ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat di sektor pelayanan Publik dan mampu meningkatkan

TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

Pengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/

ANALISIS PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI ( Studi Kasus : Proyek Pemerintah ) Gatot Nursetyo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

A. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 165 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Disadari atau tidak, teknologi informasi telah menjadi bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

Implementasi E-Bisnis e-procurement Concept And Aplication Part-6

Sosialisasi & Bimtek. Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom. Selasa, 24 Oktober 2017

1. Mohon perhatikan Keterangan Penilaian sebelum mengisi kuisioner :

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah peneliti paparkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

PENGANTAR E-PROCUREMENT

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN SISTEM PELAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN PONOROGO.

PENGANTAR E-PROCUREMENT

Daftar Isi. Panduan SPSE V4 User ADMIN PPE [SPSEV ]

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT (X 1 )

2013), konstruksi (Hashim et al., 2013), serta pemerintahan (Kaliannan & Awang, 2010). Dengan menerapkan e-procurement ini perusahaan berhasil

I.1 Latar Belakang. 1 Universitas Kristen Maranatha

METODELOGI PENELITIAN. Data penelitian ini diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE

Jacob Novi Manuhutu Achfas Zacoeb Indradi Wijatmiko Program Pascasarjana Teknik Sipil (S-2) Universitas Brawijaya Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

1.1. Pejabat Pembuat Komitmen

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

PENGGUNAAN E-PROCUREMENT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Istilah e-procurement diperkenalkan pertama kali di Pemerintah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. EVALUASI IMPLEMENTASI eprocurement TA 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 Auditor

Petunjuk Pengoperasian SPSE Auditor

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB 5 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Identifikasi pengaruh..., Marisa Permatasari, FT UI, 2010.

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI

ANALISA KESENJANGAN ANTARA SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ELEKTRONIK PADA PENYEDIAAN JASA KONSTRUKSI DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI, REPUBLIK INDONESIA PERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus melakukan pembangunan disegala bidang kehidupan.

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

V. KESIMPULAN DAN SARAN

TULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE. Abstrak

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya

ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT

Penerapan Kontrak Lump Sum dan Harga Satuan pada Pekerjaan Konstruksi di Kota Malang

Bersatu Mengawal Pengadaan Yang Bebas Korupsi

KABUPATEN CIREBON. Buku Panduan LPSE Kab. Cirebon 56

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government,

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010

Transkripsi:

ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA Liziad Aditya Soetanto 1, dan Kenny Jonathan Setiobudi 2 ABSTRAK : E-Procurement atau Pengadaan secara elektronik adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah melaksanakan E- Procurement sejak tahun 2002 hingga saat ini.. Banyaknya pihak yang terlibat dan jumlah serta nilai pekerjaan dalam pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU memberikan kendala dan tantangan tersendiri dari segi sumber daya manusia, infrastruktur dan teknologi yang digunakan, hingga proses pengawasan dalam pelaksanaannya secara langsung. Pada penelitian ini telah didapatkan aspek kendala secara umum selama pelaksanaan E-procurement hingga saat ini, aspek kendala utama yang memiliki peran besar dalam penentuan kesulitan pelaksanaan E-procurement selama ini dan aspek kendala yang bukan merupakan sebuah kesulitan selama pelaksanaan E-procurement hingga saat ini. Pada tulisan ini, penulis berharap untuk dapat berbagi pengalaman, solusi dan tantangan pengembangan E-Procurement kepada seluruh pengguna E-Procurement. KATA KUNCI : E-procurement, kendala, Kesulitan 1. PENDAHULUAN Electronic procurement (E-Procurement) merupakan satu hal yang amat penting dalam setiap implementasi E-government pada hampir seluruh pemerintahan. Di Indonesia pada umumnya pengadaan barang dan jasa sistem konvensional dilakukan dengan cara peserta lelang melakukan tatap muka dengan panitia lelang. Hal ini kurang efisien dari segi biaya, waktu serta berpotensi menimbulkan berbagai praktek penyimpangan. Tujuan E-Procurement adalah meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam proses pengadaan barang dan jasa, meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka penyediaan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kendala pada tahap persiapan dan pada tahap proses pengadaan barang maupun jasa menggunakan E-Procurement, mengetahui aspek kendala yang paling berpengaruh pada tahap persiapanpengadaan barang maupun jasa menggunakan E-Procurement, dan Mengetahui aspek kendala yang paling berpengaruh pada saat proses pengadaan barang maupun jasa menggunakan E-Procurement berlangsung. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil,liziad_a_s@yahoo.com 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, fatalis92@live.com 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, pnugraha@peter.petra.ac.id

2. STUDI LITERATUR E-procurement dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu E-tendering dan E-purchasing. E-Tendering adalah proses pengadaan barang/jasa yang diikuti oleh penyedia barang/jasa secara elektronik melalui cara satu kali penawaran, sedangkan E-Purchasing adalah proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui katalog elektronik. E-Tendering sama persis dengan pola pengadaan yang selama ini dilaksanakan secara manual, perbedaannya hanya seluruh tahapan dilaksanakan secara elektronik, sedangkan E-Purchasing menggunakan cara yang sama sekali berbeda. Pengguna barang/jasa tinggal memilih barang/jasa yang diinginkan melalui katalog elektronik yang terbuka serta transparan. Katalog ini disusun oleh LKPP melalui sebuah kontrak payung kepada Produsen atau penyedia utama, sehingga harga yang ditawarkan dipastikan jauh lebih rendah dibandingkan harga pasaran. Khusus E-Purchasing, saat ini masih belum dilaksanakan, menunggu paying hukum selesai ditandatangani oleh Presiden. Untuk kedepan pada tulisan ini, setiap istilah E-procurement berarti mengacu kepada E-Tendering. 2.1 Kendala E-Procurement Berdasarkan studi literature pada penelitian ini, didapat beberapa kendala pada pelaksanaan E- procurement. Menurut kutipan dari Eadie et al (2007) didapat bebrapa kendala E-procurement yaitu: keamanan transaksi, tidak ada keyakinan atas kelegalan hukum pada E-procurement, kurangnya hubungan bisnis dengan pemasok yang menyediakan E-procurement. infrastruktur teknis yang tidak memadai dan berkurangnya integrasi dengan rekanan, kurangnya pengetahuan E-procurement / personil terampil, keprihatinan interoperabilitas, kurangnya keahlian teknis, tidak ada manfaat bisnis secara nyata, budaya perusahaan, dukungan manajemen, sistem IT yang terlalu mahal, dan tidak memiliki infrastruktur IT. Menurut Sulaiman dan Chen (2006) pelaksanaan e-procurement di Indonesia masih ada beberapa kendala dan kendala tersebut terbagi menjadi 4 yaitu: dalam bidang hukum, infrastruktur, standarisasi prosedur, serta kontol proses pengadaan E-procurement. Menurut Jasin (2007) menyebutkan bahwa beberapa kendala atau kelemahan dan permasalahan teknis dalam penerapan E- procurement yang dihadapi diantaranya: Penyedia barang/jasa (vendor) banyak yang belum memahami aplikasi E-procurement, Panitia Pengadaan sebagian besar masih mengalami kesulitan untuk menggunakan dan memahami aplikasi E-procurement, Tingkat kelalaian yang sangat tinggi dalam penggunaan password dan kunci kerahasiaan lainnya oleh user, baik Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pelaksanaan Kegiatan maupun Panitia Pengadaan, Range jadwal state lelang masih belum sepenuhnya bisa diikuti oleh Panitia Pengadaan tepat sesuai yang telah ditetapkan, Ketersediaan fasilitas koneksi internet dan fasilitas pendukung lainnya (seperti scanner, installer adobe, dll) masih sangat terbatas untuk Panitia Pengadaan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Terbatasnya bandwidth menyebabkan masih seringnya terjadi kegagalan proses pada aplikasi E-procurement, Kekuatiran beberapa kalangan di internal Pemerintah Kota Surabaya bahwa penghasilan tambahan mereka saat menjalankan aktifitas pengelolaan pengadaan (mulai dari pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan) akan terpotong habis. Menurut jurnal dari kementrian PU mengenai Kendala, Keberhasilan dan Tantangan dalam Sembilan Tahun Pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU dalam Mencapai Good Governance yaitu: Penerbitan regulasi dari internal Kementerian PU untuk mengatur dan mendukung pelaksanaan E-Procurement, Perubahan personel pengadaan akibat mutasi pegawai juga merupakan masalah yang dihadapi pada saat implementasi. Perpindahan pegawai sering tidak disertai dengan transfer knowledge dari personel lama ke personel baru. Resistensi berasal dari pihak yang merasa dirugikan dalam pelaksanaan E-Procurement. akses internet yang belum tersebar luas dan juga kecepatan akses internet masih terbatas. Menurut Wartaegov (2009) yang dikutip oleh Anik Pujiati (2010) mengenai beberapa masalah yang muncul dalam pengadaan barang / jasa secara elektronik

adalah: Keharusan memilih harga terendah sehingga peserta cenderung banting harga, Pengadaan barang/ jasa yang bersifat sulit diukur (intangible), Besarnya sorotan publik sehingga menimbulkan efek enggan bagi peserta lelang, belum ada standar baku setaraf payung hukum mengenai standar proses E- procurement, rendahnya komitmen pemimpin negara dalam melaksanakan E-procurement. Dari berbagai macam kendala tersebut, disusunlah indikator-indikator pertanyaan yang merupakan hasil dari sumber sumber yang didapat. Pembagian dari Indikator pertanyaan ini akan dilakukan menjadi 3 bagian berdasarkan spesifikasi yang telah dijelaskan di atas dimana mengacu pada 3 aspek yaitu: aspek sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan pengawasan prosedur. Tabel 1 dibawah menunjukkan indikator-indikator kendala yang telah dikelompokan berdasarkan dari studi literatur. Tabel 1. Indikator Kendala E-Procurement I. TINGKAT KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA A.1 Tingkat pemahaman Pengguna Jasa/Panitia Lelang terhadap Perpres No. 54/2010 A.2 Tingkat pemahaman Penyedia Jasa terhadap Perpres No. 54/2010 A.3 Ketersediaan panitia lelang dalam melaksanakan e-procurement A.4 Ketersediaan tenaga ahli dalam pengadaan e-procurement A.5 Tingkat kemampuan personil dalam penguasaan IT A.6 Tingkat kemampuan personil dalam menjalankan tahapan-tahapan e-procurement II. KONDISI INFRASTRUKTUR DAN PENGATURAN SISTEM PENDUKUNG E- PROCUREMENT B.1 Peralatan teknologi informasi yang dimiliki instansi B.2 Kapasitas Bandwith untuk kelancaran proses pengisian data B.3 Alat pengganti tanda tangan, stempel dan materai B.4 Perlindungan terhadap gangguan keamanan sistem aplikasi (virus atau hacker) B.5 Ketersediaan petunjuk/pedoman pelaksanaan e-procurement B.6 Biaya yang tersedia untuk pembangunan sistem e-procurement yang ideal III. PENGAWASAN PROSEDUR C.1 Pengawasan yang transparan C.2 Proses kualifikasi yang terpercaya C.3 Penanganan masalah dalam pelaksanaan lelang menggunakan e-procurement C.4 Kesiapan instansi dalam mengikuti e-procurement C.5 Kesiapan panitia lelang dalam mengaplikasikan e-procurement C.6 Sosialisasi sistem e-procurement kepada Penyedia dan Pengguna Jasa 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi literature terhadap E-procurement dimana dalam studi literature tersebut akan ditemukan berbagai macam kendala dari E-procurement. Kemudian dari berbagai macam kendala tersebut dibentuk menjadi kuesioner dan dibagikan kepada sejumlah kontraktor yang berada di kota Surabaya. Setelah itu hasil dari kuesioner tersebut dilakukan analisa sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai perumusan masalah dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah data- data tentang seberapa besar pengaruh suatu kendala dari pelaksanaan E-procurement pada masing-masing variabel. Data-data tersebut diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada kontraktor berdasarkan pengalaman mereka mengikuti E-procurement. Kuesioner tersebut berisikan tentang data pribadi responden, kuesioner pendahuluan tentang E-procurement, dan

kuesioner yang menunjukkan 18 Indikator kendala yang telah kami peroleh dari studi literatur secara ekstensif. 3.1 Teknik Analisa Data Teknik analisis data dari penelitian ini menggunakan 2 macam alat ukur pengujian yaitu : 1. Uji Realibilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan konsistensi kuisioner penelitian yang digunakan berdasarkan nilai-nilai yang dihasilkan pada setiap butir pertanyaan. Perlu diketahui 2. Mean Analisa mean skor akan kami gunakan untuk menentukan Skor kesulitan dari masing-masing Variabel. Kemudian dari hasil mean tersebut akan ditemukan nilai-nilai kendala dalam pelaksanaan E-procurement. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, nilai signifikansi dari indikator suatu kendala menggunakan 1 variabel, yaitu tingkat kesulitan dari 18 buah indikator yang terbagi menjadi 3 buah variabel. Tingkat kesulitan tersebut akan dibagi menjadi 4 buah indikator yaitu SANGAT MUDAH, MUDAH, SULIT, dan SANGAT SULIT. Tiap-tiap indikator memiliki nilai tersendiri dimana skor tersbut memiliki skala 1 sampai 4. Skor 1 dimulai dari indikator SANGAT MUDAH hingga skor 4 pada indikator SANGAT SULIT. Skor tertinggi diberikan pada indikator SANGAT SULIT dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah menemukan kendala pada pelaksanaan E-procurement di kota surabaya sehingga indikator SANGAT SULIT diberi skor tertinggi dan indikator SANGAT MUDAH diberi skor terkecil. Kami menggunakan 3 variabel kontrol yang kami dapatkan dari hasil studi literatur kami. Dimana kendala dari penerapan E-Procurment tersebut terbagikan dalam 3 bagian, yaitu: A adalah kendala di seputar sumber daya manusia B adalah kendala di bagian teknis termasuk sarana, prasarana, dan infrastruktur, C adalah kendala di bagian pengawasan penerapannya secara langsung dan manajemennya. Analisis deskriptif memberikan gambaran nilai mean skor dan peringkat masing-masing variabel kendala tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian secara kuantitative dimana sumber data penelitian diperoleh dari sejumlah sumber yang berbeda dimana sejumlah sumber tersebut memiliki tujuan yang sama dalam mendukung penelitian ini. Pada bagian pendahuluan kuesioner, responden diupayakan merupakan sumber yang memiliki kredibilitas dan pengalaman di bidang E-Procurement 4.1. Uji Reliabilitas Gambar 1. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS Data yang diuji adalah hasil jawaban responden terhadap variabel penelitian yaitu faktor kendala yang terbagi menjadi 3 variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan uji Cronbach Alpha (α), dimana suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha sebesar 0.60 atau lebih. 4.2 Uji Mean Series1, MEAN SKOR KONTROL C, 30.614973 A 26, 31% Series1, B Series1, A, C 31.951871 B, 66, 32% 37.433155 08, 37% Gambar 2. Mean skor variabel control Dari Gambar 2 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel B memiliki pengaruh kendala yang besar dibanding 2 variabel yang lain dalam hal pelaksanaan E-procurement di kota Surabaya sedangkan variabel C merupakan variabel yang memiliki nilai rata-rata terendah sehingga dapat dikatakan bahwa variabel C bukanlah kendala yang berarti dalam hal pelaksanaan E-procurement di kota Surabaya. 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Variabel A Variabel B Variabel C 1 2,64 3,00 2,02 2 2,38 2,81 2,53 3 3,09 3,00 1,91 4 2,87 3,15 2,87 5 2,17 2,96 2,83 6 2,11 2,96 2,45 1 2 3 4 5 6 Gambar 3. Mean skor masing-masing indikator pada tiap variabel Dapat dilihat pada Gambar 3 bahwa Indikator yang paling menentukan dalam penentuan tingkat kesulitan pelaksanaan E-procurement di kota Surabaya adalah indikator B4 dengan poin pertanyaan Perlindungan terhadap gangguan keamanan sistem aplikasi (virus atau hacker). Indikator B4 memiliki nilai mean yang tertinggi diantara yang lainnya yaitu 3,15 sehingga dapat dikatakan bahwa kendala

utama dari pelaksanaan E-procurement adalah mengenai permasalahan Perlindungan terhadap gangguan keamanan sistem aplikasi (virus atau hacker). Sedangkan indikator yang paling tidak menentukan dalam penentuan tingkat kesulitan pelaksanaan E- procurement di kota Surabaya adalah indikator C3 dengan poin pertanyaan Penanganan masalah dalam pelaksanaan lelang menggunakan E-procurement. Indikator C3 memiliki nilai mean terendah diantara yang lainnya yaitu 1,91 sehingga dapat dikatakan bahwa penanganan masalah dalam pelaksanaan lelang dengan menggunakan E-procurement bukanlah ksebuah kendala yang berarti. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Aspek kendala yang cukup berarti secara luas selama pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa secara elektronik / E-procurement terdapat pada aspek teknis dimana aspek teknis yang dimaksud mencakup sarana, prasarana dan infrastruktur yang dimiliki oleh sebuah perusahaan kontraktor dalam pelaksanaan E-procurement. 2. Kendala utama yang terjadi selama proses pengadaan barang dan jasa melalui E-procurement adalah Perlindungan terhadap gangguan keamanan sistem aplikasi (virus atau hacker). 3. Selama proses pengadaan barang dan jasa melalui E-procurement, hal yang dirasa bukanlah sebuah kendala yang signifikan dan menyulitkan adalah penanganan masalah dalam pelaksanaan lelang dengan menggunakan E-procurement. 6. DAFTAR PUSTAKA Eadie, R, Perera, S Heaney, G & Carlisle, J. (2007). Drivers And Barriers To Public Sector E- procurement Within Northern Ireland s Construction Industry. Journal of Information Technology in Construction, Vol. 12, 103-107. Jasin, M. (2007). Mencegah Korupsi Melalui E-procurement. Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Bogor, Jawa Barat. Pujiati, A. (2010). Analisa Penerapan E-Procurement Pada Pemerintah Daerah Tingkat II (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bogor) Sulaiman, I. & Chen T. (2006). Catatan Khusus bagi Implementasi Eprocurement di Indonesia. http://www.clgi.or.id/publikasi/index.php?act=ndetail =article&p_id=35, http://www.neppri.com.