ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG 2014

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2012

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2013

Bupati Bandung. Kata Sambutan

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

Produk Domestik Bruto (PDB)

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Katalog BPS :

Statistik KATA PENGANTAR

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG


BAB II URAIAN SEKTORAL

BERITA RESMI STATISTIK

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung 2008

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II.1. SEKTOR PERTANIAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Statistik KATA PENGANTAR

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BERITA RESMI STATISTIK

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

III. METODE PENELITIAN

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Kerjasama : KATALOG :

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

BAB III URAIAN SEKTORAL

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

Transkripsi:

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG 2014 Kerjasama: BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN BANDUNG Analisis Pembangunan Ekonomi KABUPATEN BANDUNG 2014 No. Publikasi Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Design gambar kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statisitk Kabupaten Bandung : 3204.1466 : 21 cm x 29,7 cm : 98 Halaman BOLEH MENGUTIP DENGAN MENYEBUTKAN SUMBER

i KATA PENGANTAR Dengan memuji Syukur kehadirat Allah SWT, buku Analisis Pembangunan Ekonomi dapat diselesaikan. Buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 ini merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung. Buku ini mengulas tentang hasil pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung selama kurun waktu 2014 dengan memuat data dan informasi indikator makro ekonomi kinerja perekonomian Kabupaten Bandung. Data yang digunakan untuk menyusun buku ini bersumber dari berbagai Dinas, Badan dan Lembaga di tingkat Kabupaten Bandung dan dari survei-survei yang dilakukan BPS Kabupaten Bandung. Diharapkan buku ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian, evaluasi dan perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Bandung. Akhirnya masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan publikasi dimasa yang akan datang. Soreang, Desember 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG IR. BASWORO WAHYU UTOMO NIP. 19620405 199003 1 001

ii KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kepada ALLAH SWT, berkat iradat dan izin-nya penyusunan buku Analisis Pembangunan Ekonomi dapat diterbitkan. Buku ini untuk pertama kali diterbitkan dan merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung. Dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bandung antara lain peningkatan taraf hidup penduduk, pemerataan pendapatan serta perluasan lapangan kerja, maka diperlukan adanya perencanaan pembangunan yang didukung oleh data dan informasi yang lebih lengkap dan akurat. Salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan data dan informasi tersebut adalah tersedianya buku Analisis Pembangunan Ekonomi yang berisi data dan informasi tentang indikator makro ekonomi. Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh stakeholders, para pemangku kepentingan di Kabupaten Bandung dalam menyusun perencanaan maupun evaluasi hasil-hasil pembangunan sehingga dapat menghasilkan program pembangunan yang lebih tepat sasaran. Atas kerjasama semua pihak dalam memberikan data baik data dasar maupun data pendukung sehingga publikasi ini dapat tersusun dengan baik diucapkan terima kasih. Besar harapan mudah-mudahan publikasi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Soreang, Desember 2014 BADAN PERECANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BANDUNG KEPALA ERNAWAN MUSTIKA PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19591230 198503 1 012

iii Bupati Bandung Kata Sambutan Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Illahi Robbi, dan atas ijin- Nya penyusunan buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 dapat diterbitkan. Buku yang berisi publikasi ini merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung. Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan terhadap indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi wilayah. Evaluasi indikator makro ekonomi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan dan juga sebagai sumber data dan informasi untuk menyusun rencana strategi dan kebijakan perekonomian. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyusun buku ini diucapkan terima kasih. Semoga buku yang berisi publikasi ini berguna bagi semua pihak. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Soreang, Desember 2014 BUPATI BANDUNG H. DADANG M. NASER, SH., M.IP

ii DAFTAR ISI Kata Pengantar Kepala BPS Kab Bandung Kata Pengantar Kepala BAPPEDA Kab. Bandung Sambutan Bupati Kab. Bandung Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Lampiran i ii iii iv v vi vii Bab I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 3 1.3 Manfaat Analisis Pembangunan Ekonomi 3 1.4 Dasar/Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan 4 Bab II Konsep dan Metodologi 8 2.1 Pembangunan Ekonomi 8 2.2 Pertumbuhan Ekonomi 9 A. Pengertian 9 B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 10 C. Metode Perhitungan 11 D. Angka Indeks 12 E. Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 14 F. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 15 Bab III Uraian Sektoral 17 3.1 Sektor Pertanian 19 A. Tanaman Bahan Makanan 19 B. Tanaman Perkebunan 20 C. Kehutanan 20 D. Peternakan dan Hasil-hasilnya 20 E. Perikanan 21 3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 22 A. Minyak dan Gas Bumi 22 B. Pertambangan Tanpa Gas 22 C. Penggalian 22 3.3 Industri dan Pengolahan 23 A. Industri Migas 23 B. Industri Tanpa Migas 24 3.4 Listrik, Gas dan Air Bersih 25 A. Listrik 25 B. Air Bersih 25

iii 3.5 Bangunan 26 3.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26 A. Perdagangan Besar dan Eceran 26 B. Hotel 27 C. Restoran 27 3.7 Pengangkutan dan Komunikasi 28 A. Pengangkutan 28 B. Komunikasi 30 3.8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 31 A. Bank 31 B. Lembaga Keuangan Bukan Bank 31 C. Jasa Penunjang Keuangan 31 D. Sewa Bangunan 32 E. Jasa Perusahaan 32 3.9 Jasa-jasa 33 A. Pemerintahan Umum 33 B. Swasta 33 Bab IV Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung 37 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 38 4.2. Pertumbuhan Ekonomi 41 4.3. Struktur Ekonomi 46 4.4. PDRB Per Kapita 49 4.5. Tingkat Inflasi 52 BAB V Analisis Sektoral 56 5.1. Sektor Pertanian 56 5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 60 5.3. Sektor Industri Pengolahan 62 5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 64 5.5 Sektor Bangunan/Konstruksi 65 5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 66 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 68 5.8 Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 70 5.9 Sektor Jasa-Jasa 72 Bab VI Posisi Pembangunan Ekonomi Kab. Bandung di Kawasan Metropolitan Bandung 77 6.1. Kawasan Metropolitan Bandung 77 6.2. Pertumbuhan Ekonomi 78 6.3. Kontribusi Sektor Unggulan 79 6.4. Tingkat Kesejahteraan 82

iv DAFTAR TABEL Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2009-2014 38 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 PDRB Kabupaten Bandung ADH Berlaku dan Konstan Tahun 2013-2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2010-2014 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Kontribusi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Tahun 2014 Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 40 45 49 53 56 57 60 61 62 63 64 65

v Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Kabupaten Bandung Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Tahun 2014 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Bandung Tahun 2014 Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2014Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Tahun 2014 Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa Kontribusi Sektor Jasa-jasa Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 Kontribusi Sektor Ekonomi di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 Pendapatan Per Kapita ADH Berlaku di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2011-2013 66 67 67 69 69 71 71 73 73 80 82

vi DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2014 39 Grafik 4.2 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001-2014 42 Grafik 4.3 LPE 43 Grafik 4.4 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2013-2014 44 Grafik 4.5 Struktur Ekonomi 47 Grafik 4.6 Peranan Kelompok Sektor Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 Grafik 4.7 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Tahun 2010-2014 Grafik 4.8 Grafik 4.9 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2014 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2001-2014 Posisi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 Posisi PDRB Per Kapita di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 48 50 51 52 78 83

vii DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto ADH Berlaku Tabel 1.2 Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto ADH Konstan Tahun 2000 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADH Berlaku Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADH Konstan Tahun 2000 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Distribusi Persentase PDRB ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014 Distribusi Persentase PDRB ADH Konstan Tahun 2000 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014 Tabel 4.2 Inflasi PDRB 92 85 86 87 88 89 90 91

BAB 1 Pendahuluan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik. Adapun Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan. Indikator keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Dengan demikian antara pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) dimana pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi. Elemen pertama adalah pembangunan sebagai suatu proses yang artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Elemen kedua adalah pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta

2 masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat. Elemen ketiga adalah peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang. Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus menerus. Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab VII Pasal 31, yang menyatakan bahwa perencanaan pembangunan didasarkan pada data/informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta Pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 tahun 2010, menyatakan bahwa: Penyusunan rencana pembangunan daerah menggunakan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah, serta rencana tata ruang. Pernyataan tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi pengambil kebijakan/keputusan karena kebijakan/keputusan yang berkualitas tergantung dari data/informasi akurat, terintegrasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi statistik merupakan salah satu instrumen analisis bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah serta bahan penentuan/perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah. Untuk memperoleh data dan informasi tersebut, Pemerintah Kabupaten Bandung memandang perlu adanya kegiatan Pengolahan, Updating dan Analisis Data Statistik Daerah yang meliputi pekerjaan penyusunan Analisis Pembangunan ekonomi () tahun 2014. Pekerjaan Penyusunan ini untuk mendapatkan gambaran perkembangan makro ekonomi di Kabupaten Bandung dan gambaran sejauh mana dampak pembangunan ekonomi yang dilaksanakan terhadap peningkatan kualitas dan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Bandung Mengingat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi, maka untuk mengetahui tingkat

3 keberhasilan pembangunan ekonomi di menggunakan idikator dari pertumbuhan ekonomi yaitu dari penghitungan seluruh kegiatan ekonomi selama kurun waktu 2014 yang tertuang dalam nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Seperti halnya analisis PDRB pembahasan meliputi angka absolut, laju pertumbuhan, struktur ekonomi, inflasi PDRB dan PDRB perkapita. 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan Analisis Pembangunan Ekonomi tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan perkembangan indikator makro ekonomi di Kabupaten Bandung tahun 2014; 2. Sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bandung dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan perencanaan pembangunan secara berkesinambungan; 4. Memperoleh umpan balik (feed back) dari pelaksana urusan/sektor pembangunan masing masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD); 5. Dapat memberikan informasi capaian hasil kinerja pembangunan Kabupaten Bandung kepada masyarakat; 1.3. Manfaat Analisis Pembangunan Ekonomi Manfaat Penyusunan adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran struktur perekonomian potensinya di wilayah Kabupaten Bandung. 2. Dapat diketahuinya gambaran daya beli masyarakat Kabupaten Bandung. 3. Sebagai dasar penyusunan perencanaan program/kegiatan perencanaan pembangunan terutama bidang ekonomi. 5. Dapat digunakan sebagai bahan pengendalian dan evaluasi hasil dari perencanaan pembangunan.

4 1.4. Dasar/Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan Peraturan Perundangan-Undangan yang melatarbelakangi Kegiatan Pekerjaan Penyusunan diantaranya adalah : 1. Undang-Undang RI nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 8. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

5 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah nomor 14 tahun 2012 tentang petunjuk teknis Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 2); 13. Peraturan Derah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 3); 14. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2014 15. Peraturan Bupati Bandung Nomor 9 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9); 16. Peraturan Bupati Bandung Nomor 27 tahun 2014 tentang Penjabaran APBD ; 17. Keputusan Bupati Bandung Nomor 027/Kep.516-Pemb/2013 Tanggal 01 November 2013 tentang Standar Biaya Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014; 18. Keputusan Bupati Bandung nomor 954/Kep.193-BAPPEDA/2014 tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan Pengelola Keuangan Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014. 19. Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Bandung selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang nomor 900/72A-Sekret/2014, tanggal 3 Maret 2014 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala

6 Bappeda Kabupaten Bandung Nomor 900/25B-Sekret/2014 tentang Penunjukan Pejabat Penatausahaan Keuangan, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Pejabat/Panitia Penerima/Pemeriksa Hasil Pekerjaan/Kegiatan, dan Pembantu Bendahara Pengeluaran (Kasir, Pembuat Dokumen Pengeluaran dan Pengurusan Gaji), pada BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014; 20. Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung tentang penyusunan indikator makro perstatistikan nomor 074/Perj.01-BAPPEDA/ 2012/320.40.3.08 pada tanggal 14 Februari 2012 21. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) BAPPEDA nomor 1.06 01 00 00 5 1 Kabupaten Bandung Tahun 2014.

BAB 2 Konsep dan Metodologi

8 2.1. Pembangunan Ekonomi BAB II KONSEP DAN METODOLOGI Pembangunan didefinisikan sebagai suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir yang di dalamnya terjadi adanya proses yang dapat bergerak maju baik atas kekuatan sendiri maupun tergantung pada manusia atau struktur sosial. Arti pembangunan, menurut Siagian (1994) adalah sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Arti dari Pembangunan ekonomi adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan atau aktivitas ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup/kemakmuran (Income per capita) dalam jangka panjang. Menurut Mellor (1987;81), pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang dengannya perekonomian diubah dari apa yang sebagian besar pedesaan dan pertanian menjadi sebagian besar perkotaan, industri, dan jasa jasa. Jadi inti dari pembangunan ekonomi adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Adapun Arsyad (1999), mendefinisikan Pembangunan Ekonomi didefinisikan sebagai untuk proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per-kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan system kelembagaan. Adapun definisi konvensional dari pembangunan ekonomi adalah menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita (income per capita) yaitu menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan konvensional ini sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Industrialisasi

9 yang diiringi dengan eksploitasi sumberdaya alam dinilai dapat meningkatkan income per capita suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, begitu pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi Dengan demikian, dalam pengukuran Analisis Pembangunan Ekonomi () didekati oleh pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung pada kurun waktu tertentu yang di gambarkan oleh hasil penghitungan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah total nilai tambah bruto seluruh produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. 2.2. Pertumbuhan Ekonomi A. Pengertian Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (kuantitatif). Suatu Negara/region dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan nilai PDB/PDRB nya riil di Negara/regional tersebut. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai pertumbuhan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (value added) produksi barang dan jasa dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Ada dua literature yang mengatakan bahwa ada dua indikator dalam mengukur pembangunan ekonomi dengan pendapatan perkapita yang diukur dari PDRB perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang diukur dari laju pertumbuhan PDRB.

10 Mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa diperlukan tolok ukur dengan indikator-indikator yang sesuai dengan pengertian yang tersirat dalam konsep dan definisi dari pembangunan yang dilaksanakan. Definisi antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memiliki arti yang berbeda dimana pembangunan ekonomi menitikberatkan pada perkembangan pendapatan per kapita namun pertumbuhan ekonomi menitikberatkan pada perkembangan fisik produksi barang dan jasa. Namun demikian, kedua-duanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Hubungan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah indikator pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan ekonomi suatu negara/region yang diiukur melalui persentasi pendapatan riil. B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Beberapa definisi yang berkaitan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu output, biaya antara dan nilai tambah bruto. Output (nilai produksi) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya output merupakan perkalian kuantum produksi dengan harganya. Biaya Antara adalah nilai barang dan jasa yang dipakai dalam proses produksi dimana barang dan jasa tersebut dapat berubah bentuk maupun yang habis pakai dalam proses produksi. Adapun Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari nilai output yang dinilai atas dasar harga produsen dengan biaya antaranya yang dinilai atas dasar harga pembeli setelah dikurangi dengan PPN. Output Biaya Antara NTB PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang

11 dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar, dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi dan gambaran perekonomian pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik secara keseluruhan maupun sektoral. C. Metode Perhitungan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah metode perhitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan, sedangkan metode tidak langsung adalah metode perhitungan pendapatan regional dengan cara mengalokasikan angka pendapatan regional (nilai tambah) provinsi ke setiap daerah kabupaten/kota dengan menggunakan alokator tertentu seperti nilai produk bruto sektor, jumlah produksi, tenaga kerja, penduduk dan alokator lainnya yang sesuai. Penghitungan PDRB dengan metode langsung menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Pada penyusunan publikasi PDRB ini metode penghitungan yang digunakan adalah metode langsung dengan pendekatan produksi Pendekatan Produksi Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangi output dari masing-masing sektor atau sub sektor dengan biaya antaranya. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari

12 input antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha (bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Pendekatan Pengeluaran Pada pendekatan dari segi pengeluaran, Produk Domestik Regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang dan metode penjualan eceran atau pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri. D. Angka Indeks Angka indeks pada dasarnya merupakan suatu nilai atau angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antara suatu nilai/harga/volume/kualitas selama satu periode waktu tertentu. Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), di mana hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk menunjukkan perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks apapun selalu 100.

13 INDEKS PRODUKSI Indeks produksi merupakan perbandingan volume produksi berjalan dengan sebelumnya. Dimana : II k,s = Q k,t Q k,t 1 x 100 IP k, s : Indeks Produksi Komoditi k pada tahun t Q : Volume Produksi K : Komoditi t : Tahun berjalan (t), tahun sebelumnya (t-1) Nilai indeks produksi merupakan dasar penghitungan Indeks Produksi Sektor (IPS) dengan rumus sebagai berikut : III i,t = n k=1 k=1 NNNN k,t 1 II k,txnnnn k,t 1 n Dimana : IPS i,s : Indeks Produksi Sektor i pada tahun t NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor yang menggunakan pendekatan indeks produksi adalah sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. INDEKS PENJUALAN Indeks penjualan merupakan perbandingan volume penjualan berjalan dengan sebelumnya. Dimana : III k,t = Q k,s Q k,t 1 x100

14 IPj k, s : Indeks Penjualan Komoditi k pada tahun t Q : Volume Produksi K : Komoditi t : Tahun berjalan (t), tahun sebelumnya (t-1) Nilai indeks penjualan merupakan dasar penghitungan untuk Indeks Penjualan Sektor (IPjS) : IIII i,t = n k=1 k=1 NNNN k,t 1 II k,txnnnn k,t 1 n Dimana : IPJS i,t : Indeks Penjualan Sektor i pada tahun t NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor yang menggunakan pendekatan indeks penjualan adalah sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. E. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Pada PDRB atas dasar harga konstan semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar, pada publikasi ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Nilai Tambah Bruto atas dasar Harga Konstan (NTBK) per sektor yang akan digunakan untuk penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat dicari dengan rumus sbb : NNNN i,t = NNNN i,tt 1xIII i,t 100

15 Dimana : NTBK i,t : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun t. NTBK i,t-1 : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun sebelumnya (t-1) IPS i,t : Indeks Produksi Sektor i pada tahun t atau Indeks Penjualan Sektor i pada tahun t F. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dalam perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun berjalan. Untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga Berlaku (NTBB) guna perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan rumus sebagai berikut : Dimana : NNNN i,t = NNNN i,t 1xII i,t 100 NTBB i,t : Nilai Tambah Bruto adh Berlaku Sektor i pada tahun t. NTBK i,t-1 : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun sebelumnya t-1 IH i,t : Indeks Harga Sektor i pada tahun t

BAB 3 Uraian Sektoral

17 BAB III URAIAN SEKTOR Dalam perhitungan Analisis Pembangunan Ekonomi yang dengan menggunakan indikator PDRB tahun 2014 masih berpedoman pada SNA 1968 dengan jumlah lapangan usaha (sektor) sebanyak 9 (sembilan). Lapangan Usaha (sektor) tersebut adalah Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri pengolahan; Listrik Gas dan Air bersih, Konstruksi, Perdagangan Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Jasa-jasa. Kesembilan sektor tersebut terbagi lagi menjadi 25 sub sektor dengan rincian sebagai berikut: 1. Sektor Pertanian terbagi menjadi 5 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan B. Sub Sektor Tanaman Perkebunan C. Sub Sektor Kehutanan D. Sub Sektor Peternakan E. Sub Sektor Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi B. Sub Sektor Non Migas C. Sub Sektor Penggalian 3. Industri Pengolahan terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Industri Migas i. Pengilangan Minyak ii. Gas Alam Cair B. Sub Sektor Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas dan Air Minum terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Listrik B. Sub Sektor Gas C. Sub Sektor Air Minum 5. Bangunan dan Konstruksi

18 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran B. Sub Sektor Hotel C. Sub Sektor Restoran / Rumah Makan 7. Pengangkutan dan Komunikasi terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu: 1. Sub Sektor Angkutan terbagi dalam : i. Pengangkutan Kereta Api ii. Pengangkutan Darat iii. Pengangkutan Udara iv. Pengangkutan Laut v. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan vi. Jasa Penunjang Angkutan 2. Sub Sektor Komunikasi terbagi dalam : i. Telkom dan Pos Giro ii. Jasa Penunjang Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terbagi menjadi 5 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Bank B. Sub Sektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank C. Sub Sektor Jasa Penunjang Keuangan D. Sub Sektor Sewa Bangunan E. Sub Sektor Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu: A. Sub Sektor Pemerintahan Umum B. Sub Sektor Swasta i. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan ii. Jasa Hiburan dan Rekreasi iii. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Dalam penghitungan PDRB ada beberapa sub sektor yang tidak dihitung maupun tidak dihitung secara tersendiri namun bergabung dengan sektor lainnya. Sub sektor tersebut adalah sub sektor pertambangan Non Migas dan sub setor gas dikarenakan

19 aktivitas ekonomi sub sektor ini tidak ada di Kab Bandung. Hal yang sama untuk sektor jasa penunjang keuangan yang masuk dalam sub sektor lain namun masih dalam sektor jasa keuangan. Adapun untuk sektor komunikasi tidak dibagi menjadi sub sektor telkom dan pos giro dan sub sektor jasa penunjang komunikasi namun dijadikan satu menjadi di dalam sektor komunikasi. Rincian ruang lingkup dan sumber data dari masing masing sub sektor dalam penghitungan PDRB diuraikan sebagai berikut: 3.1 S ektor Pertanian Ruang lingkup sektor pertanian mencakup segala pengusahaan dan pemanfaatan benda/barang biologis (hidup) yang didapat dari alam dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau usaha lainnya, baik untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi. Kegiatan pertanian pada umumnya meliputi usaha bercocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. A. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini meliputi kegiatan penyiapan dan pelaksanaan penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran. Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung.

20 B. Tanaman Perkebunan Sub sektor tanaman perkebunan meliputi tanaman perkebunan rakyat dan tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilaksanakan oleh perusahaan atau oleh rakyat yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, kapok, kelapa, kina, kopi, teh, lada, tembakau, pinang serta tanaman perkebunan lainnya. Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung. C. Kehutanan Sub sektor ini meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan kayu, pengambilan getah, daun-daunan, akar dan kulit kayu, bambu, rotan, arang dan perburuan binatang hutan. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di pekarangan rumah. Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Perum Perhutani Provinsi Jawa Barat. D. Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah sapi, kerbau,

21 kabing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan ternak lainnya. Produksi ternak adalah jumlah ternak lahir ditambah dengan pertambahan berat badan atau penggemukkan dan hasil-hasil ternak lainnya seperti telur dan bulu. Akan tetapi data pertambahan berat badan atau penggemukan tersebut tidak bisa diperoleh, sehingga khusus untuk sub sektor peternakan, penghitungan produksinya di dalam memperkirakan produksi ternak tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan: Jumlah pemotongan + Populasi akhir tahun Populasi awal tahun + Ekspor Impor Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. E. Perikanan Sub sektor ini meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup usaha penangkapan, pembenihan, pengambilan maupun pemeliharaan segala jenis ikan dan hasil-hasilnya baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Termasuk pengolahan sederhana seperti pengasinan atau pengeringan ikan yang dilakukan nelayan atau rumahtangga. Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. Metode Estimasi Pendekatan yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian dilakukan melalui pendekatan produksi (production approach). Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Sedangkan untuk

22 penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan melalui metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000 3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini meliputi usaha penggalian, pengeboran, pencucian, pengambilan dan pemanfaatan barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di dalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair maupun gas. Sektor ini dikelompokkan dalam tiga sub sektor yaitu sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan non migas dan penggalian. A. Minyak dan Gas Bumi Pertambangan minyak dan gas bumi meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan baik yang dilakukan di darat maupun di laut. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. B. Pertambangan Tanpa Migas Pertambangan tanpa migas meliputi penambangan komoditi non migas, komoditasnya antara lain : emas, perak, nikel, mangan, timah, tembaga, bauxit dan mineral lainnya. C. Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian lainnya.

23 Metode Estimasi Metode penghitungan yang digunakan untuk sektor pertambangan dan penggalian diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach). Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalu perkalian antara produksi dengan harga per unit produksi (harga produsen). Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung. 3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor ini meliputi usaha kegiatan pengolahan bahan organik ataupun anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya, baik dilakukan dengan tangan, mesin, atau proses kimiawi. Pembuatan atau pengerjaannya dapat diproses melalui mesin/pabrik ataupun rumahtangga. Industri pengolahan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas) dan industri pengolahan tanpa migas. A. Industri Migas Sub sektor industri migas terdiri dari kegiatan pengilangan minyak bumi dan gas alam cair. i. Pengilangan Minyak Bumi Kegiatan ini meliputi pengolahan minyak bumi yang menghasilkan produk-produk minyak avtur, premix, premium, solar, minyak tanah, aspal dan produk lainnya.

24 ii. Gas Alam Cair Kegiatan ini meliputi pengolahan pencairan gas alam cair (Liquid Natural Gas) yang produknya diekpor ke luar negeri. B. Industri Tanpa Migas Sub sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Dalam standar klasifikasi ISIC (International Standard Industry Classification) 2 digit, sub sektor industri tanpa migas diklasifikasikan dalam sembilan sub sektor : Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau Sub sektor industri tekstil, barang jadi, kulit dan alas kaki Sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya Sub sektor industri kertas dan barang cetakan Sub sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet Sub sektor industri semen dan barang galian bukan logam Sub sektor industri logam dasar besi dan baja Sub sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya Sub sektor industri pengolahan lainnya Metode Estimasi Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasar. Sumber Data : 1. BPS Provinsi Jawa Barat, 2. BPS Kabupaten Bandung.

25 3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih A. Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual kepada konsumen. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : 1. PLN Cigareleng Kota Bandung 2. PLN Cabang Majalaya B. Air Bersih Kegiatan sub sektor air bersih meliputi proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain kepada konsumen rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh perusahaan air minum milik pemerintah daerah. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode ektrapolasi.

26 Sumber Data : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bandung. 3.5. Sektor Bangunan/ Konstruksi Kegiatan sub sektor bangunan dan konstruksi meliputi usaha pembangunan/pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan konstruksi lainnya. Termasuk juga kegiatan sub konstruksi seperti pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendinginan, pembuatan saluran air dan sebagainya. Metode Estimasi Untuk sektor bangunan dan konstruksi estimasinya dilakukan melalui pendekatan produksi, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi. Sumber Data : 1. BPS Kabupaten Bandung. 2. Pemerintah Kabupaten Bandung. 3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran A. Perdagangan Besar dan Eceran Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran tanpa mengubah sifat barang tersebut. Sub sektor perdagangan dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Sub sektor perdagangan besar meliputi kegiatan pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali barang oleh pedagang dari pihak produsen atau importir kepada pedagang lain, perusahaan, lembaga atau konsumen dalam partai besar. Perdagangan eceran meliputi kegiatan

27 pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali yang pada umumnya melayani konsumen, perorangan atau rumahtangga dalam partai kecil. B. Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Penyediaan akomodasi yang dimaksud adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. C. Restoran Kegiatan sub sektor ini mencakup usaha penyediaan makanan di restoran/rumah makan, katering, restoran di kereta api, cafetaria dan kantin, termasuk usaha penjualan makanan dan minuman jadi yang biasanya dimakan langsung di tempat penjualan seperti : warung nasi, warung kopi, warung sate dan sejenisnya. Termasuk pula disini kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta fasilitas lainnya, sedangkan kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam suatu satuan usaha dengan penginapan dan datanya sulit untuk dipisahkan. Metode Estimasi Untuk mengestimasi sub sektor perdagangan besar dan eceran dilakukan melalui pendekatan arus barang (commodity flow) baik untuk atas dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga konstan 2000, yaitu dengan menggunakan ratio margin terhadap nilai produksi daerah sendiri (pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri) dan impor, termasuk barang keluar masuk antar daerah/provinsi. Nilai tambah harga berlaku dan harga konstan 2000, didapatkan dengan mengalikan output dengan ratio nilai tambah. Perkiraan output sub sektor restoran/rumah makan dan sub sektor hotel/penginapan dilakukan dengan pendekatan produksi, sedangkan output harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi.

28 Sumber Data : 1. BPS Provinsi Jawa Barat, 2. BPS Kabupaten Bandung, 3. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE) 3.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI A. Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor pengangkutan terdiri atas angkutan rel, angkutan jalan raya, angkutan udara, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyebrangan, serta jasa penunjang angkutan. Kegiatan sektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkutan baik yang bermotor maupun tidak bermotor atas dasar suatu pembayaran, sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang dan membantu memperlancar kegiatan tersebut beserta penyediaan fasilitas-fasilitasnya, seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan. i. Pengangkutan Rel Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan jasa kereta api termasuk gerbong. ii. Pengangkutan Jalan Raya Meliputi semua kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya baik yang bermotor maupun tidak bermotor, termasuk pula kegiatan sewa kendaraan baik atau tanpa pengemudi. iii. Pengangkutan Udara Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang melalui udara dengan menggunakan pesawat udara/kapal terbang yang beroperasi di dalam maupun di luar negeri, baik penerbangan yang dilakukan secara teratur maupun tidak.

29 iv. Pengangkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan angkutan samudra dan perairan pantai dengan menggunakan kapal laut, yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran nasional baik yang beroperasi di dalam maupun di luar daerah ataupun di luar negeri. Termasuk juga kegiatan jasa penunjang angkutan laut seperti pelabuhan laut/sungai, jasa pemanduan, bongkar muat, pergudangan, ekspedisi dan keagenan. v. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dari angkutan sungai, danau dan penyebrangan yang menggunakan kapal, perahu, ferry dan angkutan air lainnya. vi. Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, Kegiatan tersebut terdiri dari : a. Terminal dan Perparkiran, mencakup kegiatan pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan / armada yang membongkar dan mengisi muatan baik barang maupun penumpang seperti terminal, parkir, pelabuhan laut meliputi fasilitas berlabuh, kapal pandu, penyediaan air tawar serta kegiatan pencacatan muatan barang dan penumpang. b. Bongkar Muat, kegiatan ini mencakup pemberian pelayanan bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat yang terdiri dari pelabuhan laut, sungai dan pelabuhan udara. c. Keagenan, kegiatan ini meliputi pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, laut, sungai dan udara. d. Pergudangan, kegiatan ini mencakup pemberian jasa penyimpanan barang dalam suatu bangunan/gudang ataupun lapangan terbuka dalam wilayah pelabuhan.

30 B. Komunikasi i. Pos dan Telekomunikasi Sub sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa pos dan giro, dan telekomunikasi untuk umum. Pos dan giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, paket dan wesel yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia. Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telepon, telex dan telegraph yang diusahakan oleh PT Telkom. ii. Jasa Penunjang Telekomunikasi Kegiatan ini meliputi pemberian/penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan komunikasi seperti: wartel, warpostel, radio panggil dan telepon seluler (ponsel). Metode Estimasi Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi untuk kegiatan pengangkutan dan metode alokasi untuk kegiatan komunikasi. Jasa penunjang telekomunikasi hanya mencakup wartel, sedangkan yang lain belum tersedia datanya. Sumber Data: 1. BPS Kabupaten Bandung, 2. PT Pos Soreang, 3. PT Kereta Api Indonesia 4. Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung 5. Dinas Jasa Marga 6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung 7. PT Telkom Indonesia 8. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi.