wawasan mengenai Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia. 2. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dalam menambah pengetahuan tentang Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia. 1.5.3. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan untuk penguatan teori dan menambah pengetahuan, bahwa Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia sangat diperlukan. 1.5.4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia. 1.5.5. Bagi Responden Meningkatkan pengetahuan responden dalam mengatasi penurunan fungsi kognitif yang menyebabkan interaksi sosial menurun. 7