PEMANTAUAN POLA PENANAMAN PADI MELALUI ANALISIS HAMBURAN BALIK CITRA ALOS PALSAR SCANSAR

dokumen-dokumen yang mirip
Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VARIASI NILAI INDEKS VEGETASI MODIS PADA SIKLUS PERTUMBUHAN PADI

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI ALOS PALSAR MENGGUNAKAN POLSARPRO V3.0 DENGAN AREAL KAJIAN PT. SANG HYANG SERI, SUBANG, JAWA BARAT. Oleh : DERY RIANSYAH A

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU JAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS PALSAR POLARISASI GANDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interpretasi Citra SAR. Estimasi Kelembaban Tanah. Sifat Dielektrik. Parameter Target/Obyek: Sifat Dielektrik Geometri

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Phased Array Type L-Band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.3. Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN PADI MENGGUNAKAN L-BAND SAR BERBASIS TEORI DEKOMPOSISI: STUDI KASUS SUBANG ADI YUDHA PRAMONO A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DAERAH PENELITIAN & BAHAN

Spektrum Gelombang. Penginderaan Elektromagnetik. Gelombang Mikro - Pasif. Pengantar Synthetic Aperture Radar

Pemantauan Pertumbuhan Tanaman Padi dengan SPOT Vegetation

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

ANALISIS CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK PEMANTAUAN LAHAN SAWAH PT. SANG HYANG SERI, KABUPATEN SUBANG AUFA HILLIYUN AIDHA SYAFRIL A

G ~ QJ\Y~~\-rJl<~\ Vol. 15 No.2, Desember 2009

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM ( Digital Elevation Model

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

KARAKTERISKTIK BACKSCATTER CITRA ALOS PALSAR POLARISASI HH DAN HV TERHADAP PARAMETER BIOFISIK HUTAN DI SEBAGIAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

Oleh: Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 1 Juni 2012 : 12-24

PEMANTAUAN FASE PERTUMBUHAN PADI MENGGUNAKAN SENSOR AVNIR DAN PALSAR POLARISASI PENUH (STUDI KASUS PT SANG HYANG SERI, SUBANG)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

PENGOLAHAN CITRA SATELIT ALOS PALSAR MENGGUNAKAN METODE POLARIMETRI UNTUK KLASIFIKASI LAHAN WILAYAH KOTA PADANG ABSTRACT

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS

G ~ QJ\Y~~\-rJl<~\ Vol. 15 No.2, Desember 2009

ABSTRAK. Kata kunci: PiSAR-L2, Berbasis piksel, Berbasis obyek, Band tekstur

BAB I PENDAHULUAN. global, sehingga terjadi penyimpangan pemanfaatan fungsi hutan dapat merusak

Sarono Sigit Heru Murti B.S

Heru Noviar dan Bambang Trisakti Peneliti Bidang Sumber Daya Wilayah Darat, Pusfatja, Lapan

III. BAHAN DAN METODE

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DALAM PEMANFAATAN DATA PALSAR UNTUK PENGURANGAN RISIKO DAN MITIGASI BENCANA

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN WILONA OCTORA

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2015

SIMULASI PEMANFAATAN DATA LOSAT UNTUK PEMETAAN PADI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 6 Kenampakan pada citra Google Earth.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi dan Sekitarnya

ANALISA SPASIAL DINAMIKA MORFOMETRI WADUK MENGGUNAKAN DATA SATELIT MULTI TEMPORAL DI WADUK RAWA PENING PROVINSI JAWA TENGAH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

KAJIAN KORELASI ANTARA KELEMBABAN TANAH DENGAN TATA GUNA LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT. (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) IRLAND FARDANI

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING)

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MUKA LAUT RATA-RATA DARI CITRA MULTI PASUT

Eko Yudha ( )

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN Perumusan Masalah

KLASIFIKASI PALSAR MULTI-POLARISASI DI DAERAH ACEH

Pendahuluan. Metode Penelitian. Hasil Sementara. Rencana Selanjutnya

III. BAHAN DAN METODE

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

Transkripsi:

Globe Volume 14 No. 1 Juni 2012 : 70-77 PEMANTAUAN POLA PENANAMAN PADI MELALUI ANALISIS HAMBURAN BALIK CITRA ALOS PALSAR SCANSAR (Monitoring Paddy Fields using Backscatter Properties of ALOS PALSAR ScanSAR) oleh/by: Reyna Prachmayandini 1 dan Bambang H. Trisasongko 1,2 1 P4W/CRESTPENT. Institut Pertanian Bogor. Jalan Pajajaran. Bogor 16144. email: reyna.prachmayandini@yahoo.com 2 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Jalan Meranti. Kampus IPB Dramaga. Bogor 16680. Diterima (received): 19 April 2012; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 21 Mei 2012 ABSTRAK Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pemantauan areal sawah saat ini banyak dikembangkan guna memberikan informasi pemantauan secara spasial maupun temporal. Pemantauan lahan sawah meliputi pola penanaman padi, pola irigasi, maupun produktivitas lahan. Informasi ini penting sebagai masukan bagi pengambilan keputusan dalam pengembangan areal persawahan di Indonesia guna menunjang pemenuhan produksi pangan. Namun demikian, tutupan awan pada citra optik merupakan kendala yang serius di Indonesia. Oleh karena itu, kajian pemantauan lahan sawah dengan menggunakan citra SAR (Synthetic Aperture Radar) ini dikembangkan karena akuisisi citra tidak terkendala pada faktor cuaca maupun tutupan awan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan kemampuan citra ALOS PALSAR ScanSAR untuk mengetahui intensitas/pola penanaman padi serta teknik irigasi pada wilayah persawahan di Jawa Barat dengan melakukan analisis terhadap nilai koefisian hamburan balik yang dihasilkan dari citra ALOS PALSAR ScanSAR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis nilai koefisian hamburan balik mampu memberikan informasi pola penanaman padi. Selain itu, nilai koefisien hamburan balik tersebut sekaligus mampu memberikan informasi terkait kelembaban tanah, yang terkait dengan sistem pengairan (irigasi) di wilayah penelitian. Kata Kunci : Padi, Sawah, Radar, Hamburan Balik, ALOS PALSAR ScanSAR ABSTRACT Application of remote sensing technology has been developed to enable spatial and temporal monitoring for paddy fields. Paddy field monitoring requires monitoring of seasonal planting patterns, irrigation scheme, as well as land productivity. Those are essential for decision making processes in Indonesia particularly for supporting the fulfillment of food production. However, cloud cover hinders the use of optical remotely sensed imageries for monitoring purposes in Indonesia. For that reason, it is a necessity to develop paddy field monitoring scheme by using SAR (Synthetic Aperture Radar) image, exploiting atmospheric see-through capabilities of the system. This research aims to explore the capability of ALOS PALSAR ScanSAR image for monitoring intensity/plantation pattern of paddy field at broader coverage as well as to seek irrigation design on West Java paddy field areas by analyzing 70

Pemantauan Pola Penanaman Padi Melalui Analisis...(Prachmayandini, R. dan Trisasongko, BH.) the backscatter coefficients. The result shows that the backscatter coefficients provide invaluable information of planting patterns in addition to planting intensity of paddy fields. It argues that the backscatter was also suitably informative on soil humidity related to irrigation. Keywords : Rice, Paddy Field, Radar, Backscatter, ALOS PALSAR ScanSAR PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan mengenai kebutuhan pangan dan peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah yang cukup penting di Indonesia. Penduduk yang semakin meningkat akan mendorong kebutuhan peningkatan produksi pangan, khususnya beras (padi) di Indonesia. Dengan demikian, diperlukan peningkatan ketahanan pangan guna menyokong kebutuhan pangan nasional. Salah satu komponen penting dalam ketahanan pangan nasional adalah sistem pemantauan lahan sawah. Pemantauan lahan sawah yang meliputi pola penanaman padi di suatu wilayah, pola irigasi, maupun produktivitas lahan dapat menjadi suatu informasi penting dalam kaitannya dengan pemenuhan jumlah produksi pangan. Informasi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambilan keputusan dalam pengembangan areal persawahan di Indonesia. Saat ini pemantauan lahan sawah dapat dilakukan dengan teknologi berbasis penginderaan jauh. Teknologi ini dapat memberikan informasi yang lebih luas baik secara spasial maupun temporal. Selain itu, teknik tersebut dapat menghemat biaya dan waktu jika dibandingkan dengan survei lapang secara langsung. Pemanfaatan citra optik merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pemantauan lahan sawah. Penggunaan citra multi temporal MODIS untuk pemantauan fase pertumbuhan padi dengan menganalisis nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Land Surface Water Index (LSW), dan Enhanced Vegetation Index (EVI) telah banyak ditelaah sebelumnya (Xiao, et al., 2005; Xiao et al., 2006, dan Panuju dkk., 2009). Citra lainnya, seperti Landsat ETM juga telah dimanfaatkan dalam pemetaan lahan sawah (Septiana dkk, 2011; Nuarsa et al., 2011). Namun demikian, pemanfaatan citra optik di wilayah tropis seringkali memiliki kendala terkait tutupan awan. Dengan kendala tersebut, saat ini banyak dikembangkan kajian mengenai pemantauan lahan sawah dengan menggunakan SAR (Synthetic Aperture Radar) yang tidak bergantung pada faktor cuaca maupun tutupan awan. SAR yang saat ini beroperasi umumnya merupakan suatu sistem monostatik terdiri dari antena yang berfungsi sebagai Transmitter (pemancar) dan Receiver (penerima), yang disertai sistem elektronis untuk memproses dan merekam data (Ari dkk, 2005). Instrumen SAR dirancang untuk mengirimkan gelombang mikro yang terpolarisasi linear secara horisontal (H) dan vertikal (V). Demikian pula antena penerimanya dapat dirancang untuk menerima sinyal hambur balik yang terpolarisasi secara horisontal (H) maupun vertikal (V). Energi hamburan balik pada citra SAR tergantung oleh tiga faktor, yaitu kekasaran permukaan, local incidence angle dan konstanta dielektrik dari target. Pada pemantauan lahan sawah, citra SAR dapat memberikan koefisien hamburan balik yang unik dari sinyal radar pada sawah tergenang. Hasil penelitian Ross et al. (1998) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara fase pertumbuhan padi dengan nilai koefisien hamburan balik yang dihasilkan oleh citra RADARSAT. Ugsang et al. (2002) menyebutkan bahwa faktor tinggi tanaman dan banyaknya massa daun, memberikan korelasi terhadap nilai koefisien hamburan balik yang dihasilkan oleh citra HH RADARSAT Fine Beam pada 71

Globe Volume 14 No. 1 Juni 2012 : 71-78 penelitiannya. Hal tersebut juga diperkuat oleh Wang et al. (2009) yang menggunakan data SAR ALOS PALSAR polarisasi HH dan HV untuk pemantauan padi di China Tenggara. Di Indonesia, pemanfaatan data SAR dalam bidang pertanian belum banyak dilakukan. Beberapa pemanfaatan data SAR antara lain ditelaah oleh Cahyaningsih (2012) yang menggunakan analisis hamburan balik dalam pemantauan fase pertumbuhan padi di Subang, Jawa Barat. Pada lokasi yang sama, Pramono (2012) menggunakan Teori Dekomposisi Cloude- Pottier untuk mempelajari karakteristik tingkat pertumbuhan padi sawah di wilayah tersebut dengan menggunakan L-band SAR. Sebelumnya, Ari dkk (2005) mengkaji penerapan klasifikasi data polarimetrik menggunakan Teori Dekomposisi Cloude-Pottier. Hasil kajian literatur di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan SAR di Indonesia, utamanya untuk padi, masih sangat terbatas. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas/pola penanaman padi serta teknik irigasi yang digunakan, pada dua lokasi berbeda dengan mela-kukan analisis terhadap nilai koefisien hamburan balik yang dihasilkan oleh citra ALOS PALSAR ScanSAR. METODOLOGI PENELITIAN Data dan Wilayah Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra ALOS PALSAR (Phased- Array Type L-band Synthetic Aperture Radar) ScanSAR yang diperoleh dari pihak Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dalam rangka penelitian ALOS Pilot Project II. Citra ALOS PALSAR ScanSAR yang digunakan adalah citra L- band dengan polarisasi HH serta memiliki resolusi 100 m. Adapun waktu akuisisi citra tersebut adalah pada tanggal 26 November 2006, 26 Februari 2007, 13 April 2007, 29 Mei 2007, 29 Agustus 2007, dan 14 Oktober 2007. Pada penelitian ini, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) digital untuk wilayah Jawa Barat digunakan sebagai referensi dalam proses koreksi geometrik. Jawa Barat dipilih sebagai lokasi penelitian terkait dengan peranannya sebagai wilayah sentra produksi padi di Indonesia. Secara detil, titik contoh pada lokasi penelitian tersebar di wilayah Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bogor. Gambar 1 menyajikan peta lokasi penelitian. Metode Penelitian ini diawali dengan mengubah format data CEOS pada ALOS PALSAR ScanSAR menjadi format yang dapat dianalisis lebih lanjut melalui perangkat lunak Map Ready 2.3. Pada tahap ini, nilai koefisien hamburan balik (sigma nought σ o ) dalam besaran decibel (db) sekaligus diekstrak ketika dilakukan perubahan format data. Pada proses selanjutnya dilakukan koreksi geometrik untuk menyamakan koordinat citra dengan koordinat peta yang sesungguhnya, dengan menggunakan peta digital RBI sebagai referensi. Keenam citra yang telah dikoreksi tersebut, kemudian disatukan dalam suatu basisdata spasial. Citra hasil proses layer stacking tersebut kemudian dibuat menjadi citra komposit yang dibangun dari kombinasi citra 26 November 2006, 26 Februari 2007, 13 April 2007 (sebagai RGB-1); 26 Februari 2007, 13 April 2007, 29 Mei 2007 (sebagai RGB2); 13 April 2007, 29 Mei 2007, 29 Agustus 2007 (sebagai RGB3); dan 29 Mei 2007, 29 Agustus 2007, 14 Oktober 2007 (sebagai RGB-4). Kombinasi 3 citra tersebut masing-masing dimasukkan dalam kanal merah, hijau, dan biru secara berturut-turut, sehingga menghasilkan 4 citra komposit (Gambar 2). 72

Pemantauan Pola Penanaman Padi Melalui Analisis...(Prachmayandini, R. dan Trisasongko, BH.) Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (a) (b) (c) (d) Gambar 2. Citra Komposit ALOS PALSAR ScanSAR RGB1 (a), RGB2 (b), RGB3 (c), dan RGB4 (d). Pengambilan contoh data dilakukan dengan mengamati bagian berwarna hijau (H) dan coklat (C) pada citra RGB1 sebagai indikasi wilayah yang berubah dalam kurun waktu yang cukup dekat (sehingga dapat diduga sebgai wilayah pertanian aktif), serta dengan mempertimbangkan wilayah yang memiliki irigasi teknis dan non irigasi teknis. Dengan demikian, terpilih 2 titik contoh pada wilayah non irigasi teknis (H1 dan C1) yang berada pada Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor, serta 2 titik contoh lainnya pada wilayah irigasi teknis (H2 dan C2) pada Kabupaten Subang, tepatnya pada lokasi lahan sawah PT 73

Globe Volume 14 No. 1 Juni 2012 : 71-78 Sang Hyang Seri Regional I Sukamandi, dan sekitarnya. Pada setiap titik contoh tersebut kemudian dipilih minimum 100 piksel, sehingga didapatkan secara total 400 piksel tersebar pada wilayah penelitian. Pada masing-masing titik contoh, nilai sigma nought (σ o ) pada 100 piksel tersebut kemudian dianalisis dengan perangkat lunak analisis statistika. Hasil analisis statistika ditampilkan dalam bentuk grafik untuk mempermudah pengamatan terhadap pola tanam dan juga sistem pengairan di wilayah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Nilai Koefisien Hamburan Balik Hasil analisis nilai koefisien hamburan balik ditampilkan pada Gambar 3. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 4 titik lokasi pada penelitian ini, yang secara umum dibedakan menjadi lokasi lahan pertanian (sawah) irigasi teknis (H2 dan C2) dan lahan pertanian (sawah) non irigasi teknis (H1 dan C1). Pada gambar tersebut, terlihat bahwa terdapat pola penanaman yang hampir sama antara H1 dan H2, serta C1 dan C2. Hal ini menunjukkan bahwa secara visual terdapat perbedaan kondisi pola tanam pada contoh titik yang diamati. Secara garis besar, dinamika pola tanam terlihat cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bervariasinya warna dalam wilayah kajian. Perbedaan pola tanam sebenarnya juga ditunjukkan oleh H1 dan H2 itu sendiri. Pada bulan November hingga April, pola yang ditunjukkan oleh keduanya masih cenderung sama. Hal ini diduga akibat kesamaan musim tanam antara keduanya. Bulan April merupakan bulan dimana satu siklus tanam tersebut selesai. Sementara itu, bulan Mei merupakan suatu siklus musim tanam yang baru bagi H2. Hal ini terlihat dari nilai sigma nought yang kembali menurun. Untuk selanjutnya grafik H2 kembali meningkat seiring dengan penambahan umur padi, yang mengindikasikan musim tanam baru segera setelah masa panen selesai. Sementara, grafik pada H1 cenderung terus mengalami penurunan setelah satu musim tanam awal tersebut selesai. Hal ini diduga akibat tidak ditanaminya kembali tanaman padi pada lahan pertanian tersebut. Pada gambar tersebut terlihat bahwa di sebagian wilayah pantai utara Jawa Barat, kondisi pola tanam sangat dinamis, dengan pola Indeks Penanaman 2 sampai 2,5. Grafik H1 yang lebih tinggi nilainya dibandingkan H2 menunjukkan kondisi kelembaban tanah diantara keduanya. Grafik H2 yang cenderung lebih rendah, disebabkan oleh lokasinya yang merupakan lahan pertanian dengan irigasi teknis. Sehingga pada kondisi awal tanam, nilai sigma nought bahkan lebih rendah dari -12. Hamburan balik yang rendah ini disebabkan oleh kondisi sawah yang tergenang sempurna sehingga memunculkan hamburan spekular pada petak contoh tersebut. Sementara itu, H1 merupakan lokasi dengan irigasi non teknis sehingga ketersediaan air untuk padi menjadi lebih rendah dibandingkan H2. Kondisi petak sawah yang cukup basah akan meningkatkan nilai hamburan balik. Kondisi ini dipengaruhi oleh konstanta dielektrik lahan yang lebih tinggi, sehingga hamburan balik menjadi meningkat. Grafik C1 dan C2 menunjukkan pola musim tanam yang berbeda dengan H1 dan H2. Gambar 2 menunjukkan bahwa pada C1 dan C2, bulan Februari merupakan bulan dimana siklus tanam padi tersebut selesai. Pada bulan April, musim tanam yang baru telah dimulai Pada grafik C1 dan C2 juga terlihat bahwa faktor pengairan memberikan nilai sigma nought yang berbeda pada keduanya. C2 yang merupakan wilayah irigasi teknis, memiliki nilai sigma nought yang cenderung lebih rendah dibandingkan C1. Perbedaan kelembaban tanah dan sistem pengairan ini, tidak hanya secara nyata terlihat pada setiap awal musim tanam untuk keempat grafik, 74

Pemantauan Pola Penanaman Padi Melalui Analisis...(Prachmayandini, R. dan Trisasongko, BH.) namun juga pada sepanjang siklus hidup tanaman padi tersebut. Analisis Data Eksploratif Analisis Boxplot dilakukan untuk mengetahui distribusi nilai hamburan balik pada masing-masing lokasi (H1, H2, C1, dan C2), terhadap waktu akuisisi citra. Hasil analisis tersebut disajikan pada Gambar 4. Secara umum, panjang whisker pada gambar menunjukkan besarnya keragaman nilai hamburan balik pada masing-masing lokasi yang terdiri dari distribusi 100 titik (10x10 pixel). Keragaman dan nilai outlier pada gambar tersebut, menunjukkan tingginya keragaman pengelolaan lahan pada wilayah penelitian. Pada Gambar 4a terlihat bahwa pada bulan November hingga Mei, nilai outlier masih cenderung lebih sedikit dibandingkan pada bulan-bulan akhir (Agustus hingga Oktober). Apabila pola ini dikaitkan dengan Gambar 3, maka terdapat dugaan bahwa pada beberapa titik di H1, terdapat aktivitas penanaman setelah musim tanam pertama selesai. Walaupun, pola secara umum pada Gambar 3 menunjukkan hanya terdapatnya satu musim tanam pada H1. Sementara, Gambar 4b menunjukkan tidak terdapatnya outlier pada lokasi H2. Hal ini diduga akibat lebih seragamnya pola tanam di sekitar lokasi H2 tersebut. Sementara, Gambar 4c dan 4d menunjukkan terdapatnya pola tanam yang cukup beragam di kedua lokasi (C1 dan C2). Hal ini ditunjukkan oleh persebaran nilai outlier hampir di semua waktu akuisisi. Bahkan, pada C2, dijumpai nilai extremes pada bulan Mei. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun secara umum pola C1 dan C2 seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 3, namun sebenarnya, variabilitas pengelolaan pada lokasi tersebut masih sangat beragam. Diduga, terdapat perbedaan kondisi antara tanah yang di-bera-kan dan tanah yang masih ditanami dalam petakan di sekitar titik C2, sehingga menghasilkan nilai outlier yang cukup tinggi pada hasil analisis Boxplot (Gambar 4c). Gambar 3. Hubungan antara Nilai Koefisien Hamburan Balik dengan Waktu Akuisisi Citra 75

Globe Volume 14 No. 1 Juni 2012 : 71-78 a). H1 b). H2 c). C1 d). C2 Gambar 4. Hasil Analisis Boxplot Distribusi Nilai Koefisien Hamburan Balik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Analisis nilai koefisien hamburan balik citra ALOS PALSAR ScanSAR dapat memberikan informasi pola penanaman padi di suatu wilayah. Selain itu, nilai koefisien hamburan balik sekaligus memberikan informasi mengenai kelembaban tanah, yang terkait dengan sistem pengairan di wilayah penelitian. Sehingga, informasi ini akan bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai pengelolaan lahan sawah di suatu wilayah, terkait dengan produktivitas yang dihasilkannya. Saran Pada analisis nilai koefisien hamburan balik, waktu akuisisi citra merupakan komponen yang cukup penting untuk mengetahui secara lebih detail mengenai pola yang terbentuk pada suatu musim tanam di wilayah penelitian. Sehingga, peningkatan waktu akuisisi citra dapat memperbaiki serta memperkuat dugaan atas kondisi yang terjadi di wilayah penelitian. Selain itu, sebaiknya dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui bagaimana pengelolaan lahan sawah di wilayah penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ari, S K, Teguh K. dan Santoso H. 2005. Klasifikasi Data Polarimetrik Radar dengan Menggunakan Metode dekomposisi Cloude & Pottier. Prosiding PIT MAPIN XIV. Surabaya, 14 September 2005. 76

Pemantauan Pola Penanaman Padi Melalui Analisis...(Prachmayandini, R. dan Trisasongko, BH.) Cahyaningsih, S W. 2012. Pemantauan Fase Pertumbuhan Padi Menggunakan Sensor AVNIR dan PALSAR Polarisasi Penuh (Studi Kasus: PT Sang Hyang Seri, Subang). Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nuarsa, I.W., Nishio, F. and Hongo, C. Spectral Characteristics and Mapping of Rice Plants Using Multi-Temporal Landsat Data. Journal of Agricultural Science 3 (1). Panuju D.R., Heidina, F, Trisasongko, B H, Tjahjono, B, Kasno, A dan Syafril A H A. 2009. Variasi Nilai Indeks Vegetasi MODIS pada Siklus Pertumbuhan Padi. Jurnal Ilmiah Geomatika 15 (2). Pramono, A.Y. 2012. Pemantauan Pertumbuhan Padi Menggunakan L- band SAR Berbasis Teori Dekomposisi: Studi Kasus Subang. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ross S, Brisco B, Brown R J, Yun S, Staples G. 1998. Temporal Signature Analysis of Rice Paddies Using RADARSAT-1 : Preliminary Results. 20th Canadian Symposium on Remote Sensing. Calgary. Canada. 11-14 May 1998, pp. 157-160. Septiana A, Iswati, A dan Panuju, D.R. Dinamika Perubahan Lahan Sawah Kabupaten Karawang dan Keterkaitannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Prosiding PIT MAPIN XVIII. Semarang. 8 Juni 2011. Ugsang, D.M, Honda, K and Saito, G. 2002. C-band/HH Backsattering Characteristic of Paddy Fields Implication for Rice-growth Monitoring. Proceeding of Asian Association on Remote Sensing. 28 November 2002 Kathmandu. Nepal. Wang, C., Wu, J., Zhang, Y., Pan, G., Qi J. and Salas, W. 2009. Characterizing L-Band Scattering of Paddy Rice in Southeast China With Radiative Transfer Model and Multitemporal ALOS/PALSAR Imagery. Journal Geoscience and Remote Sensing. 47 : 4. Xiao X, Boles S, Liu J, Zhuang D, Frolking S, Li C, Salas W, Moore B. 2005. Mapping Paddy Rice Agriculture in Southern China Using Multi-temporal MODIS Images. Journal Remote Sensing of Environment. 95 : 480-492. Xiao X, Boles Stephen, Frolking S, Li C, Babu J Y, Salas W, Moore B. 2006. Mapping Paddy Rice Agriculture in South and Southeast Asia Using Multitemporal MODIS Images. Journal Remote Sensing of Environment. 100 : 95-113. 77